Kisah Mantri Irigasi Sumbang Bendi ke Kiai Dahlan menunjukkan di zaman itu inventaris kendaraan yang dimiliki Muhammadiyah cukup bagus dan keren.
PWMU.CO– Sebuah surat dari Hoofdbestuur Muhammadiyah Nomor 52/VII dibuat tanggal 30 September 1921 dikirimkan kepada Tuan Karto Atmodjo, Mantri Irigasi Lumajang.
Surat itu ditandatangani oleh Sekretaris Djojosoegito. Presiden HB Muhammadiyah Jogjakarta dalam kolom tanda tangannya ditulisi berhalangan bepergian.
Isi surat itu yang menarik. Hoofdbestuur Muhammadiyah memberitahukan Saudara H Ahmad Dahlan hendak mendermakan kepada Hoofdbestuur sebuah bendi. Bendi itu diperoleh dari derma Tuan Karto Atmodjo kepadanya.
Hoofdbestuur meminta supaya bendi dikirimkan ke Jogjakarta dan ucapan terima kasih HB Muhammadiyah dan H. Ahmad Dahlan atas kedermawanan Tuan Karto Atmodjo.
Surat ini resmi Muhammadiyah di zaman KH Ahmad Dahlan ini menginformasikan betapa banyak orang simpati kepada perjuangan dakwah pendiri Muhammadiyah ini. Sampai-sampai seorang pejabat irigasi Lumajang berinfak sebuah bendi atau dokar.
Dokar pada tahun 1921 merupakan kendaraan mahal. Hanya orang kaya dan bangsawan yang memilikinya menjadi kendaraan pribadi. Mobil sudah ada tapi menjadi kendaraan pejabat dan pengusaha kolonial.
Tuan Karto Atmodjo tentu pejabat yang kaya sehingga infak bendi untuk Kiai Dahlan. Tapi Kiai Dahlan pun menyerahkan dokar itu untuk kepentingan organisasi bukan kepentingan pribadi.
Bisa dibayangkan, di zaman itu Muhammadiyah sudah punya kendaraan dinas berupa dokar untuk pimpinannya tentu sangat keren. Mobilitas Kiai Dahlan dan pimpinannya menjadi lebih mudah. Surat itu juga menjelaskan perjalanan dakwah Kiai Dahlan pada tahun itu sudah sampai Lumajang.
Pelacakan Keluarga Karto Atmodjo
Dari surat ini, Tim Museum PWM Jawa Timur melacak ke Lumajang untuk mencari informasi keberadaan anak cucu atau kerabat keluarga Karto Atmodjo. Siapa tahu dari mereka didapat cerita soal derma dokar yang diberikan kakek buyutnya ke Muhammadiyah itu.
Namun sayang, dari penelusuran ke pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) setempat maupun para sesepuh di Lumajang belum menemukan keluarga Karto Atmodjo.
Ketua PDM Lumajang Suharyo mengatakan, keberadaan keluarga Karto Atmodjo perlu dilacak lagi karena kehilangan jejak. Orang-orang terdahulu di PDM juga tidak ada yang tahu soal ini. ”Saya baru tahu ada surat derma bendi ini ya setelah didatangi Tim Museum PWM,” katanya.
Kisah Mantri Irigasi ini ternyata berlanjut pada bulan-bulan berikutnya. Dalam surat lainnya bertanggal 17 November 1921 juga ditujukan kepada Raden Ngabehi Karto Atmodjo mengabarkan, Nyai Walidah akan pergi ke Lumajang untuk konsultasi pendirian sekolah dan menghadiri acara Aisyiyah.
Dari surat-surat masa lalu itu juga dapat diketahui orang-orang yang membantu kegiatan dakwah Muhammadiyah. Ada juga yang mengatur perjalanan Kiai Dahlan di berbagai kota.
Bantuan lain yang diterima Kiai Dahlan adalah seekor kuda dari pegawai kereta api di Betawi. Jadi inventaris kendaraan Muhammadiyah zaman dulu sangat lengkap. Punya bendi, ada juga kuda. Ini menunjukkan hubungan Kiai Dahlan yang luas di berbagai kalangan dan bersedia membantu Muhammadiyah. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto