PWMU.CO– PRM Sukolilo telah kehilangan satu kader terbaiknya Sugeng Purnomo (54). Dia meninggal dunia, Kamis (7/5/2020) bulan lalu. Aktivis Kokam ini banyak bekerja untuk memajukan dakwah Muhammadiyah di kampung nelayan PCM Bulak ini.
Kabar duka atas kematiannya beredar di WA Gorup Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Sukolilo. ”Innalillahi waina illahi rojiun, telah berpulang ke rahmatullah Bapak Sugeng Purnomo aktivis Kokam Kota Surabaya, suami dari Ibu Mulyana pengurus PWA Jatim, PDA Kota Surabaya, PCA Bulak dan PRA Sukolilo (7/5/2020).”
Mulyana, istri Sugeng Purnomo, menceritakan, sangat tidak menduga suaminya meninggal karena sebelumnya tidak pernah memiliki riwayat sakit. ”Bahkan bisa dibilang selama hidupnya jarang sakit,” kata Mulyana dihubungi Rabu (10/6/2020).
Dia menjelaskan, awalnya menderita demam dan sesak nafas. Karena kondisinya makin berat keluarga membawa ke RS Unair pada Selasa (5/5/2020). Ternyata dua hari kemudian Kamis (7/5/2020) nyawanya sudah tak tertolong. ”Hasil rapid test non reaktif atau negatif. Kami tidak menyangka bapak pergi secepat ini,” ujar Mulyana.
Sesuai peraturan Pemerintah Kota Surabaya bagi pasien yang meninggal di rumah sakit pada masa pandemi covid-19 maka jenazahnya dimakamkan sesuai protokoler kesehatan. Ada dua pilihan yaitu pemakaman Keputih dan Benowo. ”Kami memilih pemakaman Keputih Sukolilo sebab lokasinya dekat dengan tempat tinggal kami,” tuturnya.
Perintis TPQ
Sekretaris PRM Sukolilo Nur Wachid mengatakan, pemakaman dihadiri aktivis Kokam, PDM Kota Surabaya, kader Muhammadiyah, dan warga lainnya. ”Ini sebagai bentuk bela sungkawa terhadap kader yang telah berjuang di Muhammadiyah sekaligus dukungan moral dan rasa empati untuk keluarga yang ditinggalkannya,” katanya.
Pria kelahiran 16 Mei 1966 ini meninggalkan seorang istri, empat anak dan lima cucu. Dia dikenal sebagai pribadi pendiam dan selalu ada di garis depan bila ada acara Muhammadiyah karena tugas pengamanan.
Menurut Muyana, meski pendiam suaminya bisa romantis. Misalnya, tidak pernah sekalipun melewatkan hari ulang tahun pernikahan. ”Menggelar pesta kecil dan menyematkan hadiah untuk saya walau hanya dalam rumah bersama anak, mantu, dan cucunya,” ceritanya.
Suaminya juga mengizinkan Mulyana aktif di Aisyiyah. Seperti mengurusi amal usaha PRA Sukolilo di kampung nelayan ini. Di antaranya TK Aisyiyah 19, Bank Sampah Qoryah Thoyyibah, dan Angkringan Matahari.
Almarhum Sugeng Purnomo juga memimpin out bound ibu-ibu Aisyiyah Sukolilo dengan belajar sambil bermain. Dia juga yang merintis Taman Pendidikan al-Quran di Masjid Sholihin dan pengambil donasi pembangunan kampus dua SD Muhammadiyah 9 Bahari.
Hamuka, kakak iparnya, mengatakan, selama tiga tahun mengambil donatur untuk SDM 9 diberi uang bensin menolak. ”Keikhlasannya dalam berjuang di jalan Allah sangat kami rasakan. Semoga perjuangan dan pengabdian almarhum diterima oleh Allah swt,” ujarnya.
Ketua PRM Sukolilo H Muhammad Huderi menyatakan, Sugeng Purnomo adalah kader Sukolilo. Keluarga besar Muhammadiyah di sini sangat kehilangan. TPA Sholihin yang dirintisnya sampai saat ini masih terus aktif dengan santri dari anak-anak nelayan kampung ini. (*)
Penulis Tri Eko Sulistiowati Editor Sugeng Purwanto