PWMU.CO-Efek wabah corona mendorong mahasiswa Australia Barat memilih melanjutkan kuliah pascasarjana S-2 dan S-3 setelah lulus daripada menganggur. Mereka kuliah lagi dengan memanfaatkan program pinjaman studi dari pemerintah.
Di University of Western Australia, Notre Dame, dan Curtin University di Kota Perth, jumlah pendaftaran mahasiswanya meningkat 34 persen dari tahun lalu.
Salah satu alasan mahasiswa Australia meneruskan kuliah karena efek wabah corona saat ini membuat susah mencari pekerjaan. Kondisi perekonomian menurun selama covid-19 berjangkit.
Seorang mahasiswa Australia Barat daftar kuliah lagi adalah Cameron Carr (21) yang lulus tahun ini berharap segera berkarier di industri media. ”Pandemi covid telah menimbulkan kekacauan ekonomi banyak industri, termasuk organisasi media,” katanya seperti dilaporkan abc.net au, Jumat (19/6/2020).
Cameron selama ini aktif mengelola majalah universitas. Kini dia harus menunda rencana bekerja karena susah mencari lowongan kerja. Daripada menganggur setelah lulus kuliah dia kuliah master dengan meminjam uang dari pemerintah Australia melalui program HECS-HELP.
”Saya tidak pernah berpikir untuk kuliah lama-lama,” kata Cameron. ”Daripada tidak melakukan hal yang dapat membantu mengembangkan karier selama satu tahun, saya pikir meneruskan kuliah adalah pilihan terbaik.”
Alasan sama disampaikan Brook Lewis, mahasiswa jurusan ekonomi dan perdagangan yang sebelumnya tidak berencana kuliah lagi. Tadinya setelah lulus Oktober lalu, Brook ingin langsung bekerja.
”Tidak ada orang yang dengan mudah mengambil keputusan untuk membayar AU$ 30 ribu (Rp 290 juta), $40 ribu (Rp 386 juta), $50,000 (Rp 483 juta) untuk kuliah setahun atau dua tahun,” katanya.
”Tapi, melihat arah tujuan karier saya, industrinya, dan kondisi saat ini, jadi masuk akal untuk menghabiskan lebih banyak waktu dan uang untuk kuliah,” tambahnya.
Melanjutkan Kuliah Tidak Mesti Baik
Namun pengamat pendidikan di Australia berpendapat melanjutkan kuliah di tengah wabah seperti ini tidak mesti baik. Seperti dilontarkan ahli ekonomi Conrad Liveris. Dia mengatakan, selain biayanya yang mahal, di beberapa bidang pekerjaan, sebenarnya studi lanjutan juga tidak diperlukan.
”Melanjutkan kuliah hanya karena alasan belajar bukan keputusan yang baik,” kata Conrad. ”Keputusan untuk melakukannya harus dipikirkan baik-baik. Apakah gelar yang didapatkan nantinya akan membuka peluang karier masa depan?” ujarnya.
Menurutnya, meskipun kini pemerintah menawarkan banyak potongan harga, uang kuliah di Australia masih relatif mahal, yaitu di kisaran AU$ 20 ribu (Rp193 juta) sampai AU$ 50 ribu (Rp483 juta) untuk program S2 atau S3.
”Hal lain yang harus jadi pertimbangan adalah waktu, selain dari pengorbanan emosi dan tenaga,” tandas Conrad.
Tapi penelitian dari Centre for Social Impact menyarankan mahasiswa di tahun terakhir untuk melanjutkan kuliah, agar lebih mudah menembus pasar kerja di saat akan banyak kesempatan waktu mendatang. (*)
Editor Sugeng Purwanto