7 Tips Cegah Stres Hadapi Covid-19 ditulis oleh Mundakir, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UMSurabaya, Ketua AIPNEMA, dan Koordinator Divisi Preventif dan Kuratif MCCC Jawa Timur.
PWMU.CO– Pandemi Covid-19 tidak hanya menimbulkan masalah kesehatan, juga menimbulkan berbagai masalah psikologi, ekonomi, sosial, budaya, spiritual, bahkan politik.
Jika Anda sampai sekarang masih berdebat tentang shalat berjamaah atau tidak di masjid apalagi dengan emosional, itu tanda kondisi psikologi sedang memburuk. Begitu juga ketika ada yang merasa bosan bekerja dari rumah, ketahuilah itu juga tanda stress mulai muncul.
Diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tak dipungkiri memicu masalah psikologi dan sosial di masyarakat. Dalam perspektif ilmu kesehatan jiwa, ini dikenal dengan masalah psikososial.
Masalah psikologis muncul karena berbagai kondisi seperti perasaan khawatir, cemas, takut, waswas, curiga, bahkan marah dengan menyebarnya wabah. Perasaan itu bukan hanya takut penularan virus. Namun ada implikasi lain yaitu tidak bisa beraktivitas bebas di luar rumah, tidak bisa berkumpul dengan banyak orang, terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan lainnya.
Sedangkan masalah sosial bisa dilihat dari menurunnya empati kepada orang lain dengan menolak pemakaman jenazah pasien Covid-19, mengusir tenaga medis dari tempat kos karena dicurigai membawa virus, bentrok antar tetangga karena masalah pembagian sembako, memainkan harga barang APD (Alat Pelindung Diri), atau adanya patologi sosial lain seperti pencurian, perampasan.
Kenali Gejala Psikososial
Masalah psikologis, emosi, atau perasaan yang dialami oleh sebagian orang memang tidak kasat mata. Namun gejalanya bisa kita lihat dari perubahan yang dialami seperti rasa khawatir berlebihan, waswas, ketakutan, mudah marah tanpa sebab. Bahkan bisa pada tindakan yang melanggar hukum seperti mencuri dan membunuh.
Gejala psikososial juga dapat berupa depresi, menjadi pendiam, menutup diri, ungkapan pesimis, putus asa, enggan atau malas melakukan aktivitas positif.
Ketidakpastian kapan berakhirnya penyebaran Covid-19 dan kebijakan larangan beraktivitas di luar rumah, PHK, juga menjadi penyebab timbulnya masalah psikososial.
Tukang ojek online dan jasa lainnya khawatir tidak mampu melangsungkan kehidupan karena penghasilan menurun bahkan terhenti. Sebanyak 15 juta orang kena PHK. Bahkan diprediksi bisa mencapai 30-40 juta orang seperti dikatakan Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) bidang UMKM Suryani Motik (CNN, 1 Mei 2020).
Di Jawa Timur, pekerja yang sudah di PHK mencapai 32.365 orang. Mereka tidak pernah membayangkan menjadi korban PHK karena wabah. Padahal punya tanggungan keluarga. Sementara tabungan tak cukup. Tak pelak muncul syok dan stress.
Masalah psikososial tidak hanya dialami oleh kaum susah secara ekonomi. Kaum profesional kelompok menengah ke atas juga mengalaminya .
Bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah di rumah yang panjang menimbulkan rasa bosan, tidak nyaman, dan mungkin juga marah yang terpendam karena merasa terkekang.
Larangan berjamaah ibadah di masjid memicu konflik antar umat dalam pro dan kontra. Bila kejadian ini berlangsung lama dan tidak diantisipasi dari awal maka masalah psikologis dan sosial tersebut menjadi masalah kesehatan jiwa.
Tumbuhkan Psikososial yang Sehat
Menghadapi pandemi Covid-19 perlu menjaga dan mengelola emosi, perasaan dan hubungan kita dengan orang lain agar tetap sehat.
Ada 7 tips cegah stres hadapi Covid-19 dan memelihara psikososial tetap sehat. Pertama, menerima situasi dan kondisi yang saat ini terjadi sebagai kenyataan. Dengan cara demikian kita dapat menentukan sikap dan tindakan yang tepat.
Kedua, menjaga kesehatan pribadi dan orang lain dengan menaati imbauan pemerintah dan berperilaku hidup sehat sebagaimana protokol kesehatan sehingga terhindar dari penyebaran Covid-19.
Ketiga, memiliki empati terhadap orang lain dengan peduli terhadap masalah dan kebutuhan orang yang terinfeksi Covid-19 maupun petugas kesehatan.
Keempat, mengendalikan kemarahan, kebencian, ketegangan, dan kecemasan. Tidak ada gunanya marah atau menyalahkan orang lain, atau pihak yang dianggap berkuasa dan bertanggung jawab.
Kelima, berpikir positif dan bersikap optimistis bahwa wabah ini akan berakhir dan kita bisa melewatinya dengan baik.
Keenam, sebisa mungkin memanfaatkan waktu dengan aktivitas yang positif, kreatif dan produktif. Ketujuh, menjalankan perintah agama dengan ilmu, rasional dan tidak egois. (*)
Editor Sugeng Purwanto