Bahasa Kiai Dahlan Menjawab Hujatan disampaikan dalam kesempatan ceramah atau berbincang menjadi motivasi pimpinan dan anggota Muhammadiyah.
PWMU.CO– Mendirikan organisasi keagamaan berpaham modern yang berbeda dengan paham masyarakat umum tentu menjadi sorotan dan gunjingan. Hal itu dialami oleh KH Ahmad Dahlan saat memimpin Muhammadiyah.
Pendapat, pikiran, dan dakwah Kiai Dahlan mendapat hujatan, kritik, cemooh, dan persekusi. Bahkan Muhammadiyah dituduh organisasi berbaju Islam tapi berhati Kristen, mendirikan agama baru, berpaham menyimpang, tasyabbuh seperti orang kafir, bahkan langgarnya dirobohkan.
Menjawab semua tuduhan itu, Kiai Dahlan dalam ceramahnya mengeluarkan istilah-istilah khas yang memotivasi pimpinan dan anggota Muhammadiyah untuk sabar dan kuat. Istilah itu diungkapkan dalam bahasa Jawa misalnya, Muhammadiyah iku dijiwit dadi kulit, dicethot dadi otot. Artinya, Muhammadiyah itu dicubit jadi kulit, dicengkeram jadi otot.
Di lain waktu Kiai Dahlan berceramah dengan pernyataan, Muhammadiyah itu setan ora doyan, demit ora ndulit. Artinya, setan saja enggan, hantu tak bisa menyentuh.
Kadang Juga Ekstrem
Bahkan ketika mendapat cemooh dari orang yang tak sepaham Kiai Dahlan berkomentar, jarno wae, sing nggawe goroh mongso betaho, bakal kaweleh tur bosok ilate. Artinya, biarkan saja, yang membuat dusta tidak akan tahan, nanti akan jera, dan lidahnya akan busuk sendiri.
Saat melihat orangtua mengabaikan anak-anaknya, dalam ceramahnya Kiai Dahlan mengatakan, kalau seseorang tidak lagi bisa memelihara anak, mengapa mereka itu harus beranak.
Dalam ceramah lainnya menyatakan, banyak orang bertanya tentang berbagai persoalan keagamaan tapi jarang yang bertanya tentang apa yang harus dilakukan dan harus diamalkan dalam keagamaan. Apa yang harus dijauhi agar lolos dari api neraka.
Ketika berdiskusi masalah kebenaran agama, bahasa Kiai Dahlan juga terdengar ekstrem. ”Mari kita sama-sama keluar dari agama yang selama ini kita yakini untuk mencari dan menyelidiki agama mana yang lebih benar. Jika ternyata nantinya agama yang tuan yakini selama ini yang benar, saya sanggup menjadi pemeluk agama yang selama ini tuan peluk. Sebaliknya, jika nanti ternyata Islam yang lebih benar, maka tuan harus bersedia masuk Islam.” Ternyata orang beragama lain tak ada yang berani menjawab tantangan ini.
Ada juga istilah yang cukup aneh ketika menjuluki seseorang. Misalnya ketika berkunjung ke Surabaya usai bertemu KH Mas Mansur, menginap di rumahnya dan berdiskusi. Kiai Mas Mansur sanggup mendirikan Muhammadiyah di Surabaya. Kiai Dahlan berkata, ”Sudah kita pegang sapu kawat Jawa Timur.”
Istilah KH Ahmad Dahlan tentang sapu kawat mungkin bisa diartikan orang yang bisa membersihkan dengan kuat dan tahan banting segala kotoran di masyarakat. (*)
Editor Sugeng Purwanto