PWMU.CO-Pengalaman ke Australia saat wabah Corona menjadikan perjalanan Rika, perempuan asal Bandung, antara waswas dan senang. Dia pergi bersama suaminya, Thomas Shears asal Melbourne, negara bagian Victoria. Mereka terbang ke Negeri Kanguru pada akhir pekan lalu.
Menurut laporan abc.net.au yang dilansir Kamis (4/6/2020), negara ini masih ditutup untuk orang asing masuk kecuali warga Australia, penduduk tetap atau permanent resident (PR), dan anggota keluarga dekatnya.
Sejak awal pandemi Corona, Australia melarang warga asing masuk dan sebaliknya mengimbau warga Australia yang masih ada di luar negeri untuk pulang.
Ketika Thomas memutuskan pulang kampung, Rika ikut suaminya mudik ke Victoria, negara bagian dengan ibu kota Melbourne. Selama ini mereka tinggal di Bandung.
Rika menceritakan, perjalanan dari Bandung ke Jakarta menjadi bagian yang paling ribet. ”Karena aturan PSBB yang berubah-ubah,” kata Rika. Salah satunya aturan mendapat Surat Izin Keluar Masuk DKI Jakarta.
”Aturannya memang tertulis jelas, bahkan ada website-nya, tapi tidak jelas bagi mereka yang ingin melintasi DKI Jakarta,” jelasnya.
Sebelum berangkat beberapa kali Rika mencoba menghubungi call centre tetapi nomor tersebut tidak aktif, belum lagi situsnya juga down. Tidak bisa diakses.
Suasana Sepi
Beruntung berangkat dari Bandung menggunakan shuttle bus menuju Bandara Udara Soekarno Hatta rute perjalanannya tidak melewati check point pemeriksaan Covid-19 di Karawang dan Bekasi.
”Ada perasaan deg-degan karena kami tidak bisa mendapat surat itu, takut kalau disuruh putar balik ke Bandung,” jelasnya. Bersyukur perjalanan ke bandara ini lancar tanpa hambatan.
Tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Rika dan Thomas terkejut juga melihat suasananya sepi.”Sepi banget, tapi serem sepinya, enggak ada siapa-siapa,” kata Thomas Shears yang fasih berbahasa Indonesia.
Ia menjelaskan tiket pesawat tujuan Melbourne tersedia. Frekuensi terbang hanya sekali sepekan. ”Booking gampang, cuma mahal saja. Sekali jalan harganya Rp 7,5 juta,” tuturnya. Beli tiket PP (pulang pergi) tidak boleh.
Ketika masuk ke dalam pesawat, rasanya juga sama. Sepi. Padahal jalur ke Jakarta-Melbourne sebelumnya selalu ramai oleh penumpang. Tapi keduanya merasa lebih aman karena tak banyak orang berkerumun. Duduk bisa jaga jarak. Seluruh penumpang hanya 20 orang. Tapi di kabin mereka terisi tiga orang.
Menjalani Karantina
Saat mendarat para penumpang diberitahu mereka harus menjalani karantina wajib selama 14 hari. Proses imigrasi berjalan lancar, termasuk saat pengambilan bagasi.
”Mulai turun pesawat disambut orang Department of Health, ada perawat banyak, mereka memastikan penumpang tidak ada gejala Covid-19,” tambah Thomas.
Setelah melewati proses ini, kemudian penumpang diarahkan naik Skybus menuju hotel tempat karantina. Lokasinya tidak jauh dari bandara.
Di negara bagian Victoria, biaya karantina bagi orang yang datang ke Australia ditanggung oleh pemerintah. Meliputi kamar hotel dan makanan. ”Makanan tiga kali sehari diantar ke kamar. Bisa memilih makanan sesuai kebutuhan,” jelas Thomas.
Mereka bisa memilih makanan sesuai kebutuhannya. Makanan halal untuk muslim juga tersedia. Rika memilih tambahan daging ayam.
Selama karantina semua orang tidak boleh keluar kamar, kecuali diminta atau diberikan kesempatan untuk keluar. ”Misalnya hari ini kita boleh keluar untuk berjalan kaki di tempat parkir bandara selama 25 menit tapi itu pun dijaga oleh delapan orang,” cerita Rika.
Aturan karantina sangat ketat. Pelanggar bisa mendapat ancaman denda hingga 20.000 dollar Australia atau hampir Rp 200 juta.
”Di lantai hotel kami ada yang menjaga di depan pintu, 24 jam secara bergantian. Mereka adalah private security,” kata Tom, panggilan Thomas.
Biaya Karantina Ditanggung Negara
Pasangan Shears mengatakan fasilitas yang disediakan lainnya adalah tes virus Corona gratis dengan metode swab yang dilakukan di hari ketiga dan hari kesebelas.
Dari perhitungan mereka, diperkirakan biaya yang ditanggung oleh pemerintah untuk mereka berdua selama karantina bisa mencapai 6.000 dollar Australia. Lebih kurang Rp 60 juta.
”Kami juga ditelepon ke kamar setiap hari untuk ditanya kondisi kesehatan, jika ada kebutuhan atau makanan yang kurang,” jelas Rika.
Sebelum ke Melbourne, pasangan Shears mengaku sudah menjalani isolasi mandiri selama tiga bulan dengan diam di rumah mereka di Bandung.
”Jadi ini sama saja seperti di rumah. Bedanya kami dilayani. Justru lebih baik daripada isolasi mandiri di rumah,” kata Rika.
Keduanya, kini mengaku lega karena sudah berada di Melbourne dengan selamat, meski harus menjalani karantina sebelum bertemu keluarga Thomas. Perjalanan ke Australia saat wabah ini menjadi pengalaman tersendiri. (*)
Editor Sugeng Purwanto