Introspeksi yang Menjadi Karya merupakan opini oleh Mahyudin, kontributor Sidoarjo. Mengulas cara kreatif menulis lewat muhasabah diri, sosial, ekonomi dan politik.
PWMU.CO-Banyak cara untuk introspeksi diri. Ada yang mencari kesunyian. Berdialog dengan diri sendiri. Ada yang sebelum tidur merenungkan aktivitas harian. Tapi ada cara kreatif introspeksi diri yaitu menulis.
Menulis apa saja yang terjadi di sekitar kita, pikiran yang sedang berkecamuk, atau perasaan yang sedang bergairah atau bersedih. Menulis bisa menjadi katarsis menyalurkan masalah yang menghasilkan karya.
Menulis untuk introspeksi diri dilakukan dengan berlaku jujur. Mengakui kesalahan-kesalahan. Menimbang baik buruk perilaku. Setiap merasakan kegelisahan coba menulis dan bertanya terhadap diri.
Apakah yang aku ucapkan tadi menyakiti hati? Apakah yang aku ucapkan sebuah kebenaran? Apa kekuranganku selama ini? Kenapa dia bisa sedangkan aku belum, apakah usahaku selama ini masih kurang?
Lantas buatlah kebulatan tekad memperbaiki diri. Pertaubatan. Tak mau mengulang kesalahan. Harus bertindak benar. Maka jadilah sebuah tulisan renungan yang layak dipublikasi untuk pembaca.
Menulis untuk introspeksi sosial, amatilah sekitarmu. Seperti kebiasaan masyarakat, keputusan pemerintah, perilaku pemimpin, omongan penguasa. Catat mana yang aneh, dan mana yang sesuai kebenaran. Analisis. Beri catatan dan saran. Maka tulisan itu sudah menjadi opini yang bisa dikirimkan ke redaksi media massa.
Introspeksi Sosial Politik Ekonomi
Begitu juga untuk introspeksi politik, sosial, ekonomi. Semua catat. Sumbernya bisa dari koran, TV, media online, atau mendengar ceramahnya. Beri catatan sisi positif dan negatif, beri ulasan kelebihan dan kekurangan. Lantas simpulkan dan beri saran maka sudah menjadi tulisan artikel yang menarik untuk dipublikasikan.
Itu bahan introspeksi dan cara menulisnya yang bisa bermanfaat untuk orang lain dan diri sendiri. Itulah cara kreatif mengungkapkan isi hati, ketidaksetujuan dan protes dengan kondisi.
Wabah Corona dan pelaksanaan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sebenarnya banyak memberi inspirasi untuk menulis. Jangan malah berhenti berkarya hanya karena tidak ada kegiatan di sekolah atau tempat kerja.
Allah menganugerahi kita bibir, mata, telinga, hati, akal, perasaan pakailah untuk berkreasi dengan berintrospeksi diri, sosial, politik, ekonomi dan lainnya. Sehingga anugerah Allah itu bermanfaat. Tidak sia-sia.
Diriwayatkan dari Umar bin al-Khaththab dicatat oleh Tirmidzi, Rasulullah mengatakan,
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ
Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal saleh) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak).
Diriwayatkan dari Maimun bin Mihran yang juga dicatat oleh Tirmidzi, Rasulullah menyatakan,
لَا يَكُونُ العَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ
Hamba tidak dikatakan bertakwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi rekannya.
Hadits ini bukan saja nasihat muhasabah atau introspeksi biasa. Menjadi luar kalau muhasabah itu Anda ungkapkan dalam tulisan. (*)
Editor Sugeng Purwanto