Momentum Langka Shalat Id di Rumah. Kolom ditulis oleh Dr M Arfan Mu’ammar MPdI, Sekretaris Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya.
PWMU.CO – Yang memilih shalat Idul Fitri di rumah saja, saya rasa itu adalah pilihan yang tepat. Selain karena mematuhi maklumat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dan imbauan pemerintah, Anda juga diam-diam sedang mengukir sejarah, baik pada diri sendiri atau keluarga.
Kapan lagi shalat Idul Fitri di rumah, belum tentu tahun depan kita bisa melaksanakan. Apalagi yang belum pernah menjadi imam dan khatib Idul Fitri. Itu adalah momentum langka yang perlu diabadikan.
Saya mendapat pesan dari kakak saya di grup keluarga: “Akhirnya keturutan juga jadi imam dan khatib Idul Fitri.” He-he-he … pesan itu disambut gelak tawa dan respon yang beragam dari saudara.
Tuhan sedang mengabulkan banyak angan-angan manusia yang selama ini terkesan susah atau bahkan mustahil. Saya dahulu pernah berangan-angan, kapan ya bisa di rumah saja, tanpa keluar rumah untuk bekerja, tapi uang tetap datang sendiri setiap bulan. Mungkin nunggu pensiun atau punya usaha besar yang sudah autopilot, tinggal kita kontrol di rumah, uang sudah datang sendiri.
Ternyata, tidak perlu menunggu pensiun atau punya usaha besar agar bisa seperti itu. Sekarang saja sudah keturutan. Gaji bulanan tetap ada, walaupun tanpa keluar rumah, semua tinggal kontrol dari rumah, coba dipikirkan: “Fabiayyiala irabbikuma tukadziban“. Nikmat Tuhan yang mana yang kau dustakan.
Begitu juga momentum menjadi imam dan khatib Idul Fitri. Itu bisa saja terjadi sekali seumur hidup.
Anda bisa menjadi imam dan khatib Idul Fitri tanpa perlu mondok bertahun-tahun untuk mempelajari agama atau mengambil kuliah jurusan agama sehingga mendapat kepercayaan masyarakat atau pemerintah untuk menjadi imam dan khatib. Saat ini Anda sudah dipercaya oleh pemerintah untuk menjadi imam dan khatib Idul Fitri di rumah masing-masing.
Perlu Abadikan Momen Langka
Momentum langka itu perlu diabadikan, saya sendiri mengabadikan lewat dokumentasi video dan foto. Bagi saya, shalat Idul Fitri di rumah adalah momentum yang sangat langka, belum tentu tahun depan saya bisa melaksanakan di rumah, karena biasanya selalu menjadi imam dan khatib di luar.
Tahun ini sebenarnya saya terjadwal menjadi imam dan khatib di Stadion Gelora Sepuluh November Surabaya, tapi karena PCM Tambaksari ingin mematuhi maklumat dari PP Muhammadiyah, maka agenda shalat Idul Fitri dibatalkan, lalu jadwal saya digeser menjadi imam dan khatib pada shalat Idul Adha.
Semoga saja, dua bulan ke depan, kondisi sudah membaik, sehingga kita bisa kembali berinteraksi sosial dengan sesama tanpa ada batasan sosial tertentu, seperti negara-negara tetangga kita di Asia Tenggara yang trend perkembangan Covid-19 sudah menunjukkan penurunan.
Semoga Indonesia juga demikian, agar tidak perlu lagi menorehkan sejarah shalat Idul Adha di rumah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.