Orang yang Enggan Masuk Surga ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Ngaji Ramadhan kali ini berangkat dari hadist riwayat Bukhari, sebagai berikut.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى. رواه البخارى
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan. Para sahabat bertanya: siapa yang enggan ya Rasulullah? Rasul menjawab: Barang siapa yang mentaatiku maka ia masuk surga, dan barang siapa yang mendurhakaiku berarti dialah yang enggan.”
Makna Aba
Aba – ya’ba yakni kariha walam yardla au lam yaqbal au rafadla. Artinya membenci dan tidak rela atau menolak atau enggan. Aba berarti menolak kebenaran dengan mengingkari akan kebenarannya. Sehingga termasuk kufur akbar yakni kekufuran yang menyebabkan keluar dari Islam.
Aba merupakan bentuk kesombongan dan keangkuhan. Ibarat kacang lupa kulitnya. Lupa dari mana ia berasal dan siapa pencipta dirinya. Sombong karena kemampuan dan kapasitas pribadi yang seolah memiliki kemampuan membuat konsepsi sendiri.
Merasa mampu membuat sistem aturan sendiri, sehingga perlu mengoreksi, mengubah, atau mengamandemen undang-undang ‘langit’. Atau ingin melepaskan diri dari sistem nilai Allah dan membuat sistem nilai sendiri.
Aba merupakan bentuk pengingkaran, penyimpangan, dan kedurhakaan kepada nilai kebenaran. Sekalipun mereka tahu, bahkan telah ditunjukkan sedemikian rupa akan kebenaran itu.
Tetapi mereka enggan menerimanya. Mereka menolaknya tanpa argumentasi yang jelas dan hanya mengada-ada. Padahal argumentasi (hujjah) kebenaran itu adalah al-Quran.
وَلَقَدۡ أَرَيۡنَٰهُ ءَايَٰتِنَا كُلَّهَا فَكَذَّبَ وَأَبَىٰ ٥٦
“Dan sesungguhnya Kami telah perlihatkan kepadanya (Fir’aun) tanda-tanda kekuasaan Kami semuanya maka ia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran).” (Thahaa/20:56]
Begitulah sikap penguasa-penguasa, pemimpin-pemimpin, dan pemegang otoritas nasib umat. Cenderung bersikap sombong, angkuh dan enggan menerima hukum (hudud) Allah secara mutlak.
Tidak lagi ada sebuah upaya untuk menegakkan dan bahkan memberlakukan hukum-hukum Allah pada umatnya. Tetapi justru terjebak pada kebanggan masing-masing pada jumlah dan slogan-slogan yang penuh tendensi dan ambisi.
Warisan Iblis
Sikap aba merupakan warisan Iblis laknatullah. Sekalipun sebelumnya ia adalah ahli ibadah, tetapi karena adanya pesaing, maka Iblis menjadi dongkol. Akibatnya ia durhaka kepada Allah SWT.
Lain dengan malaikat, mereka selalu tetap menerima apapun yang menjadi keputusan Allah. Sekalipun pada awalnya tetap ada pertanyaan ketidakpercayaan akan makhluk pengemban amanah yaitu Adam AS. Akan tetapi setelah Allah bertitah, dan menunjukkan kapasitas keilmuan Adam, para malaikat bersikap tawadlu’ dan positif thinking.
وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ أَبَىٰ وَٱسۡتَكۡبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٣٤
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (al-Baqarah 34).
Seharusnya pemimpin umat tetap saling menjaga ukhuwah. Bisa duduk satu meja untuk lebih memantapkan perjuangan yang sama, yang hanya beda wadah saja.
Karena ukhuwah wajib hukumny, dan tafarruq atau berpecah belah diharamkan. Memecah belah dan terjebak kebanggan kepada kelompok, hanyalah pekerjaan orang-orang musyrik sebagaimana firman Allah SWT:
مُنِيبِينَ إِلَيۡهِ وَٱتَّقُوهُ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَلَا تَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٣١ مِنَ ٱلَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمۡ وَكَانُواْ شِيَعٗاۖ كُلُّ حِزۡبِۢ بِمَا لَدَيۡهِمۡ فَرِحُونَ ٣٢
“Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (ar-Ruum 31-32)
Virus Ganas
Aba adalah virus ganas yang harus diwaspadai, terlebih bagi aimmatul ummah atau pemimpin umat ini. Amanah sebagai pemimpin begitu beratnya. Hampir-hampir setiap khalifah dari ke-empat imam khulafaurrasyidin merasa keberatan untuk ditunjuk menjadi pemimpin. Sebeba mereka menyadari betapa berat pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah SWT.
Sudah selayaknya jika umat manaruh harapan untuk terbitnya fajar kebenaran dari berbagai upaya para pemimpin. Sehingga bukan saja secara kwantitas kita ini mayoritas. Tetapi di samping itu bagaimana sistem ketatanegaraan kita juga di jiwai oleh semangat amar ma’ruf nahi munkar mencapai sebuah negeri yang baldatun thayyibatun warabbun ghafur.
Negeri yang baik—akhlak dan moralitasnya, sehingga tercipta kesejahteraan lahir dan batin bagi penduduknya—dalam naungan ampunan Allah SWT.
Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang yang enggan masuk surga. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.