Andalusia di Ujung Ramadhan Tahun 92 H ditulis oleh Prima Mari Kristanto, warga Muhammadiyah yang tinggal di Kota Lamongan, Jawa Timur.
PWMU.CO – Nama Tharif bin Malik tidak setenar Thariq bin Ziyad sang panglima penaklukan tanah Eropa Andalusia—kini masuk wilayah seluruh negara Portugal, sebagian Spanyol dan Perancis.
Prof Raghib As Sirjani dalam bukunya Bangkit dan Runtuhnya Andalusia menjelaskan sosok-sosok penting selain Thariq bin Ziyad dalam misi futuhat Islamiyah di Andalusia. Antara lain intelijen Tharif bin Malik, Gubernur Musa bin Nushair, Khalifah Al Walid dan Julian seorang bangsawan Kristen yang memberi informasi penting tentang Andalusia. Juga meminjamkan pelabuhan Ceuta serta kapal-kapal pengangkut logistik dan pasukan Muslim.
Ramadhan tahun 91 Hijriyah merupakan misi pertama pasukan Muslim menginjakkan kaki di Andalusia dalam misi intelijen. Tharif bin Malik utusan Gubernur Musa bin Nusair bersama lima ratus pasukan mengumpulkan sejumlah informasi penting. Misinya: pembebasan Andalusia dari pemimpin dzalim.
Meskipun misi awalnya hanya mencari informasi, pasukan Tharif bin Malik sempat terpergok pasukan garnisun Andalusia. Hingga terlibat pertempuran-pertempuran kecil. Informasi penting dalam tahap awal misi Tharif bin Malik dilaporkan Gubernur Musa bin Nusair kepada Khalifah Al Walid di Damaskus.
Bantuan Bangsawan Kristen
Khalifah menyambut baik rencana merebut Andalusia dari kepemimpinan Raja Roderic yang dzalim pada rakyatnya. Tak dinyana misi futuhat Islamiyah Muslim ke Andalusia didengar oleh Julian, bangsawan Kristen di Ceuta Afrika, titik pelabuhan paling dekat menuju daratan Eropa dari Afrika.
Julian yang sering berhubungan dengan penguasa Andalusia merasa perlu mendukung misi futuhat Islamiyah. Alasannya ada masalah serius dengan Roderic, penguasa Andalusia yang dianggap Julian mengkudeta Witiza penguasa Andalusia sebelumnya.
Hampir satu tahun kemudian, setelah semua persiapan dianggap cukup tepatnya bulan Sya’ban 92 Hijriyah pasukan Muslim sejumlah 12 ribu orang bertolak menuju Andalusia dipimpin Thariq bin Ziyad.
Dari kota propinsi Qairawan Afrika Utara, pasukan bergerak menuju Ceuta, kota pelabuhan wilayah teritori Julian, bangsawan Kristen yang siap membantu misi futuhat Islamiyah ke Andalusia.
Julian menepati janjinya. Tepat di bulan Ramadhan tahun 92 Hijriyah seluruh pasukan Muslim telah mendarat di Andalusia dengan selamat.
Hoax Pembakaran Kapal
Kisah keberanian pasukan Thariq bin Ziyad beredar dari mulut ke mulut. Salah satunya disebut karena kapalnya dibakar, sehingga tidak ada pilihan selain maju, bukan mundur.
Informasi ini ternyata hoax dan beredar di kalangan masyarakat Andalusia saat itu hingga saat ini. Para ulama sirah tidak ada yang secara sahih menyaksikan bahkan menuliskan dalam kitab-kitab mereka.
Ulama-ulama seperti Al Himyari penulis Ar Raudh Al Mi’thar fi Khabar Al Akhtar dan Al Muqri penulis kitab Nafh Ath Thib hanya menjelaskan perihal Julian dan bantuan kapalnya tanpa menulis kisah pembakaran kapal.
Dengan kesaksian ulama tersebut disimpulkan tidak mungkin akhlak seorang panglima Muslim memusnahkan barang pinjaman yang bukan miliknya. Isu pembakaran kapal sebagai motivasi jihad pasukan Muslim di Andalusia dipastikan hoax bangsa Eropa yang tidak mengetahui motivasi jihad yang telah banyak tertulis di dalam kitab suci umat Islam.
Selama bulan Ramadhan tahun 92 Hijriyah praktis menjadi bulan peperangan pasukan Muslim di Andalusia. Setelah pendaratan di pantai Gibraltar, perlahan dan pasti pasukan Muslim bergerak menuju ke daratan Algeciras.
Dakwah kepada musuh sebagai langkah awal untuk menghindari peperangan. Bagaimanapun ajaran Islam mewajibkan dakwah bil hikmah wa mauidal hasanah karena perang bukan segala-galanya.
Terpaksa Perang
Segala tawaran bergabung dalam daulah Islam disampakan pada penguasa Algeciras bernama Theodomir untuk bersama-sama mewujudkan kemaslahatan umat. Tetapi pada akhirnya malang tak dapat ditolak dan untung tak dapat diraih ketika pasukan Theodomir memilih berperang menantang pasukan Thariq bin Ziyad.
Dengan pertolongan Allah SWT wilayah Algeciras menjadi wilayah Andalusia yang masuk daulah Islam. Selanjutnya pasukan Muslim terus berdakwah sambil menyiapkan peperangan jika dipaksa oleh keadaan. Hingga puncaknya bertemu dengan pasukan Roderic penguasa terbesar Andalusia.
Sebanyak 1000 ribu pasukan dikirim Roderic menghadapi pasukan Thariq yang “hanya” berjumlah 12 ribu. Jumlah pasukan Thariq sudah termasuk lima ribu pasukan tambahan yang dipimpin Tharif bin Malik.
Pertempuran yang tidak seimbang dalam jumlah pasukan dihadapi dengan semangat jihad fisabilillah oleh pasukan Muslim pimpinan Thariq bin Ziyad dan Tharif bin Malik menghadapi pasukan Roderic.
Qadharullah kembali pertolongan tidak disangka-sangka datang dari salah satu sayap penting pasukan Roderic yang membukakan jalan untuk pasukan Muslim menyerbu jantung pertahanan pasukan Roderic.
Pasukan ini ternyata eks pasukan Raja Witiza yang dikudeta Roderic dan berharap pada kemenangan pasukan Muslim daripada kemenangan Roderic.
Takdir kemudian menetapkan 28 Ramadhan tahun 92 Hijriyah sebagai kemenangan pasukan Muslim. Sekaligus menjadikan daulah Islam memilik wilayah dakwah baru di Eropa.
Awal modernisasi Eropa dimulai dari sini membuktikan futuhat Islamiyah bukan hendak mengeksploitasi sumber daya alam dan manusia. Andalusia menjadi wilayah dakwah dan politik Islam dengan ilmu pengetahuan dan ulumul Quran secara terintegrasi.
Tidak ada paksaan untuk menjadi Muslim untuk penduduk Andalusia. Namun semua diberi pendidikan dan jaminan kehidupan yang sama hingga 800 tahun kemudian. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.