PWMU.CO – Kemenristek diminta beri prioritas perhatian riset Covid-19 yang dilakukan oleh perguruan tinggi di Indonesia, baik negeri maupun swasta.
Anggota Komsi X DPR RI Prof Zainuddin Maliki mengatakan, riset tentang teknologi penanganan Covid-19 yang dilakukan perguruan tinggi harus mendapat prioritas perhatian Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN).
“Kalau faktanya riset inovasi Covid-19 yang dihasilkan perguruan tinggi cukup dominan itu bukan karena ego keilmuan. Tetapi ada atau tidak ada kerja sama dengan pihak lain, riset tetap dikembangkan,” ungkapnya menanggapi imbauan Menteri Riset dan Teknologi Bambang PS Brodjonegoro agar perguruan tinggi jangan sampai terjebak dengan ego keilmuan.
Jika riset berhenti, ujanya, maka perguruan tinggi kehilangan substansinya karena riset merupakan salah satu pilar Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Saat menjadi pembicara dalam webinar yang diselenggarakan Universitas Andalas, Menristek meminta para peneliti di perguruan tinggi agar tidak terjebak dengan ego bidang. Masing-masing diajak bersama-sama bersinergi untuk menghasilkan inovasi dalam penanganan Covid-19.
Beberapa Hasil Riset Covid-19 Kampus
Riset inovasi Covid-19 yang dihasilkan perguruan tinggi dengan dana patungan misalnya yang dilakukan Universitas Airlangga, Hepatika/Unram, dan Universitas Gadjah Mada. Bersama konsorsium riset BPPT berhasil meluncurkan rapid test kit RI-GHA19 yang bisa digunakan untuk mendeteksi virus menggunakan antibodi IgG dan IgM yang ada di dalam darah.
Demikian pula yang dilakukan Tim Riset dan Inovasi Covid-19 Unair dan ITS juga berhasil mendesain Robot Raisa (Robotic Madical Assistance) yang bisa digunakan untuk melayani pasien mengantar obat dan lainnya tanpa harus berinteraksi dekat dengan pasien. Robot Raisa ini sekarang sudah menjadi prototype.
Sementara itu Unpad bertindak sebagai Principle Investigator (PI) Utama dalam terapi menggunakan Pil KINA. FK-UI memiliki Mysencheme Stem Cell yakni program yang tujuannya adalah untuk mengganti jaringan paru yang sudah rusak, yang dapat mengakibatkan pasien sulit bernafas dan meninggal.
Zainuddin Maliki mengatakan, saat ini rumah sakit-rumah sakit rujukan sangat membutuhkan ventilator untuk penanganan pasien Covid-19. Kemenkes dalam sebuah laporan menyebutkan saat ini dibutuhkan 1000 CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) Ventilator transport dan Ambubag 668. ITB Salman, UI, UGM, ITS, Unversitas Telkom bekerja sama dengan BPPT tengah melakukan pengembangan ventilator dimaksud.
“Tradisi riset di perguruan tinggi dengan demikian harus tetap diperhatikan. Riset di perguruan tinggi negeri maupun swasta menjadi tanggung jawab Kemenristek/BRIN. Terlebih di saat pandemic Covid-19 sekarang ini. “Jangan biarkan penanganan Covid-19 berlangsung tanpa basis riset ilmu pengetahuan dan temuan teknologi,” katanya.
Dia mengatakan, Kemendikbud tidak bisa berbuat banyak dalam upaya melakukan penguatan riset di perguruan tinggi. Yang bisa dilakukan hanya mengimbau dan menyemangati. Karena itu Kemenristek diminta lebih perhatian soal ini. “Pasalnya anggaran risetnya telah diambil Kemenristek/BRIN,” katanya. (*)
Penulis/Editor Mohammad Nurfatoni.