PWMU.CO – Pandemi Paksa Asesor Ramah Digital. Begitulah yang terjadi dalam Uji Kompetensi Asesor (UKA) di tengah wabah Covid-19.
Sebanyak 10.600 peserta se-Indonesia mengikuti ujian yang diselenggarakan secara online. Di Jawa Timur UKA diikuti 885 peserta. Mereka terbagi dalam dua wilayah, yaitu Jatim I dengan 385 peserta dan Jatim II 500 peserta. Sebanyak 17 pengawas untuk memantau dan mengawasi jalannya ujian.
Berita Terkait: Uji Kompetensi Asesor Online Catat Rekor
Ketua Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-SM) Jawa Timur Prof Dr MV Roesminingsih MPd mengatakan ke depan tidak saja diperlukan asesor yang memenuhi syarat akademik, tapi juga yang berliterasi digital.
Pengajar Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu dimintai tanggapan PWMU.CO atas pelaksanaan UKA yang digelar BAN-SM Kemdikbud Sabtu (20/6/2020).
“Ini pengalaman baru bagi BAN-SM dalam merekrut asesor yang benar-benar profesional. Ke depan diperlukan asesor yang tidak hanya memenuhi syarat akademik. Tetapi yang lebih penting adalah kemampuan dalam menggunakan IT, apalagi di era pandemi Covid-19 seperti saat ini,” ujarnya pada PWMU.CO, Ahad (21/6/2020).
Beberapa Kendala Teknis
Bu Roes—sapaannya—mengakui masih banyak kendala dalam pelaksanaan UKA ini. “Terutama terkait dengan akses internet dan juga kemampuan literasi digital para asesor.” kata dia.
Dia menjelaskan, kendala yang dijumpai misalnya ada wilayah yang listriknya padam atau akses internet terkendala. “Selain itu ada peserta yang tidak bisa login sejak awal saat materi tes kognitif. Ternyata dilanjut tes non-kogntif juga tidak bisa login,” ungkapnya.
Bu Roes menyampaikan ada peserta yang baru selesai pukul 20.49 padahal seharunya acara yang dimulai pukul 07.30 itu berakhir pukul 14.30 WIB. “Karena terkendala internet, peserta tersebut terpaksa logout. Dia susah masuk dan untuk login kembali agak lama, sehingga hampir jam sembilan malam baru selesai,” ujarnya.
Selain kendala internet ada masalah teknis di lapangan, misalnya foto antara KTP dan peserta tidak sama. Juga ada peserta yang webcam laptopnya-nya tidak dihidupkan.
Dari kendala-kendala itu ada 28 orang yang gagal ikut atau didiskualifikasi dari total 885 peserta se-Jatim. “Semuanya menguras energi pengawas,” ujarnya.
Adapun nasib 28 peserta yang bermasalah itu akan ditentukan oleh BAN-SM pusat. “Tugas kita mengingatkan dengan menegur yang bersangkutan. Tetapi kalau masih saja tidak mendengarkan saran pengawas nanti ada catatan ke BAN-SM pusat,” terang Bu Roes.
Meskipun masih ada kendala, lanjutnya, tapi suka atau tidak suka UKA online ini harus dilakukan. “Ini juga mengantisipasi era Revolusi Industri 4.0—yang semua mengarah pada digitalisasi,” kata dia.
Bu Roes menyampaikan, pelaksanaan UKA secara online ini merupakan yang pertama di Indonesia dan digelar dengan pengawasan ketat. “Semua aktivitas peserta terpantau lewat video webcam,” ujarnya.
Kelucuan Peserta
Phonny Aditiawan Mulyana MM, salah satu pengawas UKA online yang dihubungi PWMU.CO Senin (22/6/2020), mengatakan, banyak dinamika yang terjadi dari ujian massal berbasis internet itu.
Mulai dari kebingungan peserta karena sebagian mereka belum familiar dengan sistem online, hingga berbagai kelucuan yang diperlihatkan peserta.
Misalnya ada peserta yang mengunggah foto terbalik atau foto sedang naik motor. Bahkan ada yang masih menggunakan pakaian rumahan.
“Tapi pada akhirnya denga koordinasi daring antarpengawas, peserta, dan BAN-SM, semua kendala teknis bisa diselesaikan dan ujian dapat berjalan denga lancar,” ujarnya.
Sekretaris Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim itu menyampaikan, semua ini menjadi pengalaman berharga bagi para pengawas dan, terutama, asesor yang sebagian besar adalah generasi baby boomers—generasi yang lahir sebelum era digital.
“Bagi saya ujian online ini efektif dan efisien. Termasuk potensinya diadaptasi di dunia pendidikan yang lebih luas. Misalanya untuk teknik evaluasi hasil belajar jarak jauh bagi siswa yang saat ini masih harus belajar dari rumah,” ungkapnya. (*)
Penulis/Editor Mohammad Nurfatoni.