PWMU.CO – Islam adalah agama rahmatan lil-‘alamin. Tidak saja menjadi rahmat bagi manusia sebagai khalifah di bumi, melainkan juga bagi seluruh alam semesta. Termasuk di dalamnya adalah hewan, tetumbuhan dan seluruh makhluk Allah di alam semesta ini.
Kesemestaan Islam tidak hanya diterapkan pada hal-hal yang dianggap besar dan penting, melainkan juga pada semua perilaku kehidupan manusia. Semua diatur dan diberi tata ca¬ra yang baik di antara sesama makhluk-Nya. Dalam Islam, berperilaku yang baik ini dise¬but Ihsan. Ihsan mencakup segala aspek kehidupan. Dan, salah satunya adalah adab memperlaku-kan hewan saat dan hendak disembelih.
Pertama, menyembelih hewan harus dengan alat yang tajam dan menunggu hingga benar-benar mati. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim (Shahih Muslim, dalam al-shaid wa al-dabaih 3615), dari Syaddad bin Aus, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat baik (ihsan) terhadap segala sesuatu. Maka jika kamu sekalian membunuh hendaklah dengan cara yang baik (ihsan). Apabila kamu menyembelih, hendaklah bersikap baik (ihsan) dalam penyembelihan itu, dan hendaknya dengan menggunakan alat penyembelihan yang tajam dan menunggu sampai mati (untuk mengulitinya).”
(Baca juga: 1 Kambing untuk Banyak Orang, Tetap Sah sebagai Ibadah Qurban dan Inilah Tata Cara Penyembelihan Hewan Kurban yang Syar’i dan Sehat)
Kedua, tidak menyembelih dengan gigi dan kuku. Dari rafi’ bin Khadij Rasulullah bersabda, alat apapun yang dapat mengalirkan darah dan yang disembelih dengan menyebut nama Allah, makanlah olehmu, kecuali karena gigi dan kuku” (HR. Bukhari al-syir¬kah: 2324; al-Dzabaih wa al-shaid: 5074). Dalam konteks kekinian, hampir bisa dipastikan bahwa alat menyembelih adalah pisau, sebagaimana yang ada pada adab pertama.
Ketiga, sasaran yang dipotong adalah dua urat nadi yang ada di leher, tenggorokan (jalan pernafasan) dan kerongkongan, agar binatang yang disembelih cepat mati. Hal ini berdasarkan kesepakatan para ulama fikih setelah mempertimbangkan aspek ihsan dalam menyembelih dalam hadis pertama tadi.
(Baca juga: Adakah Tuntunan Puasa Tarwiyah sebelum Idul Adha, 8 Dzulhijjah? dan Uji Keshahihan Hadits tentang Keutamaan Puasa Awal Dzulhijjah)
Keempat, hewan yang akan disembelih hendaknya dihadapkan ke arah kiblat dan berdoa. Dari Jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah pada hari qurban menyembelih dua ekor kam-bing yang bertanduk, enak dipandang dan kekar, maka setelah menghadapkan keduanya (ke arah kiblat), beliau berdoa: inni wajahtu wajhiya lilladzi fathoros samawati wal-ardho ala millati ibrahima hanifan wa ma ana minal-musyrikin. Inna shalatiy wa nusuki wa mahyaya wa mamatiy lillahi rabbil‘alamin. La syarikalahu wa bidzalika umirtu wa ana minal-muslimin. Bismillah wallahu akbar, kemudian Rasulullah menyembelihnya. (HR. Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad ibn Hanbal dan al-Darimiy).
Kelima, ketika menyembelih hewan diwajibkan membaca basmalah dan bertakbir. Hal ini sebagaimana tuntunan dalam QS. Al-An’am: 118, “Maka makanlah binatang-bina¬tang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepa¬da ayat-ayat-Nya.” Atau, dalam QS. Al-An’am: 121, “Dan janganlah kamu memakan bina¬tang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbu¬atan yang demikian adalah suatu kefasikan. “
(Baca juga: Ini Alasan Mengapa Dibolehkan Menjual Kulit Hewan Qurban dan Redaksi Takbiran: Allahu Akbar 2 atau 3 Kali?)
Keenam, hendaknya yang melakukan penyembelihan hewan qurban adalah sahibul qurban (yang berkurban). Jika berhalangan bisa diwakilkan kepada yang orang bisa dan dianjurkan untuk menyaksikannya. Hal ini berdasarkan hadis riwayat al-Hakim, al-Baihaqi dan Imam Thabrani, dari Imran bin Hushain ra bahwa Rasulullah bersabda, Hai Fatimah, pergilah ke tempat penyembelihan hewan qurbanmu, dan saksikanlah penyembelihannya.
Hal yang demikian itu akan mengampuni bagimu pada awal tetesan dari darahnya yang menetes setiap dosa yang telah engkau perbuat dan berdoalah inna shalatiy wa nusukiy.. dan seterusnya. Selamat berkurban semoga Allah menerima amal kebaikan kita semua. Amin.
*)Bahrus Surur-Iyunk, alumnus Pondok Modern Muhammadiyah Paciran Lamongan, kini Kepala SMA Muhammadiyah I Sumenep.