PWMU.CO– Utbah bin Rabi’ah tersihir al-Quran terjadi ketika pengikut Nabi Muhammad saw makin lama terus bertambah. Tokoh-tokoh Quraisy makin khawatir pengaruhnya makin besar di Kota Mekkah. Salah satu tokoh itu Utbah bin Rabi’ah.
Dia usul membuka dialog dan negosiasi dengan Nabi Muhammad. Usul itu disepakati. Kaumnya menunjuk dia sebagai utusan untuk melobi Nabi.
Bertemulah dia dengan Nabi. ”Muhammad, kamu telah tahu kedudukanmu di tengah kita. Kini kamu membawa ke tengah kaummu sesuatu bahaya yang besar sekali. Kamu pecah belah persatuan mereka, kamu maki tuhan mereka. Karena itu dengarlah apa yang kami tawarkan kepadamu dengan harapan agar kamu menerima meskipun sebagian saja,” kata Utbah.
”Katakanlah apa yang kamu tawarkan,” jawab Nabi.
”Jika kamu melakukan semua ini bertujuan mencari uang maka kami akan kumpulkan uang untukmu sampai kamu menjadi orang terkaya di seluruh Mekkah. Jika kamu ingin menjadi orang terpandang kami akan menjadikan kamu sebagai raja. Jika kamu terkena gangguan jin yang kamu tidak dapat menghindari, kami akan mencarikan dukun dan kami bersedia membayar biayanya sampai kamu sembuh,” ujar Utbah.
”Apa kamu sudah selesai bicara?” tanya Nabi.
”Ya, aku sudah selesai,” jawab Utbah.
Dibacakan Surat Fushshilat
Nabi kemudian mengatakan,”Dengarkan apa yang aku ucapkan ini.” Lalu Nabi membacakan al-Quran surat Fushshilat ayat-ayat awal.
Haa Miim
diturunkan dari Tuhan yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,
kitab yang telah dijelaskan ayat-ayatnya Quran dalam bahasa Arab bagi kaum yang hendak mengetahuinya
kitab yang membawakan berita gembira dan peringatan tapi kebanyakan mereka berpaling dan mereka tidak mau mendengarkan
mereka berkata hati kami tertutup bagi apa yang kalian serukan dan telinga kami pun tersumbat rapat antara kami dan kalian terdapat dinding pemisah karenanya silakan kalian berbuat dan kami pun berbuat
katakanlah, bahwa aku adalah seorang manusia seperti kalian diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kalian adalah Tuhan yang Mahaesa karena itu hendaklah kalian tetap pada jalan lurus menuju kepadanya dan celakalah orang-orang yang mempersekutukannya
ialah mereka yang tidak menunaikan zakat dan mengingkari kehidupan akhirat
dan seterusnya hingga ayat 13 di bawah ini
bila mereka berpaling maka katakanlah, kalian telah kuperingatkan (datangnya) petir seperti petir yang menghancurkan kaum Ad dan Tsmaud.
Menurut satu riwayat, saat mendengar bunyi ayat 13 itu Utbah langsung menutup telinga dengan dua tangannya seolah-olah merasakan hendak disambar petir. Nabi lalu bertanya,”Sudahkah kamu dengar apa yang aku bacakan tadi?”
Dituduh Disihir oleh Nabi
Utbah bangkit dari duduknya sambil pamit pulang. Lantas dia bertemu dengan teman-temannya yang tidak sabar menunggu hasil lobi itu. Ketika mereka melihat wajah Utbah, teman-temannya berkata, ”Demi Allah, kini Utbah berubah wajahnya dari sebelum pergi menemui Muhammad.”
”Bagaimana hasil lobimu?” tanya teman-temannya.
Utbah menjawab, ”Demi Allah, aku telah mendengar darinya suatu bacaan yang tak pernah kudengar seindah itu sebelumnya. Bacaan itu tidak serupa dengan syair atau mantra dukun. Karena itu sebaiknya kamu biarkan saja dia jangan halangi kegiatannya sedikit pun.”
Mendengar jawaban itu kontan saja teman-temannya menukas, ”Demi Allah, Muhammad telah menyihirmu sampai kamu terpengaruh oleh bujukannya.”
Utbah menjawab, ”Ini pendapatku yang sebenarnya, kamu bebas untuk berbuat sesukamu.”
Waktu pun berlalu. Utbah masih termangu-mangu setelah mendengar ayat al-Quran yang dibacakan Nabi. Tapi dia malah menjadi ejekan teman-temannya yang mengira Utbah bin Rabi’ah tersihir al-Quran, bacaan mantra Nabi. (*)
Utbah bin Rabi’ah Tersihir Al-Quran berdasarkan buku Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam.
Penulis/Editor Sugeng Purwanto