PWMU.CO – Wisuda Maya SDMM serasa di Dunia Nyata. Tepat pukul 08.00 (Sabtu 20/6/2020) aplikasi Zoom Cloud Meetings Purnawidya XI SD Muhammadiyah Manyar Gresik dibuka.
Sebuah video pendek tentang SDMM langsung membuka acara. Isinya: flashmob merah putih bertuliskan ‘I Love SDMM’.
Sorotan kamera pada flasmob—yang juga memperlihatkan megahnya Kampus Biru dari atas langit di antara rumah-rumah penduduk di sekitar Jalan Amuntai No 1 GKB—menggambarkan optimisme warga sekolah.
Terdengar suara Kepala SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Ahmad Faizun menutup video dengan yel-yel SDMM, “Beriman, Kreatif, Berprestasi, yo!” Suasana terlihat ceria.
Bikin Terharu
Namun keceriaan seketika berubah hening saat video kedua ditampilkan. Seorang Guru Kelas VI, M Fadloli Aziz, terlihat masuk ke sebuah ruang besar, yang kosong melompong. Sepi, tak ada suara-suara. Dia menggelar sajadah, hendak shalat. Sendiri, sunyi.
“Kini ruangan ini kosong. Tidak ada lagi aktivitas shalat Dhuha dan murajaah yang biasanya kita lakukan bersama. Kebersamaan kita dalam aktivitas sangat berarti. Aktivitas kalian ada nafas ustadz. Tak pernah henti seperti oksigen dan karbondioksida yang masuk dan keluar dari sirkulasi paru-paru,” ujarnya.
Video itu menggambarkan bagaimana suasana tiga bulan terakhir di SDMM saat pandemi Covid-19 berkecamuk di hampir seluruh hamparan bumi. Sekolah diliburkan—tepatnya belajar di rumah. Hanya beberapa guru yang dijadwal piket ke sekolah. Lainnya mengajar dari rumah secara daring.
Kamera berpindah secara bergantian menyorot kesunyian yang dialami oleh para guru kelas VI di kelas masing-masing. Ada Prima Ari Rosyida, Nur Asiyah, Syafa’atul Ilmiyah, Naharun Mubarok, dan Rudi Purnawan.
Tampak Prima Ari Rosyida masuk kelas yang kosong. Sepi. Lalu bermonolog. Dia mengungkapkan perasaannya. “Anakku dua bulan sudah kita berpisah. Ruang kosong ini menjadi saksi tak bersisa. Tempat belajar bersama,” ucapnya.
Lima gambar itu langsung membuat suasana wisuda yang digelar secara virtual alias maya itu ambyar. Tangis pecah. Di beberapa layar Zoom, tampak wajah beberapa guru dan orangtua yang matanya berkaca-kaca.
Tiap Momen Begitu Berharga
Seperti yang dialami Laila Rochmawati, ibunda siswa Nasyad Harun. Dia sangat terharu, sekaligus bangga dan bahagia.
“Purnawidya XI ini sangat spesial. Setiap momen begitu berharga. Baik itu awal sampai dengan akhir acara,” ujarnya saat diwawancarai usai acara.
Dia melanjutkan, “Ketika kami diperlihatkan dokumentasi anak-anak, di situ kami sebagai orangtua merasa telah memilih sekolah yang tepat. Kami melihat setiap ustadz-ustadzah menyayangi dan membimbing anak-anak kami.”
Tangis pecah kembali terjadi saat sesi persembahan wisudawan pada guru-gurunya. Tampilan foto-foto mereka di sekolah saat Indonesia belum dilanda pandemi Covid-19 menimbulkan keharuan.
Seperti tampak di layar Zoom, sepasang MC—Athiq Amiliyah dan Ahmad Muzaki–terbata-bata suaranya saat mengomentari momen itu. Matanya sembab. Haru pol pokoknya.
Serasa Wisuda Offline
Suasana haru berganti serius saat Kepala SDMM Ahmad Faizun SSos secara resmi membuka acara dengan mengetuk palu tiga kali.
Layar Zoom berganti menampilkan satu per satu nama dan foto para wisudawan. Suasananya seperti wisuda betulan. Tapi tak perlu antre maju ke depan berjabat tangan seperi lazimnya wisuda. Hanya tampilan slide. Gambar bergeser dari kelas satu ke kelas berikutnya. Dari satu siswa ke siswa. Total ada 81 siswa: 43 putra dan 38 putri. Mereka lulus 100 persen.
Tampilan serius itu berganti lagi ke suasana ceria. Saat kepala sekolah dan guru kelas VI memberikan persembahan pada para wisudawan.
Selain buket coklat dan beberapa bingkisan yang diberikan secara simbolis kepada wisudawan, mereka menyanyikan lagu Surat Cinta untuk Starla yang dipopulerkan Virgoun.
Tapi kali judulnya diubah jadi Lagu Kerinduan. Liriknya juga diubah. Isinya persembahan guru untuk siswa.
Tidak Main-Main
Dalam wisuda virtual ini SDMM tidak main-main. Aula di lantai empat dirombak menjadi studio mini. Tiga panggung didirikan secara terpisah dengan mempertimbangkan physical distancing.
Satu panggung untuk pembawa acara, satu untuk podium tempat sambutan disampaikan, dan satu untuk kepala sekolah dan koordinator memimpin prosesi wisuda.
Koordinator Humas SDMM Ria Pusvita Sari mengatakan, hanya kepala sekolah, koordinator, guru kelas VI, pembawa acara, dan kru yang berada di studio. “Dan semuanya harus mengikuti protokol kesehatan. Jaga jarak dan pakai masker. Masker terpaksa dilepas hanya saat berbicara on air,” ujarnya.
Sedangkan guru, karyawan, orangtua, dan siswa mengikuti dari rumah masing-masing. Tak ada satu pun siswa yang dihadirkan di studio.
Pembacaan al-Quran oleh Khayla Faizah Nurina Salim (siswa kelas IV Al-Furqon) serta sari tilawah bahasa Indonesia oleh Gadiza Aura Briliant (siswa kelas V Thariq bin Ziyad) dan terjemahan bahasa Inggris Syaikul Islam Rafif Mukhlis (siswa kelas V Thariq Bin Ziyad) juga dilakukan oleh siswa dari rumah.
Termasuk pengucapan ikrar wisudawan yang dipimpin Ganendra Nafhan Andriel dan sambutan mewakili siswa oleh Maritsa Rafa Amany. Semuanya dilakukan dari rumah masing-masing.
Sejumlah tamu juga hadir secara online. Vita—sapaan Ria Pusvita Sari—mengatakan, sehari sebelumnya mereka diundang secara resmi memakai undangan virtual.
Tampak hadir Dr Abdul Mu’ti MEd (Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah) dan Ir Dodik Priyambada (Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik). Keduanya memberikan ceramah dari jarak jauh. Dodik dari Gresik, Mu’ti dari Jakarta.
Dipuji Orangtua
Vita mengaku, tim kreatif dan kru telah menyiapkan acara itu beberapa pekan sebelumnya. Gladi kotor digelar berulang-ulang. Ditutup gladi bersih Kamis (18/6/2020). “Kami ingin menampilkan wisuda virtual berasa nyata. Sebagai persembahan terbaik anak-anak spesial generasi yang mendapat ujian pandemi Covid-19,” ujarnya.
Dia menambahkan, meski menggunakan teknologi jarak jauh tetapi sisi kemanusiaan tetap bisa dihadirkan. “Tawa, tangis, perasaan tegang atau rileks, tetap bisa dihadirkan,” ujarnya.
Keseriusan SDMM menyiapkan wisuda virtual berasa dunia nyata ini diakui Kemas Saiful Rizal dalam sambutannya mewakili orangtua wisudawan. “SDMM tak main-main menyiapkan wisuda virtual ini. Tak ada bedanya dengan menyiapkan wisuda yang sesungguhnya,” ujarnya.
Pegawai Bapedda Gresik asal Bawean itu mengaku sebenarnya akan memberikan sambutan dari rumah. Tapi saat acara dimulai, sinyal internet di rumahnya tidak stabil. Dia khawatir nanti akan terganggu. Akhirnya dia ‘melarikan diri’ bergabung ke studio SDMM.
Peluncuruan tujuh buku karya siswa (BKS) secara virtual—meski bukunya diterbitkan secara hard copy—dan beberapa video lain yang ditampilkan menambah suasana wisuda maya yang berlangsung hingga pukul 11.00 itu benar-benar seperti nyata.
Selamat! (*)
Penulis/Editor Mohammad Nurfatoni.