Cerita Pilpres 2019 yang Belum Terungkap tentang Amien Rais ditulis oleh Qosdus Sabil, aktivis IMM dan pernah jadi tenaga ahli di Komisi Ekonomi Industri Nasional.
PWMU.CO-Ada cerita di balik Pilpres 2019 yang belum terungkap sebelum memunculkan dua pasangan kandidat Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Pertemuan Prabowo, M. Amien Rais, dan Habib Rizieq Sihab di Makkah beritanya sudah tersiar luas. Tapi ada cerita yang belum diungkap. Cerita ini saya peroleh dari wawancara dengan Prabowo Subianto dan Amien Rais.
Hari itu, usai umrah Prabowo disertai beberapa tokoh mengunjungi Habib Rizieq di rumahnya. Kemudian Amien Rais menyusul. Di depan para tamunya Habib Rizieq menanyakan kesiapan Prabowo Subianto maju menjadi calon presiden menghadapi incumbent Joko Widodo.
Prabowo menjawab, dirinya tidak siap maju karena kurang dukungan finansial dan logistik politik yang diperlukan saat Pilpres.
”Hari ini saya katakan jujur. Saya sudah tidak punya uang. Semua aset saya telah dibekukan oleh rezim Jokowi. Semua bisnis saya dihambat. Termasuk bisnis yang dijalankan oleh adik saya Hasyim Djojohadikusumo banyak diganggu,” ujar Prabowo.
Habib Rizieq mengatakan, kita harus mendorong tokoh bangsa untuk tampil bertanding melawan rezim Jokowi.
”Saya rasa tidak ada pilihan lagi yang kuat, kecuali Ayatullah Amien Rais,” tegas Prabowo.
Pertemuan sore itu disepakati Amien Rais akan maju menjadi Capres didampingi Prabowo Subianto sebagai Cawapresnya.
Mahathir Effect
Optimisme itu didasari hasil Pemilu di Malaysia. Partai Pribumi Bersatu yang didirikan Mahathir Mohammad dan koalisinya menang melawan UMNO. Ini berkat Mahathir effect yang turun gunung setelah pensiun.
Munculnya pasangan Amien Rais-Prabowo dalam Pilpres 2019 diharapkan muncul semacam Mahathir effect. Sebab Amien Rais selama ini dikenal sangat kritis terhadap pemerintah dan pengaruhnya masih kuat.
Setiba di tanah air dukungan datang. Tak kurang Letjen (Purn) Sjarwan Hamid langsung bergerak konsolidasi jaringan merealisasikan duet capres-cawapres ini.
Beragam respon muncul. Ada yang mendukung, banyak juga yang meragukan munculnya Mahathir effect dengan berbagai ulasan posisi Amien Rais saat itu.
Beberapa pekan isu ini menggelinding. Amien Rais memahami situasi politik yang berkembang. Lantas dia mundur, memajukan Prabowo Subianto sebagai kandidat presiden. Lalu memilih Ustadz Abdul Somad sebagai pasangan calon wakil presiden.
Pasangan Prabowo-Somad yang mewakili birokrat-ulama ini langsung santer menyebar menjelang hari terakhir penutupan pendaftaran capres. Ini pasangan ideal untuk mendulang suara kalangan menengah dan umat Islam.
Kabar ini sampai juga ke kubu Jokowi yang ternyata terkejut dengan munculnya duet ini. Mereka sampai harus mencoret Mahfud MD sebagai kandidat wapres mengganti dengan Ma’ruf Amin, Rais Aam Syuriah PBNU untuk menyaingi Abdul Somad.
Di kubu Prabowo, ternyata Abdul Somad menolak jadi wapres. Detik-detik akhir bulan Agustus 2018 sebelum hari terakhir pendaftaran makin menegangkan karena Prabowo belum menemukan pasangan.
Akhirnya Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Shalahudin Uno menyatakan kesiapan maju mendampingi Prabowo Subianto dengan segala ubo rampe pemenangan Pilpres.
Dua kandidat Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Uno akhirnya bertarung sengit dalam Pilpres 2019. Sampai-sampai masyarakat terbelah dalam dua kubu cebong dan kampret. Hasilnya sudah kita ketahui bersama. (*)
Penulis Qosdus Sabil Editor Sugeng Purwanto