PWMU.CO – Khutbah di Rumah: Evaluasi Pasca Puasa naskah ditulis oleh dr Tjatur Prijambodo MKes, Direktur RS Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo.
Assalamu’alaikum Wr Wb
الـحَمْدُ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ اَجْمَعِينَ. اَمَّا بَعْدُ
Alhamdulillaahi nasta’iinuhu wa nastaghfiruhu, wa na’uudzubillaahi min syuruuri anfusina, wa min sayiaati a’maalina. Mayyahdillaahu falaa mudlillalah, wamayyudl lil falaa haa diyalah, asyhadu allaa ilaaha illallahu wah dahulaa syariikalahu, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuuluhu laa nabiyya ba’dah.
Allahummasholli wa sallim wa baarik’alaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa ash haabihi ajma’iin, ammaa ba’du.
اَللَّهُ اَكْبَرُ اَللَّهُ اَكْبَرُ اَللَّهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamdu
Istri dan anak-anakku yang dirahmati Allah SWT. Segala puji bagi Allah, Rabb dan sesembahan sekalian alam, yang telah mencurahkan kenikmatan-kenikmatan-Nya, rezeki dan karuniaNya yang tak terhingga dan tak pernah putus sepanjang zaman kepada makhlukNya, baik yang berupa kesehatan maupun kesempatan sehingga kita bisa sampai di bulan Syawal ini. Pada kesempatan kali ini tak lupa saya wasiatkan kepada diri saya pribadi dan kepada istri dan anak-anakku, marilah kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita, karena iman dan taqwa adalah sebaik-baiknya bekal untuk menuju kehidupan di akhirat kelak.
اَللَّهُ اَكْبَرُ اَللَّهُ اَكْبَرُ اَللَّهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillah Hilhamd.
Istri dan anak-anakku yang dirahmati Allah SWT. Di era pandemi seperti saat ini, setidaknya ada dua hal yang harus kita evaluasi sehubungan dengan puasa yang sudah kita lakukan selama satu bulan yang lalu. Yaitu pertama, ketakwaan dan kedua, kesehatan baik fisik maupun psikis.
Kita ketahui bersama puasa adalah suatu proses untuk mencapai derajat takwa. Maka dari itu, salah satu hal yang bisa dijadikan tolok ukur keberhasilan puasa kita saat memasuki Syawal adalah sudah bertakwa-kah kita?
Dalam berbagai hal kita bisa ukur diri kita. Kita bisa jadikan Ali Imran 134 sebagai acuan, di mana ayat itu menjelaskan ciri orang bertakwa, yaitu pertama, orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit. Kedua, orang-orang yang mampu menahan amarahnya. Dan ketiga, memaafkan (kesalahan) orang.
اَللَّهُ اَكْبَرُ اَللَّهُ اَكْبَرُ اَللَّهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillah Hilhamd.
Istri dan anak-anakku yang dirahmati Allah SWT. Pada kesempatan ini, saya akan lebih banyak mengupas keberhasilan puasa kita dari sisi kesehatan, fisik maupun psikis.
Benar adanya ungkapan summu tasihhu, berpuasalah maka kamu akan sehat. Perlu diketahui bahwa puasa mampu meningkatkan kinerja otak, meningkatkan fungsi liver, meningkatkan daya tahan tubuh, dan menurunkan kadar gula darah.
Puasa juga menurunkan tekanan darah, menurunkan berat badan, mampu menyembuhkan maag dan masih banyak manfaat lain. Nah, untuk kesehatan fisik ini kita bisa lihat pada diri kita masing-masing. Semakin sehatkah kita dengan puasa yang sudah kita lakukan? Benar adanya bahwa pusat penyakit kita adalah makanan yang masuk ke lambung seperti yang tercantum di surat al-A’raf 31: Kullu wasyrobu wala tasyrifu innahu la yuhibbul musyrifin, makan minumlah dan jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.
Hampir semua penyakit fisik disebabkan karena terlalu berlebihannya kita mengkonsumsi makanan. Penyakit modern saat ini sebagai contoh gamblangnya. Stroke, cholesterol, darah tinggi, atau gagal ginjal.
Dengan puasa yang kita lakukan, harusnya semua penyakit yang kita derita bisa berkurang atau bahkan menghilang, bukannya malah parah. Coba kita introspeksi diri kita masing-masing. Maka, sudah sangat tepat kiranya, godaan terkait makanan saat kita bersilaturrahim secara fisik ke saudara kita, akan jauh berkurang, karena kita tetap berada di rumah.
اَللَّهُ اَكْبَرُ اَللَّهُ اَكْبَرُ اَللَّهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillah Hilhamd.
Istri dan anak-anakku yang dirahmati Allah SWT. Yang terakhir tentang silaturrahim yang memang bermanfaat karena memperpanjang usia dan memperbanyak rezeki, apabila memungkinkan dilakukan.
Di saat itu juga ada momen bagi-bagi rezeki sebagai rasa syukur dengan memberi ‘amplop’ berisi uang pada sanak famili. Dilanjutkan dengan makan bersama. Sekali lagi kenikmatan komunal ini, tidak harus dilakukan karena akan bertabrakan dengan protokoler medis, dengan akibat semakin mewabahnya virus ini.
Saat Pandemi, silaturrahim atau halal bihalal bisa dilakukan decara virtual dengan menggunakan teknogi yang ada. Via Zoom, Google Meeting, atau WA bisa menjadi pilihan.
Makan di rumah bersama keluarga, tetap dalam batas wajar, tidak berlebihan, tentu menjadi kenikmatan tersendiri. Yang perlu diperhatikan adalah jangan berlebihan, seperti yang tercantum di surat Al A’raf 31 di atas.
Coba kita introspeksi diri kita masing-masing. Dan bagi-bagi rejeki bisa juga dilakukan secara virtual, melalui Isi pulsa, isi saldo uang elektronik, dan uang aplikasi saudara kita.
اَللَّهُ اَكْبَرُ اَللَّهُ اَكْبَرُ اَللَّهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillah Hilhamd.
Istri dan anak-anakku yang dirahmati Allah SWT. Untuk kesehatan psikis kita bisa lihat dari semua aspek batiniah kita. Menjadi lebih sabarkah kita? Menjadi lebih bersyukurkah kita? Menjadi lebih disiplinkah kita? Atau malah sebaliknya?
Ada dua permasalahan yang sering menghinggapi diri kita. Apa itu? Kurang bersyukur dan mudah stress. Setidaknya ada dua senjata ampuh yang ada di al-Quran untuk mencegah hal ini.
Pertama adalah surat Ibrahim 7. la in syakartum laadzi dannakum wala inkafartum inna adzabi la syadid. Sesungguhnya jika kamu bersukur maka Allah akan menambah nikmatNya, dan jika kamu kufur, maka sesungguhnya adzabKu amatlah pedih.
Ayat ini merupakan ayat sebab akibat. Kalau bersyukur, nikmat ditambah. Kalau kufur, kenapa tidak dikurangi tapi di-warning oleh Allah bahwa siksanya amatlah pedih?
Karena dengan tidak bersyukur, ada rasa sombong di batin kita, padahal hanya Allah yang boleh sombong. Karena kita sudah menuhankan diri, maka Allah memberi peringatan dini. Untuk membuat selalu bersyukur, kita harus selalu punya sikap positive thingking terhadap siapa saja, terlebih lagi kepada Allah.
Kedua adalah at-Thalaq 2-3: mankana yu’minu billahi wal yaumil akhir wamayyattaqillah yaj allahu makhroja wayarsuqhu min haistu laa yah tasibu. Barangsiapa yang percaya kepada Allah dan hari akhir, maka bertakwalah kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangka.
Tiga ayat ini yang menjadikan kita selalu bersyukur dan yakin bahwa semua masalah yang kita hadapi akan ’dicarikan’ Allah jalan keluarnya hanya dengan satu syarat: takwa. Takwa sebagai seorang Muslim, takwa sebagai seorang ayah, takwa sebagai seorang pejabat, takwa sebagai seorang karyawan, dan takwa sebagai apapun profesi kita.
Nah, secara liniar bisa kita tarik hubungan antara puasa dan penyelesain semua masalah kehidupan kita. Puasa menjadikan orang bertakwa dan secara otomatis Allah akan ’mengintervensi’ permasalahan yang kita hadapi dan mengentas kita dari ’kekurangan’ rezeki. Walau kondisi pandemi Covid-19, alhamdulillah, Idul Fitri-nya tetap 1 Syawal.
اَللَّهُ اَكْبَرُ اَللَّهُ اَكْبَرُ اَللَّهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillah Hilhamd.
Istri dan anak-anakku yang dirahmati Allah SWT.
Di akhir khutbah ini, dengan penuh khusyuk dan tadarru, kita berdoa kepada Allah SWT semoga perjalanan hidup kita senantiasa terhindar dari segala keburukan. Semoga dengan doa ini pula, kiranya Allah SWT berkenan menyatukan kita dalam kebenaran agama-Nya dan memberi kekuatan untuk memenangkannya.
Yaa Allah yaa Robb, bantu dan bimbinglah kami agar dapat berdoa kepadaMu dengan sepenuh hati dan perasaan kami, memasrahkan semua masalah, beban, hambatan, pikiran, jiwa, hati dan seluruh diri kami seutuhnya kepada-Mu.
Yaa Allah yaa Robb, terangilah hati kami agar semua kesombongan dibersihkan, digantikan dengan cahaya dan kasih sayang-Mu.
Yaa Allah yaa Robb, terangilah hati kami agar semua kemarahan dibersihkan, digantikan dengan kelembutan-Mu.
رَبِّ إِنِّيٓ أَعُوذُ بِكَ أَنۡ أَسَۡٔلَكَ مَا لَيۡسَ لِي بِهِۦ عِلۡمٞۖ وَإِلَّا تَغۡفِرۡ لِي وَتَرۡحَمۡنِيٓ أَكُن مِّنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ
Robbi inni audzubika an aslaka maalaysalibihi wailla taghfirli watarhammi akuminal khosirin.
رَبِّ نَجِّنِي مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ
Robbi najjinni minal qoumil dzolimin.
رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ
Robbana la tudzigh qulubana ba’daidz hadaytana wahablana milla dunqarohmah innaka antal wahab.
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرٗا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآۚ أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ
Robbana la tua khidznaa inna siina aw akhto’na, Robbana wala tahmil ‘alaynaa isron kama hamal tahu ‘alalladzina mingqoblina, Robbana wala tuhamilna maalaa thoo qotalaanabi, wa’fuanna, waghfirlana warhamna anta maulana fangsurna ‘ala qoumil kafiriin.
رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ
Robbana dholamna anfusana wailam tagfirlana watarhamna lanakunanna minal khosirin
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
Robbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hassanah wa qina adza bannar
سُبۡحَٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلۡعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَٰمٌ عَلَى ٱلۡمُرۡسَلِينَ وَٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
Subhana rabbika rabbil ‘izzati amma yasifun wa salamun alal mursalin wal hamdulillahi rabbil ‘alamin.
Semoga ada manfaatnya dan mohon maaf apabila ada sesuatu yang kurang berkenan.
نَصۡرٞ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَتۡحٞ قَرِيبٞۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
Nasrun minallah wa fatkhum qariib wa bashshiril mu’minin.
Billahi taufiq wal hidayah. Wassalamualaikum Wr Wb (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.