PWMU.CO– Pengusaha BBM pernah menjadi julukan Pak AR Fachruddin. Itu terjadi sekitar tahun 1980. Hidup Ketua (Umum) Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini sederhana. Mengandalkan dari uang pensiun Departemen Agama Rp 80 ribu sebulan. Ditambah uang kos-kosan mahasiswa.
Pak AR pensiun tahun 1972 dengan jabatan akhir Kepala Kantor Penerangan Agama Provinsi DIY. Sebelumnya jabatan sama diduduki tahun 1959 hingga 1964 di Semarang.
Sebelumnya menjadi Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) selama sembilan tahun mulai 1950-1959 di beberapa kecamatan di Yogyakarta. Sebelumnya lagi pernah menjadi guru di sekolah Muhammadiyah Palembang, dan menjadi anggota Batalion Hizbullah BKR.
Dengan uang itu membiayai hidup dan sekolah anak dan dua keponakannya. Untuk menambah pendapatan, keluarga Pak AR lantas membuka usaha kios bensin eceran di depan rumahnya Jalan Cik Di Tiro Yogyakarta.
Iran Oil
Kiosnya berupa rak dan botol-botol berisi bensin. Nama kios ini cukup keren. Iran Oil. Nama itu diberikan oleh Agus Purwantoro dan Rizal Opek, anak kos. Saat itu Iran memang sedang ngetop karena perang melawan Irak yang di-backing Amerika Serikat.
Bagian kulakan bensin ke SPBU ya dua keponakannya, Barid dan Katiman. Pakai motor Yamaha oranye kesayangan Pak AR itu. Penjaga kiosnya juga dua keponakan ini bergantian. Malah kadang-kadang Pak AR sendiri yang melayani. Bayangkan, orang nomor satu di Muhammadiyah yang dekat Presiden Soeharto jualan bensin eceran.
Berkat pom bensin Iran Oil ini Barid dan Katiman bisa menamatkan sekolah. Anaknya Pak AR, Mas Fauzi, juga dapat menyelesaikan kuliah dokternya. Kini Katiman jadi karyawan di BKPM. Sedangkan Barid menjadi kepala SMA Negeri di Tangerang. ”Semua ini berkat doa Pak AR,” kata Barid. Dan tentu saja berkat pom bensin Iran Oil.
Gara-gara kios bensin ini ternyata di luar menjadi isu seksi untuk Pak AR Fachruddin. Dia kemudian dikenal sebagai bos bensin di Yogyakarta. Bahkan di Jakarta isu itu benar-benar dipercaya bahwa Pak AR menjadi pengusaha BBM.
Ada teman di Jakarta sempat ngrasani. ”Kaya raya dong Pak AR punya pom bensin segala.” Orang yang tahu kehidupan Pak AR tertawa mendengar komentar begitu. ”Pom bensin dari Hongkong kali.”
Kisah Pak AR ini juga bisa dibaca di buku Pak AR Sang Penyejuk karya Syaefudin Simon.
Editor Sugeng Purwanto