Bila Setan Bertanya: Siapa Pencipta Tuhanmu? Ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Ngaji Ramadhan kali ini berangkat dari hadist riwayat Bukhari, Muslim, dan Ahmad sebagai berikut:
عن أَبَى هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولَ : مَنْ خَلَقَ كَذَا وَكَذَا ؟ حَتَّى يَقُولَ لَهُ : مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ ؟ فَإِذَا بَلَغَ ذَلِكَ ، فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ
Dari Abu Hurairah Rasulullah SAW bersabda: “Setan datang kepada salah seorang di antara kalian dan berkata: ‘Siapa yang menciptakan ini? Siapa yang menciptakan itu?’ Sehingga setan bertanya, ‘Siapa yang menciptakan Tuhanmu?’ Ketika sampai demikian maka berlindunglah kepada Allah dan hindarilah (berhentilah).”
Siapa Makhluk Itu?
Makhluk sama dengan ‘alam yang didefinisikan oleh para ulama’ kullu siwallahi fahuwa minal ‘alami awil makhluqi. Yakni semua selain Allah adalah alam atau makhluk. Dan pada tiap-tiap makhluk terdapat ayat (bukti) yang menunjukkan adanya Maha Pencipta. Menunjukkan atas kekuasaan-Nya, hikmah-Nya, rahmat-Nya, kemulian-Nya, dan lainnya yang menunjukkan makna rububiyyah Al-Khaliq atau Sang Maha Pencipta.
Maka pada setiap jiwa tentu akan meyakini akan adanya pencipta terhadap semua yang ada ini. Dan bekal ini memang telah Allah anugrahkan pula kepada setiap manusia.
Dalam setiap jiwa ada suatu instrumen untuk meyakini akan adanya Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta serta Pengatur dan Pemelihara Alam Semesta. Keyakinan ini diperkuat dengan adanya berbagai peristiwa alam baik yang ada di daratan, lautan, maupun udara. Termasuk peristiwa pada benda-benda yang berada di tata surya angkasa luar sana. Semua itu menunjukkan adanya Penciptanya.
Tuhan Maha Esa
Dan tentu pencipta semua itu adalah tunggal atau esa. Karena tidak mungkin adanya keteraturan dan keseimbangan jika yang mengatur bukan hanya satu atau tunggal. Maka Tuhan pastilah Maha Esa, yang kekuasan-Nya adalah mutlak dan tidak ada yang bisa mempengaruhi kepada-Nya sedikitpun.
لَوۡ كَانَ فِيهِمَآ ءَالِهَةٌ إِلَّا ٱللَّهُ لَفَسَدَتَاۚ فَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ رَبِّ ٱلۡعَرۡشِ عَمَّا يَصِفُونَ ٢٢
Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. (al-Anbiyaa’ 22).
Tuhan Maha Sempurna, tanpa cacat sedikit pun. Semua apa yang telah diciptakannya mengandung sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi umat manusia, tiada satupun yang sia-sia.
Karena memang begitulah, manusia adalah sebagai pemegang amanah bagi kehidupannya di alam semesta ini. Maka sungguh Allah telah menurunkan syariat atau konsepsi yang tertuang dalam firman-firman-Nya. Baik yang termaktub dengan tinta pena (al-Qalam), maupun yang terbentang luas diseluruh jagad raya ini.
Menerima Amanat
إِنَّا عَرَضۡنَا ٱلۡأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلۡجِبَالِ فَأَبَيۡنَ أَن يَحۡمِلۡنَهَا وَأَشۡفَقۡنَ مِنۡهَا وَحَمَلَهَا ٱلۡإِنسَٰنُۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومٗا جَهُولٗا ٧٢
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (al-Ahzab: 72).
Amanah ini sudah ada di pundak kita masing-masing. Maka tatkala tidak ditunaikan dengan baik, Allah memiliki alasan untuk menghukumnya. Dengan lanjutan ayat tersebut:
لِّيُعَذِّبَ ٱللَّهُ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتِ وَٱلۡمُشۡرِكِينَ وَٱلۡمُشۡرِكَٰتِ وَيَتُوبَ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمَۢا ٧٣
Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (al-Ahzab 73)
Jebakan Berpikir ala Setan
Oleh karena itu jika ada yang mempertanyakan tentang tuhan, maka hal itu bukanlah dalam jangkauan wilayah yang bisa kita pikirkan. Karena kita hanyalah makhluk-Nya yang sangat tidak memiliki kapasitas untuk berbicara tentang Tuhan. Kecuali dengan apa yang Tuhan sendiri informasikan kepada kita.
Ketika kita bicara tentang seluk-beluk kehidupan ini, apalagi tentang Tuhan, tentulah harus mengacu pada informasi yang Dia sampaikan kepada kita. Tidak ada ruang sedikit pun bagi kita untuk berpikir secara bebas tanpa ada landasan hujjah yang benar dari tuhan maupun utusan-Nya.
Dengan demikian rasul atau utusan-Nya-lah yang diberikan otoritas untuk menterjemahkan kehendak Tuhan yang berlaku bagi umat manusia. Maka para Rasul diberikan wahyu yang berupa konsepsi kehidupan, dengan konsepsi tersebut Muhammad Rasulullah menjadi manusia yang paling paripurna dalam mengejawantahkan kehendak Tuhan tersebut. Yang sebelumnya juga telah di dahului oleh Ibrahim dan keluarganya sebagai manusia yang mendapat predikat summa cum laude dari Allah SWT (fa atammahunna).
Demikian iblis dan pasukannya tidak pernah berhenti untuk menggelincirkan bani Adam. Begitu bernafsunya iblis ini sehingga berbagai cara dilakukan dan ditempuhnya. Termasuk dengan mempertanyakan kepada manusia tentang pencipta Tuhan.
Padahal hal itu bukanlah wilayah yang dapat dibicarakan bahkan sangat diharamkan. Terlalu jauh jangkauan kita sebagai makhluk-Nya yang lemah dan tidak memiliki kapasitas untuk berpikir ke sana.
Bukankah akal pikiran kita juga merupakan ciptaan-Nya? Yang tentu tidak selayaknya untuk menjangkau pada yang berkenaan dengan tuhan. Karena pasti kita tidak akan dapat menjangkaunya. Dan tidak akan pernah kita sanggup.
Mempelajari Ilmu-Nya Tak Tuntas
Jangankan begitu, kita berfikir tentang ilmu Allah yang begitu luasnya ini saja baru senoktah kita dapatkan. Padahal ilmu Allah tidak akan pernah habis ditulis sekalipun dengan tujuh samudra yang luas sebagai tintanya. Masih banyak hal yang menjadi tanggung jawab kita sebagai khalifah-Nya, untuk memahami fenomena alam ini yang kemudian dapat diberdayakan untuk kepentingan misi besar kita yaitu rahmatan lil ‘alamin.
Pertanyaan yang berkenaan dengan hal tersebut merupakan tipu daya setan yang hendak merontokkan nilai keimanan umat manusia. Dengan demikian siapa pun yang bertanya tentang hal itu tidak lain adalah pasukan-pasukan setan. Dan siapa pun yang tergoda dengan tipu muslihat setan tersebut maka praktis hidupnya akan tanpa iman. Maka betapa ruginya hidup tanpa ada keimanan dalam diri tersebut. Rugi di dunia sampai di akhirat nantinya. Kalau sudah begitu untuk apa dan mengapa kita hidup? (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.