PWMU.CO – Tak redup. Itulah semangat yang terus digelorakan seorang Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Manyar Gresik Imam Mustakim.
Kakek tiga cucu itu mengatakan, meski perayaan Idul Fitri tahun ini berbeda dengan sebelumnya karena pandemi Covid-19, bukan berarti semangat merayaan Idul Fitri harus redup.
Meski shalat Idul Fitri dilaksanakan di rumah, ia mengajak keluarganya untuk bersiap sebagaimana biasanya. Mandi dan memakai pakaian terbaik yang dimiliki.
Bersama istri, tiga putrinya, tiga cucu, dua menantunya, serta seorang ponakan, Imam Mustakim menggelar shalat Idul Fitri di ruang keluarga. Satu menantunya, M Mudzakkir tak dapat bergabung karena terkena lockdown di Malaysia, saat sedang menempuh studi doktoral.
Bahkan, malam terakhir Ramadhan, Imam Mustakim dan keluarganya juga mengumandangkan takbir bersama di rumah. Sungguh tak mengurangi kemeriahan malam takbiran di tengah pandemi.
Reorientasi Kehidupan yang Berilmu
Menantunya, Dian Berkah, bertugas sebagai khatib Idul Fitri di rumah. Dalam ceramahnya, ia mengulas reorientasi kehidupan yang berilmu.
Ia menjelaskan, dalam al-Quran kata ‘ilmu’ dengan kata derivasinya disebutkan sebanyak 95 kali dan diterangkan sebanyak 843 ayat. Inilah bukti, bahwa Islam benar-benar menganjurkan ilmu atau pengetahuan bagi pemeluknya.
Bahkan dengan jelas Allah mengungkapkan kalimat tanya di dalam surat al-Zumar ayat 9.
“Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang- orang yang mengetahui dengan orang- orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
Ia melanjutkan, mungkin dengan mata terbuka, kita bisa memperhatikan, betapa bedanya kehidupan seseorang yang dihiasi ilmu dengan kehidupan seseorang yang tidak berilmu.
“Hidup tidak teratur, gelisah, keluh-kesah, membuat kerusakan, pertumpahan darah baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, mapun bermasyarakat,” ujarnya.
Oleh karena itu, alangkah berharganya sabda Rasulullah yang menggariskan betapa pentingnya sebuah ilmu dalam mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat.
“Dan siapa yang menginginkan dunia maka dengan ilmu, dan siapa yang menginginkan akhirat maka dengan ilmu, dan siapa yang menginginkan keduanya (dunia-akhirat) maka dengan ilmu”.
Bahkan melalui hadis yang lain Rasulullah pun menjelaskan, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan al- Turmudzi dalam hadis nomor 1388:
“Siapa yang melalui jalan mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan jalannya menuju surga”.
Di akhir khutbahnya, ia mengajak keluarganya bersama-sama membekali kehidupan dunia dengan hiasan ilmu atau pengetahuan yang komprehensif dan utuh.
“Karena dengan bekal itulah, kaum muslim dewasa ini, akan lebih mengenal dirinya sebagai hamba Allah dan mengenal Allah sebagai Khaliq-nya,” tegasnya.
Silaturahmi Virtual
Usai melaksanakan shalat Idul Fitri, tradisi makan bersama keluarga tetap dijalankan. Silaturahmi virtual pun dimulai usai sarapan bersama.
Menggunakan gadget, masing-masing saling berkabar kebahagiaan di rumah. Ada yang via chat WhatsApp, video call, atau telepon biasa.
Bagi Imam Mustakim, lebaran di tengah pandemi ini membawa banyak hikmah. Biasanya hari pertama lebaran, ia hanya tinggal dengan istri dan keluarga kecil dari putri ketiganya.
“Putri pertama dan kedua biasanya sudah berangkat mudik ke Blora dan Bekasi. Ya kali ini tidak mudik,” ungkapnya.
Tetap Bahagia meski Tak Mudik
‘Abidah Kaysah Al Barkah, putri Dian Berkah mengaku tak bersedih meski lebaran kali ini tak bisa mudik ke Bekasi. “Gak apa-apa, karena masih bisa main sama saudara di rumah,” ujarnya.
Kaysah juga telah menghubungi nenek dan kakek di Bekasi setelah shalat Idul Fitri. “Tadi pagi sudah video call,” ungkapnya senang.
Hal senada diungkapkan Kayla Mumtazah Mudzakkir. Ia juga senang di rumah meski tak bisa mudik ke Blora.
Kayla mengaku telah menghubungi ayahnya, M Mudzakkir, yang masih terjebak lockdown di Malaysia. “Sudah video call tadi pagi sama abi,” kata dia.
Sementara itu, putri ketiga Imam Mustakim, Ria Tri Wulandari harus segera berangkat ke Rumah Sakit untuk menjalankan tugasnya sebagai perawat. “Setelah shalat Idul Fitri ini saya harus berangkat ke RS, bertugas sampe nanti malam. Mohon doanya,” kata dia.
Ia mengaku tenang bekerja karena kedua kakaknya ada di rumah, bisa turut menjaga orangtua dan putra kecilnya.
Ternyata banyak hikmah yang bisa diperoleh dari lebaran kali ini. Salah satunya seperti kisah keluarga Imam Mustakim di atas.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H. Semangatnya tak redup meski dirayakan di rumah (*)
Penulis Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.