PWMU.CO – Menurut rencana, sore ini (1/9/2016) Kementerian Agama (Kemenag) akan menyelenggarakan sidang isbat penentuan awal bulan Dzulhijjah 1437 H. Seperti biasanya, isbat juga dibarengi dengan pengamatan hilal di lapangan oleh para pelaku rukyat. Namun, tidak ada satu referensi pun yang menyebutkan, hilal di Indonesia pada hari ini sudah berada di atas ufuk. Apalagi bisa dilihat dengan rukyah.
“Ijtimak akhir bulan Zulkaidah jelang Zulhijah 1437 H memang terjadi sebelum matahari terbenam, tepatnya hari Kamis Wage, 1 September 2016 M pukul 16.04.34 untuk lokasi pengamatan Tanjungkodok, Paciran Lamongan,” jelas Wakil Ketua PWM Jatim, Nadjib Hamid MSi.
(Baca juga: Urunan Lebih 7 Orang, Tetap Sah sebagai Ibadah Qurban dan Hisab Tidak Bertentangan dengan Sunnah, Bahkan Sangat Selaras)
Saat matahari terbenam pada pukul 17.30.17 wib, tambahnya, tinggi bulan hakiki adalah minus 0 derajat 18 menit 39 detik. Pada saat yang sama, di seluruh wilayah Indonesia pada saat terbenam Matahari itu Bulan berada di bawah ufuk. “Karena itu, hilal pada hari ini tidak dapat diamati dari seluruh wilayah Indonesia karena ketinggiannya masih negatif,” tambah Nadjib.
“Sebab, posisi bulan yang bisa dirukyah itu rata-rata berada pada posisi 4 derajat. Sementara imkanur rukyah mensyaratkan ketinggian bulan minimal sudah 2,5 derajat,” jelas Wakil Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Timur ini tentang ketidakmungkinan hilal bisa dilihat dengan mata.
(Baca juga: Inilah Tata Cara Penyembelihan Hewan Kurban yang Syar’i dan Sehat dan Idul Adha Jatuh pada 12 September 2016 dan Bersamaan!)
“Bisa dipastikan bahwa kedatangan awal bulan Dzulhijjah, puasa Arafah, maupun Idul Adha di Indonesia tidak ada perbedaan antara hisab maupun (imkanur) rukyah,” tambahnya sambil menyatakan tanggal 1 Dzulhijjah 1437 H akan jatuh pada 3 September 2016. Hari Arafah yang jatuh pada 9 Zulhijah, otomatis terjadi pada 11 September 2016 M. “Sehingga Idul Adha yang jatuh pada tanggal 10 Zulhijah 1437 H akan bertepatan dengan hari Senin, 12 September 2016.”
Selain kepastian kesamaan Idul Adha di Indonesia, Nadjib juga menyatakan bahwa Idul Adha 2016 di Indonesia punya potensi berbeda dengan di Arab Saudi. “Potensi beda itu muncul karena ada perbedaan tinggi bulan pada 1 September.Tinggi hilal di Indonesia masih negatif atau di bawah ufuk, sementara di Arab Saudi sudah positif atau di atas ufuk.”
(Baca juga: Redaksi Takbiran: Allahu Akbar 2 atau 3 Kali? dan Mengangkat Tangan atau Tidak dalam Takbir Tambahan Shalat Idul Fitri-Adha?)
Namun, karena Arab Saudi juga menggunakan rukyah, penetapan di negara itu pun masih menunggu hasil pengamatan sore ini. “Jika dinyatakan ada yang melihat hilal pada sore nanti di Arab Saudi, maka tanggal 1 Zulhijjah di sana jatuh pada 2 September. Sehingga Idul Adha (10 Zulhijjah) akan jatuh pada Ahad, 11 September. Atau lebih cepat dibanding di Indonesia.”
Dalam pandangan Muhammadiyah, Idul Adha di Indonesia –untuk sementara waktu– memang sangat mungkin berbeda dengan Arab Saudi. Sebab, yang dijadikan pegangan saat ini masih mathla’ atau wilayah al-hukmi negara Indonesia. Karena mathla’ ini pula setidaknya ada 4 argumen kenapa Idul Adha di Indonesia bisa berbeda dengan Arab Saudi.
(Baca juga: Masih Bingung Ibadah Nishfu Sya’ban? Inilah Penjelasan Lengkapnya dan Bagaimana Tuntunan Puasa Rajab?)
Pertama, tentang Puasa Arafah, Muhammadiyah memandang bahwa puasa ini dilakukan pada 9 Dzulhijjah, bukan karena adanya wukuf di Arah. “Dalam banyak hadits, Nabi Muhammad saw ternyata sudah menamakan puasa Arafah pada 9 Dzulhijjah ini, meskipun kaum muslimin belum melaksanakan haji,” jelas Nadjib.
“Kedua, jika Idul Adha harus sama dengan Arab Saudi, coba bayangkan bagaimana umat Islam beberapa abad lalu sebelum ditemukannya berbagai teknologi informasi,” tambahnya.
(Baca juga: Bagaimana Cara KB yang Islami? dan Doa Memasuki Bulan Rajab)
“Ketiga, jika memang harus menyesuaikan dengan waktu Arab Saudi, dalam kasus Puasa karena wukuf misalnya, bagaimanakah cara berpuasanya orang-orang di wilayah yang punya perbedaan waktu lebih cepat 6 jam dengan Makkah. Di wilayah itu sudah masuk pagi, sementara di Makkah masih malam.”
Keempat, kata Nadjib, jika seandainya terjadi malapetaka atau problem besar atau bencana atau peperangan, sehingga pada suatu tahun ternyata jama’ah haji tidak bisa wukuf di padang Arafah, bukankah tidak membatalkan adanya puasa Arafah? Dengan berbagai argumen itu, maka di situlah selalu ada potensi perbedaan perayaan Idul Adha (Fitri juga) antara Indonesia dan Arab Saudi.
Tadi malam (1/9), Pemerintah Arab Saudi akhirnya memutuskan 1 Dzulhijjah 1437 H jatuh pada 3 September 2016, sehingga Idul Adha adalah 12 September 2016, sama dengan Muhammadiyah maupun Kementerian Agama RI. Keputusan Pemerintah Saudi ini memang akhirnya berbeda dengan Kalender Ummul Qura yang disusunnya sendiri: Mengapa Saudi Tetapkan Idul Adha Beda dengan Kalender Ummul Qura yang Diterbitkannya? Berikut Penjelasannya. (iqbal)