Aisyiyah Memajukan Kehidupan Bangsa, catatan menarik Liesa Anggraeny, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).
PWMU.CO – Saya tersenyum melihat sahabat saya itu. Sangat sibuk. Hampir setiap hari rapat. Bahkan terkadang tiap pekan melakukan kunjungan ke luar daerah, memberi pelatihan atau meninjau panti asuhan.
Maklum, dia menjabat sebagai Sekretaris Majelis Kesejahteraan Sosial Pimpinan Wilayah Aisyiyah (MKS PWA) Jawa Timur. Bahkan dalam kondisi pandemi ini, kegiatannya tak kunjung surut.
Melalui aplikasi meeting, Zoom atau Google Meet, ia masih melakukan rapat-rapat penting. Bisa dipahami karena ia juga menjadi anggota Divisi Teknik dan Operasi Lapangan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.
Seorang perempuan memegang jabatan lapangan. Terkadang juga malam-malam selepas Tarawih masih juga rapat. Bersama pengurus panti asuhan di bawah naungan Aisyiyah yang dibagi dalam beberapa regional. Hampir tiap malam rapat melalui aplikasi meeting dengan para pengasuh panti asuhan yang juga banyak laki-laki. Seorang perempuan, ibu rumah tangga, yang sibuknya luar biasa di organisasi Aisyiyah.
Lahirnya Aisyiyah
Aisyiyah berdiri tanggal 27 Rajab 1335 H bertepatan dengan tanggal 19 Mei 1917 M. Aisyiyah didirikan langsung oleh KH Ahmad Dahlan yang juga pendiri Persyarikatan Muhammadiyah. Sebagai organisasi perempuan Muhammadiyah, Aisyiyah merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid, yang berasas Islam serta bersumber al-Quran dan as-Sunnah.
Kelahiran organisasi ini hanya selisih lima tahun dari organisasi induknya—Muhammadiyah—yang lahir pada 1912. Latar belakang yang menyemangati berdirinya Aisyiyah adalah sebagai upaya melaksanakan dakwah untuk meningkatkan derajat kaum perempuan serta memajukan kehidupan umat dan bangsa.
Hal tersebut sejalan tujuan Muhammadiyah: dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid, menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Sejak awal berdirinya, Aisyiyah sudah melakukan kepeloporan di berbagai bidang, termasuk dalam upaya mewujudkan negara Indonesia. Aisyiyah terus mengembangkan peran-peran dakwah berkemajuan melalui amal usaha, program-program pemberdayaan, serta upaya pendampingan dan advokasi.
Aisyiyah Memajukan Kehidupan Bangsa
Mengusung diri sebagai gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar, sejak awal berdirinya Aisyiyah telah melakukan dakwah untuk mencerdaskan kaum perempuan. Selain itu, peran Aisyiyah memajukan kehidupan bangsa Indonesia. Dakwah yang dilakukan Aisyiyah sangat berbeda pada umumnya, yaitu melalui program dan amal usaha yang disusun dan dilakukan secara organisatoris.
Pertama, peran dakwah pembaruan. Segaris dengan Muhammadiyah sejak awal Aisyiyah telah melaksanakan dakwah pembaruan (tajdid) dalam merubah paham serta pemikiran Islam dari jumud (statis) menjadi berkemajuan. Tujuan pembaruan pemikiran keislaman ini adalah untuk membebaskan bangsa Indonesia dari ketertinggalan atau keterbelakangan akibat kolonialisasi Belanda.
Dakwah keagamaan yang dilakukan Aisyiyah bersifat pencerahan, mengajak umat dari kebodohan menuju pencerahan (takhrij mina-dhulumati ila-nuur) sesuai al-Quran Surat al-Baqarah ayat 257.
Melaui dakwah pencerahan, Aisyiyah berusaha melepaskan perempuan dari belenggu pemikiran keagamaan dan budaya yang merendahkan dan mendiskriminasikan (misoginis).
Dakwah pencerahan yang dilakukan Aisyiyah menjadikan Islam agama berkemajuan (din al-hadlarah) sehingga umat Islam menjadi umat terbaik (khaira ummah) sesuai firman Allah dalam la-Quran Surat Ali Imran 110: “Engkau adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang makruf, dan mencegah kepada yang munkar, serta beriman kepada Allah.”
Aisyiyah berkomitmen bahwa agama Islam menempatkan laki-laki dan perempuan pada derajat yang sama dalam menggerakkan dan mengembangkan dakwah. Termasuk melakukan amal shaleh tanpa ada diskriminasi. Termasuk menempatkan perempuan sebagai konco wingking. Al-Quran menjelaskan kesetaraan laki-laki dan perempuan sesuai firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 97:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Dakwah Saling Melengkapi
Dari situ jelas terlihat bahwa kehadiran perempuan Muhammadiyah yang diwadahi dalam organisasi Aisyiyah adalah saling melengkapi dengan dakwah yang dilakukan Muhammadiyah. Aisyiyah hadir dengan misi Islam rahmatan lil alamin atau mewujudkan baldatun thayyibatun warabbun ghafur.
Kedua, dakwah melalui pendidikan modern. Pendidikan menjadi fokus utama Aisyiyah. Ketika tahun 1918 Muhammadiyah mendirikan Mu’allimin sebagai wadah pendidikan modern bagi anak laki-laki, maka Aisyiyah mendirikan Mu’allimat. Sebuah lembaga pendidikan dengan konsep modern, menggunakan sistem kelas dan tingkatan, serta memadukan pengetahuan agama, sains, dan keterampilan yang tentu saja tidak ditemui lembaga pendidikan serupa di masa itu.
Sistem pendidikan modern yang didirikan Aisyiyah terus dikembangkan termasuk untuk anak-anak usia dini. Aisyiyah memandang pentingnya menanamkan nilai-nilai akhlak yang baik, akidah, kemanusiaan, kebersamaan, dan nilai luhur lainnya. Hal ini diwujudkan Aisyiyah dengan mendirikan pendidikan usia dini (PAUD) pada tahun 1919, baik kelompok bermain atau Taman Kanak-Kanak yang disebut Fröbel.
Kini taman kanak-kanak itu dikenal dengan Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Busthanul Athfal (TK-ABA). Perkembangan TK Aisyiyah sampai hari ini telah menyebar di seluruh Indonesia. Hampir tiap desa dan kecamatan bisa ditemui TK ABA.
Tidak cukup berhenti di situ, Aisyiyah juga mendirikan SD, SMP, SMA di seantero Indonesia. Bahkan mungkin Aisyiyah satu-satunya organisasi perempuan yang mendirikan perguruan tinggi, seperti akademi keperawatan dan kebidanan, bahkan universitas. Salah satu milik Aisyiyah adalah Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Konsen di Bidang Kesehatan
Ketiga, usaha di bidang kesehatan dan sosial. Sebagaimana Muhammadiyah yang sejak awal bergumul dalam dunia kesehatan, Aisyiyah juga konsen pada kesehatan. Hampir di seluruh Indonesia, Aisyiyah memiliki amal usaha kesehatan seperti klinik, balai pengobatan, rumah sakit ibu dan anak, dan rumah sakit umum.
Di Sidoarjo dikenal Rumah Sakit Aisyiyah Siti Fatimah. Di Malang ada Rumah Sakit Aisyiyah Malang. Contoh kecil itu menunjukkan bahwa Aisyiyah betul-betul organisasi yang sangat serius dalam bidang kesehatan. Hingga kini Aisyiyah memiliki lebih dari 125 rumah sakit yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dalam bidang sosial, Aisyiyah banyak memiliki panti asuhan, griya lansia, dan rumah singgah. Panti asuhan ini menampung anak-anak terlantar, yatim piatu, dan kurang mampu. Mereka dididik sejak TK hingga perguruan tinggi. Semua biaya hidup dan biaya pendidikan ditanggung oleh Aisyiyah tanpa sepeserpun meminta kepada penghuni panti.
Begitu juga griya lansia yang merawat orang-orang tua agar hidup layak dan bahagia. Bahkan melalui kegiatan senior care, Aisyiyah merangkul para lansia pada kegiatan yang bermanfaat dan menggembirakan seperti pengajian, pemeriksaan kesehatan, rekreasi, belajar keterampilan, dan senam. Semua program itu dijalankan oleh Aisyiyah dengan menggunakan dana dari Aisyiyah sendiri atau berjejaring dengan kelompok peduli lainnya.
Dalam bidang ekonomi, Aisyiyah banyak melakukan pemberdayaa yang dikenal dengan bina usaha ekonomi keluarga (BUEKA). Usaha ini juga membentuk koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta ekonomi kreatif lainnya.
Pemrakarsa Kongres Perempuan Pertama
Sejak didirikan Aisyiyah telah mengambil peran-peran strategis, tidak hanya untuk kehidupan perempuan tetapi juga dalam konteks berbangsa dan bernegara. Aisyiyah telah menjadi pemrakarsa Kongres perempuan pertama, sebuah kesadaran tentang pentingnya peran organisasi perempuan dalam konteks kenegaraan.
Perwakilan Aisyiyah, yaitu Siti Hajinah dan Siti Mundjiah tampil sebagai pembicara memaparkan pentingnya kesetaraan perempuan dengan laki-laki, persatuan, dan pencegahan pernikahan usia dini. Di hadapan para pemimpin organisasi perempuan seperti Roekoen Wanodijo, Wanita Moelya, Wanito Sedjati, Jong Java, Wanita Oetomo, Poeteri Boedi Sedjati, Poeteri Indonesia, Taman Siswa, dan Darmo Laksmi, Hajinah dan Moendjiah menyampaikan gagasan yang hingga hari ini masih hangat diperbincangkan.
Masalah pernikahan usia dini masih terus jadi sorotan. Rendahnya pendidikan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi membuat masyarakat masih belum memiliki kesadaran tentang hak-hak perempuan, termasuk dalam pernikahan.
Baru-baru ini, pada 13 Desember 2018, Mahkamah konstitusi (MK) mengeluarkan keputusan bahwa pasal 7 ayat (1) UU Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan yang menentukan usia menikah perempuan minimal 16 tahun dan laki-laki 19 tahun bersifat diskriminatif dan bertentangan dengan UUD 1945 serta tidak memiliki kekuatan hukum mengikat.
Menurut putusan MK ini usia pernikahan bagi perempuan dan laki-laki minimal usia 19 tahun. Kasus ini menunjukkan bahwa perjuangan Aisyiyah di masa awal berdirinya masih sangat relevan hingga sekarang.
Persoalan stunting, gizi buruk, kematian ibu melahirkan juga masih kerap terjadi. Aisyiyah bersama para pemangku kepentingan terus berusaha memperjuangkan agar anak-anak Indonesia terbebas dari gizi buruk dan stunting. Anak-anak sebagai aset bangsa harus terus diperjuangkan, diperhatikan nasibnya, agar tumbuh dan berkembang dalam suasana damai dan membahagiakan.
Qariyah Thayyibah
Terbentuknya desa-desa yang disebut dengan qariyah thayyibah adalah sebagai upaya membantu Indonesia untuk mewujudkan Indonesia sejahtera melalui pembentukan keluarga-keluarga yang bahagia, sejahtera lahir batin.
Kasus tuberculosis (TB) yang begitu besar membuat Aisyiyah turun tangan. Melalui TB Care Aisyiyah membentuk relawan-relawan serta fasilitator untuk memberikan pendampingan, penyadaran, dan advokasi kepada penderita TB, keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Sebagai perempuan yang memiliki peran strategis dalam keluarga, Aisyiyah melihat peran penting ini dan mengunggahnya sebagai bagian dari pencegahan TB. Secara struktural maupun kultural Aisyiyah terus berusaha menyadarkan akan bahaya TB serta begitu potensinya peran keluarga dalam menangulanginya. Aisyiyah akan terus berada di garis terdepan dalam mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur serta di ridloi Allah subhanahu wa taala. Selamat Milad Aisyiyah ke-106. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.