PWMU.CO-Dunia makin berisik. Mari belajar diam. Sulitkah? Tanyalah kepada gubernur, walikota dan politisi Amerika Serikat. Berkali-kali mereka minta Presiden Donald Trump agar diam. Tidak bisa. Tetap saja sang presiden mengumbar suaranya, memanaskan demo di negerinya.
Atau ngetweet ke seantero dunia, memanaskan Tionghoa. Genderang perangnya kerap ditabuh dari mulut dan jemarinya. Supaya diam, ada yang memintanya sembunyi di bunker seperti tatkala Gedung Putih dikepung demonstran tempo hari.
Mengapa menuding Trump nun jauh di sana? Kita sendiri bagaimana? Bisa diamkah? Coba ingat-ingat konflik terakhir kali disebabkan oleh apa? Sahut-sahutan suara kan? Tidak usah menyalahkan siapa memulai, yang jelas masing-masing buka mulut. Tak ada yang mau diam.
Tidak usah heran. Sejak ribuan tahun kita sudah diingatkan oleh orang-orang bijak.
Bicara yang baik atau diamlah (Nabi Muhammad SAW)
Diam adalah sumber kekuatan (Lao Tzu)
Buka mulutmu jika kata-katamu lebih indah dari diammu (Peribahasa Spanyol)
Diam kadang jawaban terbaik (Dalai Lama)
Saya sering menyesali pidatoku, katimbang diamku (Xenocrates)
Kerja keraslah dengan diam. Biarkan suksesmu yang meneriakkannya (Frank Ocean)
Diam adalah kekuatan. Orang bijak bukanlah orang banyak ngomong (Dr T.P. Chia)
Diamlah yang hanya bisa menyempurnakan diam ( A.R. Ammons)
Diam adalah jawaban paling fasih (Ali bin Abi Thalib RA)
Latihan Diam
Diam ternyata juga perlu latihan. Inilah resep dari I am in Silence: 1. Bangunlah pagi-pagi. Suasana hening adalah saat terbaik untuk silence, bisa dalam bentuk tahajud, meditasi, maupun yoga. 2. Jika sudah terlatih di keheningan, Anda bisa melakukan silence di “keramaian”.
3. Jika punya banyak waktu cobalah sekali-kali melakukan silence sehari penuh. Tidak masalah jika terinterupsi shalat, makan dan lainnya, tetaplah hemat bicara.
4. Praktikkan tiap hari. Lalu rasakan adakah perbedaan dari sebelumnya. Apakah lebih tenang, lebih kalem, pengendalian diri lebih baik, lebih rendah hati, lebih sabar, lebih cool, lebih peaceful, dan lebih pendiam atau setidaknya lebih bisa mengendalikan untuk tidak terlalu banyak bicara yang tiada guna.
Jika iya, sungguh besar manfaat diam. Mungkin itulah yang dikatakan silence is golden itu. Mari dengan gembira melatihnya. Semoga bisa. Aamiin. (*)
Penulis Ali Murtadlo Editor Sugeng Purwanto