Ulul Albab Taklukkan Virus Corona adalah kolom yang ditulis oleh Mohammad Nurfatoni, Pemimpin Redaksi PWMU.CO
PWMU.CO – Virus Corona—seperti makhluk Allah lainnya—tidak diciptakan dengan sia-sia. Ada hikmah di balik keberadaannya. Tapi tidak semua orang bisa menangkap pelajaran darinya.
Al-Quran menyebut ulul albab bagi orang yang mampu menangkap tanda-tanda kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya. Tak terkecuali makhluk bernama SARS-CoV-2—Virus Corona baru penyebab Covid-19.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi ulul albab (orang-orang yang berakal).” (Ali Imran 190)
Virus Corona adalah medan bagi ulul albab untuk lebih memahami ayat-ayat kauniah yang terbeber di alam semesta: bumi, langit, dan apa yang ada di antara keduanya, termasuk Virus Corona.
Makhluk kecil semacam nyamuk atau lebih mikro lagi—katakanlah Virus Corona ini—adalah ciptaan yang juga ‘dibanggakan’ Allah sehingga dijadikan amsal, misal, contoh, atau perumpamaan.
Seperti dalam surat al-Baqarah 26, “Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka.”
Sosok Ulul Albab
Al-Quran menyebut dua ciri ulul albab. Pertama, orang yang selalu berdzikir dalam keadaan apapun: berdiri, duduk, atau berbaring. Kedua, orang yang bertafakur, yakni berpikir tentang segala ciptaan Allah.
Dalam konteks ini, Virus Corona bisa menjadi lahan bagi ulul albab untuk berdzikir dan berpikir. Berdzikir agar selalu ingat pada Allah bahwa semua fenomena di alam semesta ini tak lepas dari-Nya.
Allah hidup dan menghidupkan. Dia selalu berkarya dan mencipta. Dan Virus Corona adalah bukti bahwa Allah masih berkreasi, sampai kini. Diciptakannya virus itu, seperti Dia ingin mengingatkan, ‘Kamu jangan lupa (berdzikir) kepada-Ku. Karena aku masih ada dan berkuasa.”
Selain membuat manusia tersentak— menyadari kembali hakikat keberadaan Allah— Virus Corona adalah lahan penelitian manusia untuk merumuskan ilmu pengetahuan baru.
Bukan hanya soal vaksin dan obat baru yang akan ditemukan, tapi Virus Corona akan menciptakan peradaban baru yang disebut new normal itu.
Maka bagi ulul albab, tidak ada yang sia-sia. Virus Corona bukan untuk dikutuk, tapi untuk ditaklukkan. Meminjam Nurcholish Madjid, Virus Corona harus bisa di-sakhara, ditundukkan, atau dijinakkan oleh manusia.
Doktrin taskhir itu misalnya terinspirasi dari surat Ibrahim ayat 32, “Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu.
Dan Dia telah menundukkan (sakhara) bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.”
Sebagai khalifah, manusia telah diberi modal berupa alam semesta. Maka tugas manusia memakmurkan ciptaan-Nya itu. Untuk itu manusia harus menggunakan akalnya dalam memahami alam semesta yang telah ditetapkan kadar-kadarnya (ditakdirkan). Dari situlah lahir ilmu pengetahuan.
Puncak Pencarian Ulul Albab
Setelah berdzikir dan berpikir itulah ulul albab akan menemukan kesejatian hidup. Ternyata semua yang diciptakan Allah tidak sia-sia. Semua mengandung hikmah, pelajaran, dan manfaat. Tidak ada yang muspro, termasuk Virus Corona.
Maka dalam surat al-Mulk ayat 3-4 Allah meyakinkan tidak ada yang cacat (futur) atau tidak sempurna dalam ciptaan-Nya.
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang (cacat). Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”
Bahkan untuk kembali meyakinkan, Allah mengulang lagi pernyataannya, “Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.”
Menyadari semua ciptaan Allah mengandung hikmah, ulul albab lalu tersungkur di bawah ‘telapak kaki Tuhan’. Dengan sangat indah Allah menggambarkan itu:
“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Surat Ali Imran 191 itu menggambarkan puncak pencarian ulul albab. Setelah menemukan ilmu pengetahuan, dia tidak menyombongkan diri. Atau menggunakan ilmu pengetahuannya untuk merusak alam semesta.
Mereka justru mengakui ke-Mahasuci-an Allah sambil berdoa agar dijauhkan dari siksa api neraka. Salah satu kunci dijauhkan dari api neraka adalah mengakui kebesaran Allah.
Kalimat itu dalam Idul Fitri diulang-ulang untuk diucapkan dengan penghayatan yang mendalam. Allahu akbar … Allahu Akbar … wa lillahi al-hamd. Allah Maha Besar … Allah Maha Besar … segala puji bagi Allah.
Pandemi Covid-19 menyadarkan kita, betapa manusia tak berdaya tanpa kuasa-Nya. Oleh makhuk kecil berukuruan mikron saja manusia rontok. Manusia ternyata superringkih tanpa kekuatan Allah.
Laa haula walaa quwwata illa billahi. Tiada daya dan upaya kecuali dari Allah. Itulah makna terpenting diciptakannya Virus Corona penyebab Covid-19.
Semoga Allah menjadikan kita manusia ulul albab. Amin (*)
Sebagian materi ini disampaikan dalam khutbah Idul Fitri oleh Mohammad Nurfatoni di rumahnya: WSI, Sidojangkung, Menganti, Gresik. Shalat Idul Fitri 1 Syawal 1441 atau 24 Mei 2020 dilakukan di rumah karena ada wabah Covid-19.
Para ulama—baik ahli fikih maupun ahli kesehatan—meminta shalat dilakukan bersama keluarga di rumah untuk memutus rantai penyebaran Virus Corona.