PWMU.CO– Bawean, pulau yang lokasinya terpencil 120 km di utara perairan Gresik. Butuh waktu 8 jam jika naik kapal motor. Kalau naik kapal ekspres 4 jam.
Penduduknya sekitar 107 ribu. Campuran dari orang Jawa, Madura, Banjar, dan Bugis yang berpadu satu menjadi suku Bawean dengan tradisinya sendiri. Ada dua kecamatan di sini yaitu Sangkapura dan Tambak yang membawahi 30 desa.
Di pulau itu dakwah Muhammadiyah berkembang sejak 1965. Kini ada tiga Pimpinan Ranting Muhammadiyah di Desa Sawah Mulya, Kota Kusuma, dan Daun. Ketiganya di bawah Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sangkapura.
Jumlah warga Muhammadiyah sekitar 500 KK atau sekitar 1.500 orang. Sudah bisa membangun amal usaha Masjid al-Muttaqin, MI Muhammadiyah, MTs Muhammadiyah 5, SMK Muhammadiyah 4, TK ABA 46, TPQ Aisyiyah, dan Klinik Muhammadiyah. Ini dikelola PRM Daun.
Ada lagi amal usaha yang dikelola PCM Sangkapura seperti TK ABA 17, SMP Muhammadiyah 3, SMA Muhammadiyah 2, SD Muhammadiyah 1, dan TPQ Buana.
Amal usaha ini makin menambah warna keindahan pesona pulau yang memiliki Danau Kastoba, Air Terjun Laccar, rusa Bawean, dan pantai pasir putih di pulau-pulau karang.
PRM Daun paling terasa geliat dakwahnya. Kebangkitan dakwah Muhammadiyah di desa ini dimotori oleh Suruji, Abdus Sururi, Ahmad Tarsum, dan Sanwan.
Achlas Sawafi, sekretaris PRM Daun menceritakan, Suruji dan kawan-kawannya mengadakan musyawarah sebanyak tiga kali sebelum membentuk ranting Muhammadiyah di desa ini. Musyawarah pertama dan kedua diadakan 23 dan 30 Januari 1965 di SD Negeri 1.
”Musyawarah memutuskan langkah awal mengadakan pelatihan kader untuk menyiapkan anggota Persyarikatan Muhammadiyah,” katanya dihubungi Selasa (16/6/2020).
Pelatihan kader diadakan selama dua bulan dari Juli-Agustus 1965 bertempat di SDN. Pembicaranya Drs Muthar Jamil dari Gresik dan Muhammad Sukran Said, tokoh Bawean. Peserta yang mengikuti pelatihan 30 orang.
Musyran Daun
Usai pelatihan selanjutnya mengadakan Musyawarah Ranting (Musyran) pada 8 September 1965 bertepatan dengan 12 Jumadil Akhir 1385 H.
Musyran tersebut memilih Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Daun yang diketuai Suruji untuk periode pertama 1965-1969. Usai Musyran langsung dilantik oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sangkapura Mansur dan Jamari.
Basri, wakil ketua Majelis Dikdasmen PRM Daun menambahkan, Suruji sosok pemimpin yang tegas. Dia punya dua program kerja andalan yaitu mengadakan pengajian rutin setiap malam Selasa bertempat di Masjid Jami’ Daun Barat. Dia sendiri yang memberi pengajian. Kedua, mendirikan lumbung padi.
Lumbung pagi langsung diwujudkan setelah dilantik. Membangun lumbung bertempat di rumah Abdus Sururi di Daun Barat secara bergotong royong. Lumbung tersebut untuk membantu warga yang kekurangan pangan.
”Banyak warga merasakan manfaatnya. Misalnya, warga yang kehabisan beras sebelum panen padi, bisa pinjam padi ke lumbung ini. Setelah panen menggantinya,” tutur Basri.
Warga kurang mampu disantuni dengan padi ini. Dulu ada nelayan asal Brondong Paciran terdampar di Pulau Bawean, biaya hidup nelayan itu selama di sini disubsidi dari lumbung padi. ”Tapi Allah swt berkehendak lain. Baru setahun memimpin Suruji telah dipanggil oleh Allah,” ujarnya.
Bersyukur kepemimpinan dan kader Muhammadiyah telah disiapkan dengan matang sehingga geliat dakwah terus berkelanjutan hingga terasa getarannya. (*)
Penulis Eklis Dinika Editor Sugeng Purwanto