Makar Surga, Tutupi Neraka ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian Makar Surga, Tutupi Neraka ini dimulai dari hadits riwayat Bukhori Muslim
عَنْ أبي هريرة أَنَّ رَسُول اللَّه ﷺ قَالَ: حُجِبتِ النَّارُ بِالشَّهَواتِ، وحُجِبتْ الْجَنَّةُ بَالمكَارِهِ – متفقٌ عَلَيهِ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Neraka tertutupi oleh berbagai syahwat dan surga tertutup oleh yang dibenci (tidak disenangi).
Makna Makar
Makar seakar dengan kata makruh. Dari kata kariha yakrahu yang berarti ghaira mahbub, yunfaru minhu. Yaitu sesuatu yang tidak disukai, dibenci darinya.
Maka perbuatan makruh adalah perbuatan yang tidak disukai oleh Allah dan Rasul-Nya. Dan acapkali perbuatan makruh ini menyeret kita pada tindakan yang haram. Maka mestilah wajib dihindari.
Neraka tertutupi dengan sahwat, sedangkan surga tertutupi oleh sesuatu yang tidak disukai. Hadist ini menjelaskan neraka justru tertutupi oleh hal-hal yang menyenankan dan menyilaukan diri kita. Yakni kita sangat menyukai dan menyenangi sesuatu, padahal hal itu menyeret kita ke neraka.
Neraka begitu tidak kelihatan ketika kita telah menyenangi sesuatu, sehingga kita berusaha memperoleh kesenangan tersebut dengan segala cara dan upaya yang sering kali juga menabrak terhadap ketentuan kebenaran yang telah ditetapkan.
Allah SWT menjelaskan tentang jebakan yang berupa kesenangan ini dalam firman-Nya:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمََٔابِ ١٤
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Ali Imran/3:14).
Bukalah Tirai Surga
Karena itu terhadap apa yang kita senangi harus berhati-hati. Karena semua itu bukanlah kesenangan yang sejati, tetapi bersifat sangat sementara saja. Ada kesenangan yang lebih hakiki yang mestinya lebih kita inginkan sebagaimana lanjutan firman Allah:
قُلۡ أَؤُنَبِّئُكُم بِخَيۡرٖ مِّن ذَٰلِكُمۡۖ لِلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ عِندَ رَبِّهِمۡ جَنَّٰتٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا وَأَزۡوَٰجٞ مُّطَهَّرَةٞ وَرِضۡوَٰنٞ مِّنَ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ بَصِيرُۢ بِٱلۡعِبَادِ ١٥
Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Ali Imran/3:15).
Dengan demikian kesenangan di dunia justru menutupi, bahwa dibaliknya itu ada neraka. Kadang tanpa tersadar kita berusaha mengerahkan seluruh kemampuan untuk mendapatkannya. Lupa terhadap kehidupan yang lebih kekal.
Sebaliknya surga malah tertutupi oleh yang tidak kita sukai ketika melakukannya. Banyak aktivitas yang semestinya lebih disenangi karena dapat mengantarkan kita ke surga malah tidak kita sukai. Selalu ingin buru-buru menyudahinya. Shalat misalnya selalu kita lakukan dengan buru-buru, demikian pula dengan ibadah lainnya.
Waspada yang Menyenangkan
Maka harus mewaspa ketika kita kok senang dengan suatu aktivitas, jangan-jangan aktivitas kita tersebut tidak benar. Entah tidak memenuhi kriteria syar’inya atau tergolong bid’ah dan atau juga terkategori syirik kecil yakni riya’.
Yang tahu persis kondisi itu terutama adalah diri sendiri. Sedangkan untuk meraih surga pilihannya hanya satu, yaitu menjalankan aktivitas yang tidak kita senangi tetapi kita berjuang di dalamnya untuk menjalankan dengan baik sesuai ketentuannya.
Jadi hampir semua aktivitas dalam naungan ridha Allah yang murni dan ikhlas lebih berat kita laksanakan. Tetapi jika itu berupa aktivitas yang diridhai oleh setan baru kita merasa ringan bahkan senang menjalankannya, apalagi kemudian dapat menimbulkan kebanggan pada diri kita.
Hadits di atas memberikan perhatian serius supaya kita berhati-hati. Persiapkan diri dengan baik ketika akan melaksanakan berbagai aktivitas dalam kehidupan kita, baik yang berupa ibadah ghairu mahdhah apalagi yang mahdhah. Termasuk di dalamnya adalah mengilmuinya yakni memahaminya dengan benar, sehingga kita tidak terjebak pada aktifitas yang sia-sia tak bernilai di sisi Allah SWT. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.