PWMU.CO – Ketua Takmir Masjid Muhammadiyah perlu diseleksi layaknya kepala sekolah. Hal tersebut ditegaskan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik Dr H Taufiqullah MPdI, Senin (25/5/20).
Ia mengaku prihatin dengan banyaknya Takmir Masjid Muhammadiyah yang tidak patuh pada persyarikatan. Selama ini, kata dia, amal usaha Muhammadiyah yang tidak bisa ditertibkan memang ketakmiran. “Tidak pernah diaudit, tidak pernah laporan,” ungkapnya.
Taufiqullah mengatakan, mubaligh luar masuk ke amal usaha Muhammadiyah, salah satunya yang paling dominan melalui takmir. Menurutnya, saat ini peran Majelis Tabligh tidak seperti Majelis Dikdasmen di mana ada proses seleksi dalam pemilihan kepala sekolah.
“Pemilihan ketua takmir biasanya tidak ada proses seleksi,” ujarnya.
Melihat keadaan seperti itu, Taufiqullah berusaha memberikan pencerahan melalui mubaligh Muhammadiyah. Ia bersyukur, soal pelaksanaan shalat Idul Fitri, sebagian para mubaligh memilih mengundurkan diri menjadi khatib.
“Tapi sebagian lagi ada yang memprihatinkan, karena yang bersangkutan memberikan konfirmasi mundur, tapi diam-diam tetap berkhutbah,” ujarnya prihatin.
Kepada para mubaligh yang memperhatikan maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Taufiqullah sudah menyiapkan bisyarah pengganti, walau tidak besar.
Kisah Haru Taufiqullah Shalat Idul Fitri di Rumah
Ia merasakan pelaksanaan shalat Id di tengah pandemi Covid-19 ini benar-benar bermakna. Anak tertuanya ditugaskan menjadi khatib untuk keluarga mertua dan disambut dengan gembira oleh semua anggota keluarga.
Sementara Taufiqullah menjadi khatib di tempat keluarga ibu kandung. Ia menceritakan, belum pernah keluarga bisa menangis mendengar khutbah di lapangan.
“Tapi kemarin berjalan dengan khidmat dan haru, sampai ibu, saudara, keponakan, dan ipar-iparnya bisa meneteskan air mata keharuan,” kisahnya.
Ia mengatakan sudah merencanakan hal itu sejak awal. “Jangan sampai momen shalat Id bersama keluarga tersia-siakan,” ujarnya. (*)
Penulis Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.