PWMU.CO – Sejak 2015 SM Ajak Pembaca Bergembira. Hal itu disampaikan oleh Redaktur Suara Muhammadiyah (SM) Isngadi Marwah.
Hal itu disampaikan dalam Bincang Media yang digelar Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dengan tema Memperkokoh Jaringan Media Islam di Tengah Disinformasi via aplikasi Zoom, Jumat (19/6/2020).
Kabarkan Kegembiraan dan Harapan
Menurut Isngadi Marwah membaca SM itu membuat orang bergembira. Jadi dalam kondisi apapun selalu membuka ruang untuk bergembira.
“Karena SM sejak tahun 1915 sampai hari ini spiritnya tetap sama, yaitu isinya menumbuhkan harapan bagi umat Islam. SM pada tahun 1915 sampai 1923 saya baca sekilas itu menumbuhkan umat Islam bisa bangkit sesuai tema pada saat itu,” ujarnya.
Berlanjut SM periode selanjutnya pada masa awal pendirian Muhammadiyah. SM mengabarkan kegembiraan tentang Muhammadiyah dibuka dimana-mana.
“Kemudian pada era modern juga hampir sama SM mengabarkan kegembiraan karena Muhammadiyah sudah merintis amal usaha Muhammadiyah (AUM),” ungkapnya.
“Di era Corona ada kegembiraan baru warga Muhammadiyah seperti apa yang disampaikan oleh Pak Nadjib Hamid, yaitu kita diingatkan untuk tetap bergembira karena kita diberi kesempatan belajar banyak hal baru,” tambahnya.
Media Islam Perlu Berjejaring
Sebetulnya media Islam, lanjutnya, perlu berjejaring untuk memberikan edukasi kepada umat Islam agar umat bisa lebih sedikit berfikir secara rasional.
“Bagaimana menimbang mana itu agama, politik, kepentingan jangka pendek dan kepentingan jangka panjang. Media Islam harus bisa mengegolkan isu wacana yang disepakati bersama sehingga umat tidak melihat perbedaan terus dan terpecah tetapi melihat ada agenda yang harus dilaksanakan,” paparnya.
SM merasakan betul, ujarnya, meskipun munculnya hanya dicaci maki tetapi kemunculanya tetap ditunggu. Misalkan Idul Fitri kemarin PP Muhammadiyah menyatakan shalat Idul Fitri dilaksanakan di rumah bahkan mayoritas mencaci maki.
“Tetapi sekarang banyak yang menelepon saya untuk meminta panduan shalat Idul Adha. Kemudian kalau yang menelepon ini akrab saya, maka saya jawab minta panduan shalat Idul Adha untuk dipatuhi atau ditolak,” candanya.
Isngadi mengusulkan jelang Idul Adha media Islam kalau bisa satu suara untuk mengurangi pertentangan di masyarakat.
Tindak Lanjut Jaringan Media Islam
“Saya setuju dengan Pak Nadjib bagaimana diskusi malam ini tidak hanya berhenti di malam ini tetapi ditindaklanjuti bersama. Biar umat Islam bangga dengan media Islam,” ucapnya menyebut Wakil Ketua PWM Jatim Nadjib Hamid yang uga menjadi nara sumber.
Dia teringat cerita almarhum Muslim Abdurahman. “Beliau bercerita potensi ekonomi jalur ziarah Walisongo. Diceritakan oleh Muslim Abdurahman dengan detail mulai pemberhentian, sampai dibangun tempat jualan accesoris,” ungkapnya.
Diakhir ceritanya kang Muslim menyatakan tapi ini hanya teori. Sudah diuji selama 20 tahun tidak pernah dilaksanakaan. “Jadi kita berharap media Islam tidak seperti dengan cerita kang Muslim tersebut,” tuturnya. (*)
Penulis Faiz Rijal Izzuddin. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.