PWMU.CO – Dualisme takmir di masjid tertua Muhammadiyah di Surabaya. Masjid Sholeh dibangun pada 1921, saat ini baru selesai direnovasi dengan menghabiskan biaya Rp 1,3 miliar.
Bangunan dua lantai sudah tuntas direnovasi dengan tetap mempertahankan eksterior sesuai dengan desain lama sehingga nilai historis bisa dipertahankan.
Masjid ini menjadi saksi sejarah awal pergerakan Muhammadiyah di Surabaya. Saat itu tokoh-tokoh Muhammadiyah Cabang Surabaya seperti Wisatmo, Dr Suwandi, dan KH Mas Mansur banyak terlibat dalam pembangunan masjid itu.
Beberapa bagian masjid sempat rusak akibat bom saat perang kemerdekaan di awal 1940. Ketika Ir Soekarno pulang dari pengasingan di Bengkulu pada 1942 ia mampir ke Surabaya dan menemui sahabat-sahabatnya, termasuk Wisatmo. Bung Karno sempat berkunjung ke Masjid Sholeh dan memberikan bantuan sebesar 40 ribu Gulden.
Masjid berukuran 10 x 11 meter itu menjadi saksi kedekatan Bung Karno dengan Persyarikatan Muhammadiyah.
Karena letaknya di tengah pemukiman yang padat di tengah Kota Surabaya, masjid ini selalu penuh jamaah setiap waktu shalat. Saat ini bangunan bagian atas masjid sekaligus juga dipakai untuk sekolah.
Pro dan Anti Maklumat PP
Wakil Ketua Takmir Sulaiman, mengatakan, dalam situasi PSBB karena pandemi Covid 19, Masjid Sholeh berusaha mentaati maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk tidak menyelenggarakan shalat berjamaah, shalat Jumat, Tarawih saat Ramadhan, dan juga shalat Id.
“Takmir menempelkan maklumat PP Muhammadiyah di papan pengumuman masjid dan mengunci pintu,” kata Sulaiman.
Tapi, ternyata ada sekelompok jamaah yang tidak setuju dan merobek maklumat itu dan membuka pintu masjid. Mereka kemudian melaksanakan shalat berjamaah lima waktu. Selama Ramadhan mereka melakukan shalat Tarawih dan juga shalat id. “Semuanya dilakukan tanpa izin takmir,” tambah Sulaiman.
Jamaah bisa masuk ke masjid karena takmir lama juga memegang kunci pintu masjid. Takmir baru Masjid Sholeh dikukuhkan melalui SK Majelis Tabligh Pimpiann Daerah Muhammadiyah Surabaya 18 Mei 2020 dengan Ketua Drs Ibrahim.
Tetapi, beberapa hari yang lalu Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya juga menerima surat permohonan pengukuhan takmir dengan versi beda di bawah kepemipinan Muzan Thoib.
Sekretaris Majelis Tabligh PDM Surabaya, Dikky Syadqomullah mengatakan akan melakukan mediasi untuk menyelesaikan dualisme ini. “Akan kami verifikasi lagi,” kata Dikky mengenai munculnya takmir versi baru.
Sulaiman mengharapkan PDM Surabaya bijaksana dalam memutuskan masalah ini dan mempertimbangkan kepentingan kader dan anggota Muhammadiyah di wilayah itu. “Karena banyak orang dari luar Muhammadiyah yang ingin masuk,” kata Sulaiman. (*)
Penulis Dhimam Abror Djuraid. Editor Mohammad Nurfatoni.