PWMU.CO – Kajian Senja Smamda menjadi salah satu solusi menghidupkan nuansa Ramadhan di tengah pandemi. Anjuran stay at home atau di rumah saja, tidak menghalangi warga SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya meraih pahala di bulan Ramadhan.
Buktinya, Kajian Senja sesi 3 live on streaming via YouTube dapat digelar dengan baik, Sabtu (9/5/20) sore.
Ketua Panitia Ramadhan Musthofa Agus mengatakan, kondisi pandemi Covid-19 saat ini tak menyurutkan semangat panitia. Ia dan timnya tidak diam saja dan membiarkan warga Smamda tanpa ada kegiatan yang bermakna.
Musthofa menjelaskan, Kajian Senja merupakan agenda pengajian jelang berbuka yang rutin diadakan oleh Smamda Surabaya. Dengan mendatangkan berbagai narasumber dan tokoh Muhammadiyah lokal hingga nasional, kata dia, Kajian Senja menjadi kegiatan yang wajib diikuti seluruh warga Smamda, mulai dari siswa, guru, karyawan, dan masyarakat sekitar.
Kajian Senja dalam jaringan (daring) memang menjadi pilihan Musthofa dan tim agar nuansa Ramadhan di sekolah tetap hadir, meski siswa, guru, bahkan narasumbernya tetap berada di rumah.
Puasa Membangun Jiwa Optimisme
Kegiatan bertema ‘Stay Blessed On the Net, Ramadhan Penuh Makna’ ini menghadirkan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya DR dr H Sukadiono MM. Dalam kajian online tersebut, ia membahas tentang puasa yang membangun jiwa optimisme.
Menurutnya, puasa dapat melatih jiwa untuk selalu optimis dan berprasangka baik kepada Allah SWT, dengan memperbanyak dzikir, shalat malam, dan tilawah Quran. “Implementasi dari keyakinan tersebut dengan mempertahankan diri menjadi seseorang yang semakin dermawan, penyabar, dan pemaaf di luar bulan Ramadhan,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan bagaimana seharusnya sikap seorang mukmin dalam menghadapi wabah penyakit sehingga berdampak pada tatanan kehidupan sosial dan finansial.
Melihat perkembangan Kajian Senja yang sudah terlaksana hingga sesi ketiga ini, Musthofa mengaku semakin optimis dapat berjalan lancar. “Ini adalah yang saya sebut sebagai bagaimana tetap menjaga hubungan selama masa pandemi, yang jelas sangat berpengaruh dengan interaksi sekolah, guru, siswa, ortu, dan masyarakat,” ujarnya bersemangat.
Bahkan, kata dia, alumni Smamda Surabaya juga tertarik mengikuti Kajian Senja. Menurut Musthofa, hal itu karena media yang digunakan tak hanya satu, sehingga memudahkan viewer untuk turut menyimak.
Agus menjelaskan, jika ingin berinteraksi langsung dengan narasumber dapat bergabung menggunakan Google Meet. Jika tidak, cukup menonton secara langsung melalui streaming YouTube.
Respon Positif dan Peningkatan Jumlah Viewer
Ia mengaku sempat mengalami beberapa kendala di awal, seperti gambar yang tidak muncul atau suara yang tidak terdengar. Juga peserta kajian yang belum bergabung sesuai harapan.
Namun, kendala tersebut berangsur membaik hingga tak banyak kendala teknis. Kegiatan ini dikawal langsung oleh Kepala Smamda Surabaya Astajab SPd MM, yang bersedia menjadi host untuk mengatur jalannya kajian daring.
Respon yang diterima segenap pemirsa juga sama baiknya. Salah satu peserta, Fikri Rasyid, siswa kelas XI MIPA 1 mengaku terkesan mengikuti Kajian Senja. “Alhamdulillah kajiannya jelas, padat, dan mudah dipahami, meski tetap saja tidak bisa menghilangkan rasa kangen mendengar khutbah di masjid,” ungkapnya.
Selain dapat dimanfaatkan untuk mengisi Jurnal Kegiatan Ramadhan melalui Google Form, ia merasakan, kerinduannya berjamaah dan berkegiatan di masjid sekolah sedikit tersalurkan .
Setiap Kajian Senja usai, Musthofa selalu mengirimkan laporan jumlah orang yang telah mengikuti kajian secara daring, banyak viewer di YouTube, dan jumlah subscribers terbaru. Ia berharap teknologi online lebih efektif ke depannya dalam menebar syiar, tidak hanya beradaptasi menghadapi kondisi saat ini, tetapi juga seterusnya.
Musthofa mengaku senang karena viewernya terus bertambah. Di teknologi pertama, ia masih fokus menggunakan Google Meet dengan jumlah viewer sekitar 400.
Kemudian ia menggabungkan dengan teknologi broadcaster sehingga bisa disiarkan via YouTube streaming dan terbukti meningkatkan viewer hingga di atas 1000. “Belum lagi viewer yang ada di Google Meet. Bahkan channel YouTube yang dibuat baru mulai berkembang subscriber-nya. Mudah-mudahan kita bisa serius menggarap sisi ini,” harapnya. (*)
Penulis Rimba Ayu. Co-Editor Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.