PWMU.CO – Kelas cerpen Tujuh Hari Menjemput Karya (TMHK) sukses diselenggarakan oleh Komunitas Lingkar Sastra Kampus dan menghasilkan sebuah buku yang berjudul Hari Ketujuh, (19/06/2020).
Pelatihan ini diselenggarakan secara daring via grup Whatsapp dan diikuti oleh 19 peserta dari berbagai penjuru daerah di Jawa Timur. Dilaksanakan selama tujuh hari sesuai dengan judul pelatihan yang telah ditentukan nara sumber yaitu kelas cerpen tujuh hari menjemput karya.
Kelas cerpen THMK ini didampingi langsung oleh founder Lingkar Sastra Kampus, Muhari Aqil Salman dan didampingi Ria Eka Lestari sebagai asisten proses kreatif para peserta dalam menjemput karya.
Kepada PWMU.CO Muhari menyatakan, bicara agenda Tujuh Hari Menjemput Karya (THMK) membuatnya mempercantik senyuman karena melihat semangat para peserta.
“Kegiatan ini fokus pada pendampingan yang berjalan selama tujuh hari penuh. Agar menjemput karya itu tidak sekadar khayal belaka,” tegasnya.
Dia mengaku senang melihat semangat yang selalu tumbuh dari senyum peserta dan merasa lega akhirnya pelatihan itu bisa menghasilkan karya berupa buku.
“Kami memutuskan Hari Ketujuh sebagai judul dari kelas cerpen dalam agenda THMK seperti judul pelatihannya,” terang Muhari.
Empat Materi Pelatihan
Materi yang disajikan dalam pelatihan ini pun beragam. Mulai dari membangun semangat berkarya, membuat kerangka tulisan, teknik mengalirkan ide, hingga pemilihan diksi.
Menurut Muhari, hal pertama yang harus dimiliki seorang penulis adalah membangun semangat berkarya.
“Membangun semangat dan impian sukses menjadi seorang penulis haruslah tertanam dalam diri. Dengan menulis, seseorang akan bebas berimajinasi melalang buana juga mengabadikan sebuah nama,” terangnya.
Kedua, membuat kerangka penulisan dengan cara peserta diberikan materi tentang kerangka/outline penulisan cerpen.
“Tujuannya agar proses menulis menjadi lebih efektif dan hasilnya bisa terprediksi. Selain itu, penulis juga akan paham alur tulisan, isi tulisan dari awal sampai akhir,” tuturnya.
Ketiga, Teknik mengalirkan sungai ide.
Menurut Muhari, banyak penulis mengalami kebingungan untuk menulis ketika lagi banyak ide. Bahkan tulisan belum tuntas, ide baru muncul lagi
“Efeknya merasa bahwa ide baru lebih bagus dari ide lama. Padahal sudah menulis setengah jalan. Maka yang harus dilakukan adalah selektif memilih ide dan jangan mudah terpengaruh ide-ide baru yang muncul,” tandasnya.
Keempat, Diksi. Pentingnya menggunakan diksi yang lazim menurut Muhari berhubungan dengan isi cerpen.
“Gunakan diksi yang baik, tidak terkesan berlebihan dan tetap berpegang pada isi cerpen kita,” pintanya.
Tak hanya itu, menurut Muhari, menyajikan tulisan yang memikat juga diperlukan ketika menulis sebuah cerpen agar menarik minat pembaca.
“Di antaranya tulisan harus rapi, memahami fungsi dan kaidah penulisan yang benar, memilih kalimat yang memancing daya imajinasi dan emosional serta menggunakan bahasa yang sesuai target pembaca,” terangnya.
Menurutnya, ini menjadi hal penting sebab tingkat keahlian penulis dilihat bagaimana ia menuturkan keadaan yang komplek menjadi tulisan yang sederhana.
Dia merasa bersyukur atas terbitnya buku Hari Ketujuh. Kesuksesan acara ini menurutnya menjadi bukti masih banyak masyarakat yang menghidupkan budaya literasi.
“Keberhasilan ini mempunyai makna dan kepuasan tersendiri. Suksesnya acara THMK yang pertama kali diadakan oleh Komunitas Lingkar Sastra Kampus ini menjadi bukti bahwa peradaban bangsa masih terang benderang,” katanya.
Dia berharap semoga kegiatan ini menjadi bagian dari langkah semangat membaca dan menulis bagi masyarakat.
Kiat Menulis Cerpen ala THMK
Beberapa kiat memulai menulis cerpen ala kelas cerpen THMK.
- Tetapkan ide dan tema
- Ide yang ingin ditulis, kembangkan dulu menjadi outline/kerangka larangan biar lebih mudah. Bisa dengan membayangkan dalam kepala atau ditulis kertas.
- Pastikan apa peran-peran tokoh itu. Motivasi apa dan siapa saja yang terlibat dalam cerita itu, karakterisasi penting dilakukan dalam memulai menulis cerpen.
- Tulis outline secara singkat dan padat. (*)
Kontributor Riza Ardiyanti Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni