Refleksi Akhir Ramadhan PCIM Malaysia ditulis oleh Dr Sonny Zulhuda, Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia.
PWMU.CO – Dua bulan terakhir ini, hari-hari warga PCIM Malaysia tidak pernah sepi. Krisis pandemi Covid-19 yang melanda telah membangunkan kesadaran pentingnya solidaritas, taawun, dan bergerak bersama.
Kesusahan karena kawalan pergerakan (lockdown) telah mendidihkan buih-buih solidaritas yang memang sudah ada di dalam DNA kita sebagai warga Muhammadiyah.
Maka bergeraklah warga Persyarikatan Muhammadiyah dalam cita dan cinta sesama. Berusaha menebar manfaat untuk semua. Yang dekat dan jauh, yang masih berdiri maupun yang hampir jatuh, yang hanya tinggal air mata dan juga peluh.
Taawun Sosial Akibat Lockdown
Apapun itu peran dan posisi yang kita ambil, di garda terdepan, tengah atau belakang. Melangkah dalam keringat atau meringis dalam munajat. Turun ke lapangan meredah wabah atau aktif di medan jihad digital.
Semuanya tetap menjadi bagian dari upaya kolektif mengarungi cobaan karena lockdown dan krisis Covid-19 yang berlaku di Malaysia sejak 18 Maret 2020.
Atas nama Persyarikatan saya mengucapkan setinggi tahniah dan terima kasih kepada pasukan relawan baksos Covid-19 yang terdiri dari puluhan aktivis PCIM, PRIM, PCIA dan PRIA, serta barisan IMM Malaysia.
Menembus Rintangan Berbagi
Perjalanan mereka tidak mudah karena berbagai jenis halangan dan keruwetannya. Melawan rasa takut akan wabah, itu yang paling pertama dan utama. Mengorbankan waktu dan tenaga walau sering dihadang sekatan jalan raya.
Tidak jarang mereka dimarahi pihak berwenang. Bahkan ada yang harus berurusan dengan pihak berwajib setempat namun beruntung berakhir dengan baik.
Beragam suka duka dirasakan. Namun selagi kita terus bersama dengan para relawan ini maka semakin semangat mereka bergerak.
Pembentukan AOMI
Terima kasih atas kerja sama pihak Kedutaan Indonesia serta dukungan seluruh ormas di Malaysia. Kemudian atas prakarsa bersama dibentuklah sebuah Aliansi Ormas Indonesia (AOMI) di Malaysia agar menciptakan daya gedor yang lebih kuat dalam membela pekerja migran Indonesia.
Hadirnya para donatur yang dikirim oleh Allah menjadi pemecut semangat taawun kita ini. Dimulai dari modal kecil kas PCIM sebanyak seribu Ringgit agar bisa bergerak cepat. PCIM mendapatkan donasi lebih dari RM 138,000 (setara Rp 468 juta). Sebagian telah dibelanjakan paket sembako dan didistribusikan untuk 3000 lebih WNI/PMI yang terdampak dan sebagian lagi untuk program pemberdayaan umat melalui Lazismu Malaysia.
Kepada para donatur mulai dari warga PCIM sendiri, teman-teman ekspatriat, maupun warga tempatan simpatisan Muhammadiyah, kami haturkan syukur kepada Allah dan terima kasih. Wabilkhusus orangtua kami di Lazismu Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, PWM dan MCCC Jawa Timur, serta PDM Tuban yang turut membantu secara langsung. Semoga Allah swt meridhoi kita.
Gerakan #stayathome atau #dirumahsaja telah mengubah warna dinamika Persyarikatan di Malaysia. Demi menyesuaikan diri dengan kondisi dan realita yang ada, serta mengikuti arahan pemerintah setempat.
Gencar Dakwah Online
Juga mematuhi nasihat dan panduan Pimpinan Persyarikatan, maka sejak awal PCIM Malaysia banyak melakukan penyesuaian.
Berbagai pengajian rutin dihentikan. TPA-TPA diliburkan. Pesantren kilat Ramadhan pun terpaksa ditiadakan setelah 10 tahun berturut-turut dilaksanakan. Pertemuan pengurus sejak awal Maret dilakukan secara daring (online).
Ramadhan datang saat pandemi Covid-19. Segala rencana dibatalkan, termasuk majelis iftar dan tarawih keliling ke ranting-ranting. Apakah kegiatan PCIM berhenti di situ? Ternyata PCIM Malaysia menolak untuk berhenti, enggan untuk hibernasi, nyata tiada titik untuk organisasi.
Maka dibukalah jendela baru dakwah digital. Dimulai dengan tabligh akbar online bersama Ketum PP Muhammadiyah dan PP Aisyiyah menjelang Ramadhan. Disusul dengan berbagai Kajian Online PCIM, PCIA, MDMC, dan tentunya IMM Malaysia.
Mulai dari pimpinan tertinggi Persyarikatan, ortom, AUM, juga para dokter, profesional dan pegiat kampus, dakwah dan pendidikan semuanya berhasil diajak mengisi forum online PCIM Malaysia.
Beberapa perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) seperti UMY, UMJ, dan Uhamka kami gandeng. Dalam 60 hari lockdown kemarin tercatat ada 22 forum kajian yang telah dilaksanakan. Artinya rata-rata tiga hari sekali kami adakan kajian. Sebuah intensitas yang tinggi sekali.
Berlakulah sebuah kaidah ushuliyah yang berbunyi Al-asy ya’u idza dooqot ittasa’at. Segala sesuatu dalam kondisi menyempit pasti akan ada cara untuk meluaskan. Dimana ada kesempitan disitu ada kesempatan.
Publikasi via Medsos
Maka untuk menyemarakkan kajian tersebut, publikasi media sosial dan digital diperkuat untuk membersamai dinamika ini. Agar gaungnya dapat diteruskan kepada semua. Maka aktiflah pemberitaan dan publikasi melalui FB, Twitter, Instagram, YouTube, WhatsApp dan juga Website PCIM Malaysia.
Setiap hari warga disuguhkan tadzkirah dan tulisan dari Ustadz M Arifin Ismail, M Ali Imran, Zulfan Haidar, Sutrisno, M Husnaini, Muslihun, Shobahussurur, Imron Baehaqy, Ustadzah Betania Kartika dan lainnya. Alhamdulillah dakwah digital makin meluaskan gerakan PCIM Malaysia.
Selain itu program inovatif juga dilaksanakan seperti reuni Mesra daring, malam takbiran online dan juga khutbah Idul Fitri daring pada pagi Hari Raya Idul Fitri 1441 H. Alhamdulillah roda Persyarikatan ini terus bergerak dan bergerak.
Zakat ke Lazismu Malaysia
Di akhir Ramadhan kami mengingatkan warga Persyarikatan untuk membayarkan zakat fitrah ke Lazismu, melalui Kantor Layanan (KL) Lazismu Malaysia. Meski baru setahun diresmikan, Lazismu Malaysia pada tahun ini dapat melipatgandakan penerimaan zakat fitrah hingga mencapai RM 10,500 (atau setara Rp 35.5 juta). Zakat ini akan didistribusikan sampai malam Syawal nanti dalam bentuk 2 ton beras, sembako dan uang tunai.
Muzakki pun sudah meluas tidak hanya warga Persyarikatan, namun juga dari para ekspatriat Indonesia dan mahasiswa yang bernaung dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Malaysia.
Ciri Berkemajuan
Kita ingin menjadi Muslim dan warga Persyarikatan yang berkemajuan. Berkemajuan artinya bergerak terus untuk maju. Maju itu harus terukur dan terstruktur.
Penerimaan zakat yang berlipatganda, kualitas dan kuantitas pengajian yang meningkat, dakwah literasi dan digital yang pesat, dan yang tak kalah penting menguatnya semangat taawun serta solidaritas umat, kebangsaan dan kemanusiaan, semuanya terukur semakin meningkat dan maju.
Terstruktur artinya dalam bergerak berdasarkan perencanaan, musyawarah, dan transparansi. Juga selalu solid dalam jamaah di bawah kepemimpinan kolektif. Jangan bergerak sendiri-sendiri.
Oleh karenanya penting untuk selalu berkonsultasi dengan penasihat dan pimpinan baik di PCIM maupun di PP Muhammadiyah. Senantiasa taat hukum dan merawat hubungan sinergis dengan perwakilan Pemerintah RI dan otoritas setempat. Terukur dan terstruktur inilah ciri pergerakan yang berkemajuan.
Gagasan Rumah Dakwah di Malaysia
Untuk mempertahankan semangat ini, baik secara ruh dan institusi, maka di hari baik sayyid asy-syhuhuur ini, saya mengajak kita semua untuk bermunajat dan berdoa semoga PCIM Malaysia dapat mewujudkan sebuah cita-cita memiliki rumah dakwah sendiri di bumi Malaysia.
Rumah fakwah diharapkan akan menjadi pusat kegiatan, pengkaderan dan pemberdayaan PCIM Malaysia. Kata ulama ushuli ‘apa yang tak dapat kau raih semuanya, jangan kau telantarkan sebagiannya’. Dengan semangat membangun ekonomi warga maka kami akan akan coba mulai dari apa yang bisa dilakukan.
Dengan modal setetes dana yang telah disisihkan, ditambah segunung harapan untuk dakwah pergerakan, mohon doakan dan dukung bersama langkah kecil ini. Nasrun minallah wa fathun qarib.
Refleksi Akhir Ramadhan PCIM Malaysia. Kuala Lumpur, 23 Mei 2020.
Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.