PWMU.CO – Kurikulum pendidikan al-Quran yang dapat diterapkan pada anak disampaikan Wakil Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya M Najib Sulhan, Selasa (12/5/20).
Dalam Kajian Senja ke-4 yang digelar SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya itu, Najib menyampaikan materi ‘Pendidikan Keluarga dalam Al-Quran’.
Ia mengutip pernyataan dari seorang filsuf, Muhammad Iqbal. “Ambillah inspirasi dari al-Quran. Jika engkau meninggalkan inspirasi dari al-Quran, maka akan dilindas oleh zaman,” ujarnya.
Hal tersebut, kata dia, relevan saat banyak orangtua mendidik anak tidak berlandaskan al-Quran. Padahal menurutnya, hanya al-Quran yang bisa menyelamatkan kita dalam urusan apa pun, termasuk berkeluarga. “Ketika al-Quran kita jadikan panduan, insyaallah kita akan menjadi orang-orang yang selamat,” kata dia.
Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya itu menjelaskan, kalau kita hendak merujuk bagaimana pendidikan dalam keluarga, maka merujuklah pada keluarga Imran.
Ia menceritakan, Imran memiliki seorang istri bernama Hanna. Istri Imran ini senantiasa menjaga diri, kemudian lahirlah Maryam. Dari Maryam lahirlah Isa. Di situlah keturunannya terjaga karena mereka saling menjaga diri dan ada pola asuh di sana.
Empat Pandangan Al-Quran soal Anak
Karena itu, Najib menyarankan untuk kembali pada al-Quran ketika berbicara konsep pendidikan anak. Ada empat pandangan al-Quran terhadap anak.
Pertama, anak yang qurrata a’yun, yakni anak sebagai penyejuk orangtua, yang bisa menjadi anak salih dan salihah. Kedua, anak sebagai hiasan atau harta.
Najib menjelaskan, pandangan yang pertama dan kedua ini berbeda. Kalau yang pertama, lanjutnya, anak yang salih dan salihah di mana pun berada senantiasa menyelamatkan orangtua melalui doa-doanya dan tidak pernah menyakiti hati orangtua.
“Sedangkan yang kedua justru orangtuanya sekadar bangga tapi belum tentu menjadi penyejuk hati. Pilihan yang pertama inilah yang sesungguhnya diharapkan orangtua,” tegasnya.
Ketiga, anak sebagai fitnah bagi orangtua. “Di rumah tidak ada masalah, dalam lingkungan mereka tidak ada masalah, tapi ternyata di luar banyak jebakan-jebakan yang menimpa anak-anak kita, ada yang terkena narkoba, pornografi. Allah sudah mengingatkan pada kita,” terangnya.
Keempat, anak sebagai musuh. Hal ini dijelaskan dalam surat at-Taghabun ayat 14. Dalam ayat tersebut Allah mengingatkan agar orang tua berhati-hati pada anak.
Delapan Kurikulum Pendidikan Al-Quran
Selain itu, Najib juga menjelaskan delapan kurikulum al-Quran yang bisa diterapkan kepada anak sesuai surat al-Luqman ayat 13-19.
Pertama, tauhid, mengesakan Allah dan tidak menyekutukan. Kedua, birrul walidain, berbakti pada orangtua.
Dalam kajian bertema Stay Blessed on the Net Ramadan Penuh Makna ini Najib berkisah, suatu ketika Rasulullah SAW pernah bertemu dengan para sahabat, kemudian bertanya.
“Wahai para sahabat maukah engkau kuberitahu dosa yang paling besar dan dosa yang tidak bisa diampuni oleh Allah. Semua sahabat terdiam. Kemudian Rasulullah bertanya lagi, ‘Wahai sahabat maukah engkau kuberitahu dosa yang besar?’
Mereka masih juga belum memberikan jawaban. Baru yang ketiga, ‘Wahai sahabat maukah engkau kuberitahu dosa yang paling besar?’ ‘Mau Ya Rasulullah seperti apakah itu?’,” kisahnya.
Najib melanjutkan penjelasan Rasulullah, dosa yang paling besar ada dua hal. Pertama, menyekutukan Allah dan durhaka kepada orangtua. “Dua hal ini tidak akan diampuni oleh Allah karena dosa syirik itu dosa yang tidak bisa diampuni,” terangnya.
Kurikulum yang ketiga, ihsan. Apapun yang dilakukan seseorang, anak, orangtua, Allah selalu melihat, selalu memberikan balasan. “Segala yang dilakukan manusia pasti berbalas. Allah tidak akan menukar balasan,” ujarnya menjelaskan makna surat al-Isro’ ayat 7.
Keempat, ibadah. Ibadah tentang salat. Bahkan ketika berbicara tentang ibadah, kata dia, hal ini ada kaitannya dengan kurikulum kelima dan keenam yakni amar makruf nahi mungkar dan sabar.
“Ini diawali dari salat sebagai wujud aqidah tadi. Kalau aqidahnya kuat, saya yakin ibadahnya juga dilakukan dengan baik,” tegasnya.
Ketujuh, akhlak. Najib secara sederhana menerangkan cara mengajarkan anak berperilaku santun kepada orang lain. Seperti tidak memalingkan muka, tidak berjalan dengan angkuh, dan tidak membanggakan diri.
Delapan, komunikasi. “Komunikasi ini harus benar-benar dijaga oleh orangtua dan anak agar menciptakan keharmonisan,” tuturnya.
Kajian Senja Hidupkan Dakwah
Wakil Kepala Sekolah Bagian Ismuba Sulaiman menjelaskan, pandemi Covid-19 tidak menjadi penghalang untuk melaksanakan dakwah amar makruf nahi mungkar. “Di tengah pandemi Covid-19 ini Smamda tetap harus memberikan pemahaman dan pencerahan untuk keluarga besar Smamda,” kata dia.
Meski Ramadan kali ini di tengah pandemi, menurutnya semangat fastabiqul khairat harus selalu digaungkan agar kita semua menjadi manusia yang bertakwa.
Kajian Senja secara daring ini mendapat perhatian dari masyarakat, khususnya warga Smamda. Kajian senja ini masih menyisakan dua sesi lagi, yakni sesi kelima pada Sabtu, 16 Mei 2020 dengan pembicara Ketua Lazizmu Jawa Timur drh Zainul Muslimin.
Sedangkan sesi keenam akan digelar Selasa, 19 Mei 2020 dengan pembicara Nur Cholis Huda, yang akan membedah buku terbarunya: Di Hatiku Ada Kamu.
Kajian Senja ini dapat diikuti masyarakat umum secara streaming melalui kanal youtube ‘Live Hijrah Smamda Tv’ pukul 15.45-17.00 WIB. (*)
Penulis Masitha Gemilang. Co-Editor Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.