PWMU.CO – Uji Kompetensi Asesor Online Catat Rekor. Terobosan inovatif Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-SM) Kemdikbud ini sekaligus mencatat rekor.
Di tengah pandemi Covid-19, BAN-SM menggelar Uji Kompetensi Asesor (UKA) secara online. UKA diikut 10.600 peserta secara serentak se-Indonesia, Sabtu (20/6/2020).
UKA yang berlangsung pukul 07.30-14.30 WIB ini dilaksanakan dalam dua sesi. Sesi I tes kognitif yang berisi kompetensi pengetahuan dan tes bakat skolastik. Sesi II tes non-kognitif yang meliputi kepribadian, karakter, dan integritas.
“Covid-19 ini membuat kami harus bikin terobosan baru dan berinovasi karena ujian tidak mungkin dilakukan di suatu tempat di tiap provinsi untuk jumlah yang banyak,” ungkap Ketua BAN-SM Toni Toharudin SSi MSc PhD di Jakarta pada PWMU.CO, Ahad (21/6/2020) pagi.
Ada dua rekor yang pecah sekaligus dalam UKA ini. Pertama, inilah uji kompetensi pertama di Indonesia yang dilaksanakan secara online alias daring (dalam jaringan). Kedua, inilah uji kompetensi yang dilakukan serentak dengan jumlah peserta lebih dari 10 ribu.
“Alhamdulllah pelaksanaan UKA online ini sukses dan menjadi sesuatu yang luar biasa dan kebanggakan tersendiri bagi institusi BAN-SM,” ujar dia yang megaku menyiapkannya secara mendadak. “Hanya sebulam persiapannya.”
Mekanisme UKA Online
Toni Toharudin menjelaskan, untuk UKA online ini BAN SM bekerja sama dengan Tim IT Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung.
Sistem ini memakai IT (information technology) berbasis web yang dilengkapi aplikasi ujian dan aplikasi pengawas.
Semuanya dikendalikan oleh sebuah dashboard utama yang berfungsi memantau 10.600 peserta. “Apakah peserta sudah login, sedang latihan, sedang ujan, atau selesai ujian, bisa kita ketahui dari sini,” terang Toni yang bersama tim IT mengendalikan sistem dari rumahnya.
Untuk mengikuti UKA ini peserta harus menyiapkan perangkat laptop yang dilengkapi kamera (webcam). Peserta yang sudah teregistrasi di sistem harus melengkapi foto. Mereka lalu mendapat nomor induk asesor sebagai tanda peserta. Saat pertama login mereka harus meng-capture diri, sehingga ada kesamaan antara foto awal yang teregistrasi dengan foto yang di-capture saat ujian.
“Di samping itu dalam perjalanan ujian, sistem akan menyimpan history kamera setiap 20 detik, sehingga para pengawas bisa mendeteksi kalau-kalau peserta menggunakan joki,” papar Toni.
Dalam sistem ini pengawas menggunakan aplikasi pengawas dengan login yang berbeda. Satu pengawas bertugas mengawasi rata-rata 50 peserta yang terpantau dari webcam. Total ada 271 pengawas yang terlibat.
Karena itu, webcam harus aktif. Jika tidak diaktifkan, peserta akan diingatkan. Tapi jika ndableg, mereka akan didiskualifikasi. “Dari webcam itulah pengawas secara ketat mengawasi jalannya ujian,” jelas Toni.
Dari gambar di atas terlihat ada dua logo webcam. Itu berarti ada peserta yang tidak hadir atau kamera tidak diaktifkan. Jika ada kasus seperti ini pengawas mengirimkan pesan ke peserta agar menyalakan kamera.
“Kalau perintah pengaktifan beberapa kali tidak diikuti oleh peserta maka pengawas akan mendiskualifikasi,” kata Toni.
Selain menggunakan alat kontrol kamera, limit atau batasan waktu yang diberikan di setiap soal akan meminimalkan kemungkinan peserta melakukan kerja sama atau mirroring (mencontek) dalam pelaksanaan ujian.
“Jadi tidak cukup waktu untuk melakukan hal-hal negatif dalam pelaksanaan ujian,” ujarnya.
Zoom Pengawas
Toni Toharudin menjelaskan, untuk koordinasi di lapangan, seluruh pengawas dihubungkan melalui platfom Zoom. “Kalau ada hal-hal krusial mereka melaporkan di Zoom ini,” ujarnya.
Toni mengaku dari proses pengawasan itu ada beberapa peserta yang melakukan kecurangan. Seperti dibantu orang lain dalam pengerjaannya. “(Itu) terlihat kamera dan juga tidak mengindahkan peringatan pengawas,” ujarnya.
Soal berapa peserta yang akan didiskualifikasi Toni belum bisa menyebut angka. “Belum kami cek kemarin karena juga harus diambil keputusan final melalui pleno BAN-SM,” ujarnya.
Soal kapan hasil UKA ini dia mengatakan akan dilakukan secepatnya. “Akan dilakukan secepatnya, karena dangan IT ini sangat cepat diperoleh hasil,” ucap dia.
Ujian dari Kebun Sawit
Dari mana peserta mengikuti UKA? Tentu saja dari rumah masing-masing. Tapi jika ada kesulitan akses internet bisa mengikuti ujian di tempat lain, dengan syarat tidak bersama orang lain.
“Mereka umumnya melakukan ujian di rumah masing-masing. Persyaratan kita yang sebenarnya, pokoknya dilakukan di suatu tempat yang tidak ada orang lain dengan sinyal internet yang cukup,” jelas Toni.
Seperti yang dilakukan Muhatarom dari Kabupaten Muaro, Propinsi Jambi. Dia harus mepasang tenda di kebun sawit agar mendapat sinyal dan tak kehujanan.
Hemat Anggaran
Toni Toharudin mengatakan, sebagai terobosan baru, sistem ini sangat efektif dan efisien. Bukan saja aman dalam mencegah penularan Covid-19, tapi bisa menghemat anggaran negara.
Perangkat ujian seperti laptop, internet, listrik, dan paket data ditanggung peserta. Juga tak ada biaya cetak soal karena paperless. Tak ada biaya sewa hotel.
“Dan untuk pengawas tidak mengeluarkan biaya pengawasan seperti konsumsi. Bisa dibayangkan (penghematan) dengan 10.600 peserta,” ujar Toni. Menurut dia, UKA online ini bisa menghemat biaya sampai 75 persen.
Karena itu ke depan BAN-SM tetap akan memakai sistem ini. “Sistem seperti ini akan dipakai terus. Bukan hanya untuk uji kompetensi tetapi akan juga dipakai untuk diklat asesor,” ujarnya. (*)
Penulis/Editor Mohammad Nurfatoni.