PWMU.CO – Pecah rekor, 10 buku sekali terbit di Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Senin (15/6/20).
Kesepuluh buku tersebut merupakan proyek tugas akhir dari mata kuliah Media dan Masyarakat dengan pengampu Dosen Ilmu Komunikasi UMM Nurudin MSi.
Menerbitkan tulisan punya tempat tersendiri bagi Nurudin. Dengan menulis lantas menerbitkanya, justru punya hasil yang konkrit yakni karya. “Kalau tidak untuk apa? Paling naskah tulis itu dikumpulkan ke dosen. Selesai,” ujarnya.
“Berbeda kalau menerbitkan buku, kan ada manfaatnya. Lalu setelah mereka menulis di media, saya minta untuk mention akun Twitter saya dan Prodi Komunikasi UMM. Tugas saya me-retweet-nya,” kata Nurudin.
Sejak tradisi literasi ini pertama kali digulirkan pada tahun 2009, jumlah buku yang diterbitkan beragam. “Tidak tentu karena harus saya polling dulu saat pertama kali masuk kelas. Tahun 2019 ada 10 judul buku. Ini prestasi paling banyak jika dilihat dari jumlah judul,” paparnya.
Tahun 2020, lanjut dia, ada sembilan judul buku. Juga artikel mahasiswa tiga kelas. Pecah rekor. ”Jika rata-rata per kelas 50 orang akan ada publikasi 50 judul tulisan di media,” ungkap Nurudin.
Dari segi kualitas tulisan, Nurudin tak begitu mempermasalahkannya. Ia selalu mengapresiasi setiap mahasiswanya yang berani memulai memiliki karya. Dalam bentuk apapun. “Menurut saya tulisannya bagus. Tentu dengan kemampuan mereka sebagai mahasiswa. Saya tidak bisa memakai tolok ukur diri saya sendiri. Produk mahasiswa dan dosen itu kan karya? Menulis buku salah satunya,” jelas dia.
Naik Bus Cari Penerbit
Karya terbaik menurutnya terbitan awal, yakni tahun 2009. “Merintisnya waktu itu susah sekali. Saya serahkan ke mahasiswa untuk diterbitkan. Nggak jalan. Akhirnya saya harus naik bus waktu itu ke Yogyakarta untuk mencari penerbit,” ungkapnya.
Nuruddin menuturkan, setelah diterbitkan, buku akhirnya bisa di-launching. “Launching itu banyak diliput media. Setelah itu, memotivasi mahasiswa menulis buku lebih mudah karena sudah ada contohnya,” lanjutnya.
Memotivasi mahasiswanya untuk menulis akan terus dilakukan Nurudin. “Mungkin ini yang bisa saya lakukan. Minimal memaksimalkan kemampuan diri saya karena punya keahlian menulis,” tuturnya.
Dia menyatakan, sudah saatnya memberikan atmosfer menulis di tempatnya bekerja. “Buku memang bukan pilihan satu-satunya. Tetapi sivitas akademika dituntut untuk punya karya, buku hanya salah satu pilihan,” papar Nurudin.
Nurudin lalu menceritakan, setiap mengawali perkuliahan, dia selalu menawarkan pada mahasiswa yang diajarnya untuk membuat proyek kepenulisan. Tidak melulu menerbitkan buku. Tradisi literasi ini sudah dimulainya sejak tahun 2009.
“Pokoknya harus ada publikasi. Kuliah jalan, nilai didapat, publikasi kampus juga ada. Pulang tidak hanya membawa ijazah tetapi juga kenang-kenangan buku,” terang Nurudin via daring.
Beri Opsi ke Mahasiswa
Tahun 2020 ini, dosen yang dikenal sebagai ‘provokator’ menulis ini memberikan opsi menulis buku atau kuliah biasa saja. Empat kelas yang dia ampu memilih membuat buku, sementara sisanya memilih kuliah biasa.
“Karena pandemi Covid-19, yang milih kuliah biasa saya sarankan tugas UAS-nya menulis di media. Boleh media cetak, online, atau paling ringan nulis di blog,” kata dosen yang telah menerbitkan puluhan buku ini.
Penentuan tugas akhir apa yang diambil pun dilakukan secara demokratis. Dimusyawarahkan oleh seluruh mahasiswanya di kelas. Kemudian mereka voting, lewat Line atau langsung memutuskan di kelas.
“Saat memilih buku tentu saya, kan, harus memenuhi keinginan mereka. Lagian, itu sesuatu yang sangat baru bagi mereka. Ternyata mereka antusias dan bisa menulis,” ungkap Nurudin.
Ternyata, lanjutnya, setelah mereka menulis dan diterbitkan jadi kecanduan. Yang nulis buku semangat ingin nulis lagi. Yang tugas nulis di media ingin juga menulis lagi.
“Setidaknya data ini saya dapatkan dari komentar mereka saat saya tanya bagaimana kesan setelah membuat tulisan,” ungkap mantan Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UMM yang baru-baru ini kembali menerbitkan buku berjudul “Agama Saya adalah Uang” ini.
Kesepuluh buku rencananya akan dirilis dalam waktu dekat. Berbeda dari proyek penulisan buku sebelumnya, tahun 2020 ini berhasil pecah rekor penerbitan buku terbanyak: sepuluh buku! (*)
Penulis Maharina Novi. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.