PWMU.CO – Sebagai langkah untuk memperkuat ideologi dan dakwah Muhammadiyah di Blitar, Paguyuban Srengenge bersama dengan Korda Fokal IMM Blitar dan PC IMM Blitar mengadakan bedah buku berjudul “Benturan Ideologi di Muhammadiyah”, di Aula Bapemas Kota Blitar, Ahad (4/9).
Buku karya dosen Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Sholihul Huda MFil.I, sekaligus Anggota Majelis Tabligh PWM Jatim inipun dikupas tuntas dengan menghadirkan penulis, Sholihul Huda sebagai nasumbernya. Penulis ditemani dua panelis sebagai pembanding, yaitu Ketua PDPM Kabupaten Blitar Erfa’i dan Sekretaris PDPM Kota Blitar Mustakim, serta dimoderatori oleh A Fahrizal Aziz, Ketua Paguyuban Srengenge.
(Baca: 3 Faktor yang Pengaruhi Maju-Mundurnya Pendidikan dan Ini Alasan Kenapa Ekonomi Islam Sulit Diaplikasikan di Indonesia)
Sholik, begitu ia disapa memaparkan, buku karyanya ini merupakan hasil penelitian secara kasuistik di Pantura Lamongan, yang notabene merupakan basis Muhammadiyah di Jawa Timur. Di Pantura Lamongan, lanjut Sholik banyak di antara kader Muhammadiyah yang tertarik dan akhirnya bergabung dengan FPI (Front Pembela Islam). Menurut Sholik itu dikarenakan lemahnya internal Muhammadiyah sendiri. Terutama dalam pemahaman nilai-nilai ideologi Muhammadiyah.
”Maka penting bagi kader Muhammadiyah untuk membaca ulang Muhammadiyah itu sendiri,” Kata Sholik di hadapan peserta. Terdiri atas perwakilan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Blitar raya, Ortom, dan Ta’mir Masjid.
Lain lagi dengan yang dipaparkan Erfa’i. Menurut Erfai banyaknya kader Muhammadiyah yang bergabung dengan ideologi garis keras itu menunjukkan kader Muhammadiyah kurang memiliki militansi. Untuk itu Erfa’i mengingatkan, jangan sampai kader melakukan “poligami’ di dalam Muhammadiyah, terutama dalam ideologi. ”Bergabung dengan organisasi lain itu justru sebenarnya bertolak belakang dengan Muhammadiyah,” paparnya.
(Baca juga: Sosok Soekarno-Hatta Hadir di Blitar untuk Tanamkan Nasionalisme pada Generasi Muda dan Pentingnya Paradigma Pendidikan Berkemajuan di Muhammadiyah)
Mustakim, panelis ketiga lebih menyoroti dari segi empiris. Di Blitar sendiri, Mustakim menjelaskan benturan ideologi juga terjadi, terutama melihat latar belakang kader sejak masih Pelajar maupun Mahasiswa.
”Tidak semua kader Muhammadiyah itu dulunya ikut IPM dan IMM, tapi ada yang HMI dan PII. Untuk itulah keberagaman ini menjadi sesuatu yang tak terhindarkan, asal jangan sampai ketika sudah di Muhammadiyah ideologi lama itu dibawa,” jelas Mustakim. (reds/aan)