Matematika Puasa Syawal ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian hadits kali ini berangkat dari riwayat Muslim.
عن أبي أيوب الأنصاري رضي الله عنه أنه حدثه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ) رواه مسلم
“Barang siapa yang telah berpuasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari pada bulan Syawwal maka seolah-olah ia berpuasa satu tahun penuh.”
Syawal dari akar kata syaala yasyuulu. Artinya menaikkan atau mengangkat. Sedangkan syawal sendiri bermakna peningkatan. Dan di antara peningkatan yang disunnahkan adalah puasa enam hari pada bulan tersebut. Baik secara berturut-turut ataupun tidak, asalkan tetap pada bulan Syawal yang dimulai tanggal 2.
Puasa Ramadhan yang kita tunaikan akan lebih sempurna jika kita tambah dengan puasa enam hari di bulan Syawal, dengan hitungan 10 kali lipat. Asumsinya satu bulan Ramadhan terhitung 10 bulan, sedangkan 6 hari x 10 = 60 hari = 2 bulan. Sehingga genap 12 bulan atau setara satu tahun.
Hal ini sesuai dengan Firman Allah:
مَن جَآءَ بِٱلۡحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشۡرُ أَمۡثَالِهَاۖ وَمَن جَآءَ بِٱلسَّيِّئَةِ فَلَا يُجۡزَىٰٓ إِلَّا مِثۡلَهَا وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) 10 kali lipat amalnya. Dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, Sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (al-Anam 160)
Larangan Puasa Wishal
Islam tidak menganjurkan puasa terus-menerus tanpa berbuka, baik puasa sepanjang tahun atau puasa wishal bersambung tanpa berbuka waktu Magrib.
Kalau mau puasa sunah ‘panjang’ yang terbaik menurut Rasululah SAW adalah puasa Nabi Daud yaitu sehari puasa sehari berbuka.
Sedangkan jika kita menginginkan puasa satu tahun penuh, tentu sebagaimana anjuran Rasululah SAW di atas, yaitu puasa Ramadlan yang diikuti dengan puasa 6 hari di bulan Syawal. Suatu fasilitas yang luar biasa bagi umat Nabi Muhammad ini, tentu sangat disayangkan jika di sia-siakan begitu saja.
Jangan Boros dan Berlebihan
Syawal dengan makna peningkatan, bukanlah bermaksud balas dendam. Artinya setelah puasa Ramadhan sebulan penuh, kemudian pola makannya ditingkatkan: pola konsumsinya lebih meningkat dan seterusnya.
Tetapi tetap ada pertahanan diri untuk tidak tabdzir alias boros dan israf atau berlebih-lebihan. Apalagi di masa kondisi seperti saat ini. Saat wabah Covid-19 pola konsumsi harusnya mendapat perhatian serius. Karena kondisi ekonomi tidak menentu dan belum dapat diprediksi sampai kapan keadaan ini berlangsung.
وَءَاتِ ذَا ٱلۡقُرۡبَىٰ حَقَّهُۥ وَٱلۡمِسۡكِينَ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرۡ تَبۡذِيرًا ٢٦ إِنَّ ٱلۡمُبَذِّرِينَ كَانُوٓاْ إِخۡوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِۖ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورٗا
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (al-Isra: 26-27).
Dalam ayat di atas justru kita didorong untuk memperhatikan kepada keluarag dekat kita yang kekurangan, sehingga mereka terselamatkan dari musibah kelaparan. Sikap boros menyebabkan seseorang tidak peduli atau kikir kepada keluarga dekatnya sekalipun.
Demikian pula sikap israf atau berlebih-lebihan sangat tidak disukai oleh Allah SWT.
يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمۡ عِندَ كُلِّ مَسۡجِدٖ وَكُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (al-A’raf 31)
Dampak Puasa Ramadhan
Dampak Ramadhan bagi yang berpuasa dan melaksanakan aktivitas ritual lainya adalah dalam rangka menyelami makna atau arti bagi kehidupan kita secara menyeluruh.
Bahwa kehidupan kita bukanlah dalam rangka kepentingan pribadi semata. Akan tetapi bagaimana kita memiliki peran dalam kehidupan masyarakat kita sebanyak-banyaknya.
Yaitu adanya peningkatan kepedulian diri kita terhadap kondisi masyarakat yang kian terpuruk dan semakin tidak menentu. Semakin banyak tenaga, waktu, dan pikiran yang kita gunakan demi kemaslahatan umat.
Tempaan sebulan penuh pasti membawa dampak yang luar biasa, sekaligus memberikan kekuatan spiritual untuk melaksanakan dan menajamkan fungsi dan peran kita sebagai khalifatullah fil ardl.
Dampak dari puasanya adalah semakin memperteguh akidah, memperkokoh keyakinan, membulatkan tekad, memperjelas orientasi dan tujuan hidup, serta semakin jelas paradigma perspektif berfikirnya dalam mendapatkan solusi (makhrajan) bagi umat.
Jelas di sana upaya penyelamatan yang dilakukan oleh para pemimpin-pemimpin Islam. Keseriusannya tampak pada sikap dan sifatnya. Bukan semata terjebak pada kepicikan keorganisasian, karena hal itu hanyalah instrumen. Tetapi mengembangkan sikap rahmatan lil ‘alamin dan kaafatan linnas. Dan semua itu dapat tercapai jika seluruh aktifitas kita di jiwai oleh nilai-nilai tauhid laa ilaha illallah.
Puasa adalah upaya pertapaan sebagaimana seekor ulat yang selalu menempa diri yang kemudian menjelma menjadi seekor kupu-kupu yang memikat. Menadi pribadi lembut penuh maaf dan senyum, penuh kasih sayang dengan merasakan kepahitan orang lain adalah kepahitan dirinya.
Walaupun di balik itu tersimpan prinsip dan keteguhan keyakinannya kepada Allah SWT. Allahumma taqabbal minna innaka antassami’ul ‘alim, amin.
Semoga kajian Matematika Puasa Syawal ini bermanfaat! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.