Nabinya Bisnisman, Umatnya ok Tidak adalah Renungan Ramadhan oleh Ali Murtadlo mengupas tentang prinsip mengawali bisnis bagi pemula.
PWMU.CO– ”Ini tidak hanya jadi pertanyaan ibu. Tapi kita semua,” kata Dahlan Iskan (DI) menjawab pertanyaan seorang ibu pada acara Ngabuburit Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) via Zoom kemarin.
Pertanyaannya, mengapa orang Islam kok tidak banyak yang berbisnis. ”Padahal nabinya bisnisman. Maharnya saja ada yang mengatakan 99 unta pilihan,” kata Menteri BUMN 2011-2014 yang kini sering jadi coach bisnis anak muda.
Ustadz Ir Misbahul Huda MBA yang menjadi moderator menambahkan penjelasan, sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu berdagang.
Begawan media DI melanjutkan, sekarang di Jawa Timur saja, coba cari konglomerat muslimnya satu saja. ”Ada teman saya, baru saja meninggal dunia. Pemilik Kelola Mina Laut, pengusaha ikan,” katanya. ”Tapi kalau cari politisi banyak sekali, kiai banyak sekali.”
Penulis DI’s Way tiap pagi ini juga mendapat berbagai pertanyaan. ”Pak DI, saya sebetulnya sudah punya pekerjaan, tapi saya ingin juga belajar bisnis. Tapi takut rugi. Apa ada kiatnya agar tidak rugi?” tanyanya.
”Saran saya, Bapak tidak usah bisnis. Untuk apa? Orang hidup itu kan ingin bahagia. Bapak sudah ada pekerjaan. Mengapa bapak ingin menderita,” jawabnya. ”Mengapa?” lanjut DI, ”Rugi itu nafas bisnis, laba itu juga nafas bisnis. Kalau gak mau rugi, jangan bisnis.”
Mantapkan Hati
Tanya hatinya sekali lagi untuk menguji niat yang kuat. Masih ingin tetap bisnis? Siap rugi? ”Kalau perlu tanya dua kali lagi untuk benar-benar memantapkan hati,” tegas DI lagi.
Kalau jawabnya, tetap ingin bisnis, sarannya, ”Begini, jika punya uang 100 juta, pakai 30 juta saja. Jika rugi, tidak habis sama sekali, masih bisa makan.” Tapi lanjutnya, ”Ini juga kurang bagus. Karena tidak membuat all out. Coba kalau yang dipakai bisnis 100 juta semuanya, pasti all out. Pasti bisnisnya kaffah.”
Yang menggembirakan, kata DI, banyak anak muda Islam sekarang ini sudah memilih jalan berbisnis. ”Kalau dulu, tirakatnya kita itu menahan lapar, hidup sederhana. Tapi kalau sekarang anak-anak muda tirakatnya dengan kerja keras. Dulu, jilbab dua saja sudah cukup, sekarang kerja keras untuk bisa membeli aneka ragam jilbab.”
Ada saran yang sangat berharga untuk kita perhatikan ketika ditanya bisnis pada masa Covid sekarang ini. ”Memang sulit, tapi jangan sekali-kali lari dari kesulitan. Hadapi kesulitan sampai kita memenangkannya. Jangan lari, karena di tempat lain pasti juga akan kita temui kesulitan.”
Ketika ditanya bagaimana mendatangkan pemodal, DI mengatakan begini. Perusahaan kita harus jadi perusahaan yang cantik dulu. Cantik itu ada yang sangat cantik, supercantik, luar biasa cantik. Gojek itu cantik sekali. Nilainya 9. Pasti pemodal berdatangan. Di dunia banyak sekali orang berkelebihan uang yang berburu perusahaan cantik. ”Jadi percantik perusahaan kita. Pemodal akan datang dengan sendirinya.”
Terakhir, DI memberikan saran agar jadi pengusaha tidak berharap kepada siapa saja. ”Tidak berharap kepada orang lain, juga tidak berharap kepada pemerintah. Bisa jadi korban PHP. Itulah karakter bisnisman. Mandiri, tidak bergantung siapapun,” katanya mengakhiri diskusi karena sudah menjelang buka puasa. (*)
Editor Sugeng Purwanto