Kunci Dicintai Allah dan Manusia ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Ngaji Ramadhan Kunci Dicintai Allah dan Manusia berangkat dari hadist riwayat Ibnu Madjah, sebagai berikut:
عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّه ! دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِي اللَّهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ, فَقَالَ: ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّك اللَّهُ, وَازْهَدْ فِيمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّك النَّاسُ . حديث حسن, رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَغَيْرُهُ بِأَسَانِيدَ حَسَنَةٍ
Dari Sahl bin Sa’d As-Sa’idi, ia berkata, “Seorang lelaki pernah datang menemui Rasulullah SAW, lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, tunjukilah kepadaku amal perbuatan yang jika kukerjakan akan disukai Allah dan orang-orang pun akan menyukainya.
Rasulullah SAW menjawab, ‘Berzuhudlah kamu dalam urusan dunia (janganlah kamu rakus terhadap dunia), niscaya kamu akan dicintai Allah. Dan berzuhud kamu terhadap apa yang orang miliki (janganlah tamak terhadap hak orang lain), niscaya kamu akan dicintai orang-orang’. (HR Ibnu Majah, Shahih: Ash-Shahihah, 944)
Zuhd atau sering kita disebut dengan zuhud dari akar kata zahida yazhadu zuhdan, artinya meninggalkan atau menghindari. Pelaku zuhd disebut zaahid yaitu syakhshun yatakhalla ‘aniddunya wayansharifu lil ‘ibadati wattaqasysyuf, maksudnya seseorang yang meninggalkan (kepentingan) dunia dalam rangka beribadah dan hidup dalam kesederhanaan.
Kehidupan di dunia sungguh menggiurkan. Banyak ditawarkan berbagai macam kesenangan yang melenakan. Semua yang ada dalam angan-angan manusia seolah telah menjadi kenyataan.
Berbagai macam bentuk sarana dan kegiatan dalam rangka mendapatkan kesenangan itu telah diupayakan sedemikian rupa. Sehingga hampir semua keinginan manusia dapat diwujudkan. Demikianlah manusia yang memang dilengkapi dengan nafsu, selalu berupaya untuk memuaskan nafsunya itu.
Hiburan Jadi Agama Baru
Berangkat dari keinginan supaya nafsu terpuaskan itulah muncul berbagai macam bentuk yang sering kita sebut dengan hiburan atau kesenangan. Dalam dunia modern sekarang ini istilah fun, food, dan fashion menjadi hal yang ingin di capai oleh semua orang.
Ada sebuah ‘perlombaan’ di antara segenap umat manusia untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya ketiga hal tersebut. Dan tentu timbul kebahagiaan dan kebanggaan jika dapat meraih kesenangan tersebut dibanding lainya. Di sinilah acapkali menimbulkan bentuk kesombongan dari orang-orang yang merasa memiliki kelebihan.
Hiburan, sesuatu yang sangat di buru dengan berbagai upaya oleh hampir setiap manusia. Maka hiburan menjadi agama baru dalam dunia modern sekarang ini.
Lihatlah! berbagai macam bentuk hiburan diciptakan oleh manusia. Dan selalu dipenuhi oleh pengunjung, selalu berjubel. Dari mulai konser musik dan lagu pop, dangdut dengan goyang dan pakaian seronoknya, musik jazz dan lain-lain. Diskotik dan hiburan malam, tempat-tempat lokalisasi kemaksiatan, sampai aneka game seperti play station, station game, dan lain sebaginya.
Tidak ketinggalan acara-acara dari stasiun televisi, mulai sinetron yang tidak jelas misinya, acara sulap-sulap atau hipnotis. Apalagi jika musim kompetisi sepakbola dunia, jam berapapun semua mata berusaha melotot setiap peristiwa kemana larinya si bola bundar. Dan semua itu tiada alasan lain kecuali hiburan.
Hiburan menjadi kiblat baru bagi manusia. Dan dengan alasan ini sehingga manusia menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar. Padahal seringkali semua itu melupakan kita dari mepersiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan kehidupan ini. Seolah kehidupan ini hanya berhenti sampai disini, di dunia saja. Padahal kesenangan kehidupan di dunia adalah fana, sementara dan begitu singkatnya.
Zuhud Kemudi Kehidupan Mukmin
Perlombaan kehidupan untuk bermegah-megahan dan banyaknya harta, menjadi keinginan dan cita-cita hampir semua anak manusia. Karena seolah dengan banyaknya harta semuanya bisa didapat. Harta menjadi segal-galanya. Mungkin tidak salah, tetapi ada saat bahwa kita pasti berhadapan dengan kondisi dimana harta tidak dapat lagi banyak menolong dan membantu kita.
Zuhd menjadi pengendali. Untuk tidak mengorbankan keimanan. Berapapun harta yang dapat di raih, tidak akan dapat menolong di hari pembalasan nantinya. Bagaimanapun iman merupkan di atas segala-galanya.
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَمَاتُواْ وَهُمۡ كُفَّارٞ فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡ أَحَدِهِم مِّلۡءُ ٱلۡأَرۡضِ ذَهَبٗا وَلَوِ ٱفۡتَدَىٰ بِهِۦٓۗ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ وَمَا لَهُم مِّن نَّٰصِرِينَ ٩١
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong. (Ali ‘Imran 91).
Seluruh yang ada di alam semesta adalah kepunyaan Allah SWT. Semua diciptakan sebagai sarana kehidupan bagi umat manusia. Sekaligus merupakan bekal yang diberikan dalam rangka peran manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi.
Untuk itu bagi seorang zaahid, ia akan selalu mengambil yang dihalalkan saja, itupun tidak secara berlebihan, akan tetapi secukupnya saja. Walaupun kemungkinan itu ada di hadapanya. Dan pasti akan menjauhkan diri dari yang diharamkan. Seorang zaahid adalah seorang yang qana’ah yaitu selalu puas dengan apa yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya.
Kebahagiaan sejati adalah ketika kita selalu merasa Allah menyayangi kita dengan memberikan yang terbaik dari setiap usaha atau ikhtiar yang kita lakukan.
Tetap bertindak sederhana walaupun karunia-Nya mungkin begitu melimpah. Selanjutnya dengan penuh rasa syukur kita menggunakan apa yang telah Allah karuniakan dalam rangka ketaatan kepada-Nya. Itulah kunci dicintai Allah dan manusia.
Semoga pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini memberi hikmah. Kita telah berlatih jadi zuhud, meninggalkan beberapa kesenangan dunia. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.