PWMU.CO – Tradisi Riyoyo Kupat atau Hari Raya Ketupat di Kampung Nelayan RW 2 Kelurahan Sukolilo Baru, Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya berlangsung unik.
Tradisi yang normalnya dilaksanakan tujuh hari setelah Lebaran itu, baru bisa digelar Ahad (7/6/20) karena pandemi Covid-19. Selain itu, para nelayan juga masih banyak yang melaut hingga sore.
Ketua RT 03 RW 02 Ike Hadi Siswanto mengatakan, tradisi entrepreneur yang unik dan masih lestari ini merupakan bentuk lain dari “bancak’an” atau “selamatan”, kalau kata orang Jawa.
Kegiatan ini dikemas seperti orang di pasar yang buka lapak. Jadi ada pembeli dan penjual. Yang bertugas sebagai penjual adalah anak laki-laki atau perempuan berusia di bawah dua belas tahun.
Sedangkan pembelinya beragam, dari anak kecil hingga orangtua. Mereka akan dilayani sesuai permintaan selama makanannya masih ada.
Ike menyampaikan, pandemi Covid-19 bukan alasan untuk tidak merayakan Riyoyo Kupat. “Namun karena nelayan sedang panen, sehingga waktunya sibuk tersita mengolah hasil tangkapan ikan, jadi baru bisa sekarang,” kata dia.
Tetap sesuai Protokol Kesehatan
Tampak puluhan anak bermasker, antre dengan tertib untuk mendapatkan aneka menu kuliner jajanan tradisional. Mulai dari kelepon, mi warna warni, mi goreng, mi urap, serabi, klanting, mi sayur udang, es krim, agar-agar, dan es sirup jeruk yang sudah tertata rapi di meja.
Haidar Rafa, 8 tahun, siswa kelas I SD Muhammadiyah 9 Bahari Sukolilo melayani pembeli menggunakan face shield. Ia agak malu-malu karena belum terbiasa melayani pembeli. Ia pun tersenyum saat digoda oleh ibunya. “Sabar ya, yang jual masih latihan,” ujar ibunya kepada pembeli.
Ike menegaskan, tradisi puluhan tahun yang ada di kampung nelayan ini merupakan warisan budaya yang masih dilestarikan sebagai wujud syukur atas nikmat yang sudah diberikan oleh Allah SWT. “Sehingga tanpa menanam pun bisa memetik hasil laut yang melimpah,” ungkapnya.
Aneka makanan yang disajikan itu semua gratis, tidak berbayar. Hanya dengan bilang ‘aku tuku’ maka penjual pun akan siap melayani dan memberikan menu yang diminta.
Karena Riyoyo Kupat sudah lewat, kata Ike, maka tak ada menu ketupat atau pun lepet seperti tradisi biasanya. “Namun kami siapkan aneka jajanan sebagai gantinya. Insyaallah tidak mengurangi rasa syukur kami,” tegasnya.
Penulis Tri Eko Sulistiowati. Co-Editor Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.