PWMU.CO-Nasihat lucu diberikan kepada anak saya dan 9 anggota timnya oleh Bos Dahlan Iskan. Jangan minta nasihat. ”Termasuk kepada saya. Juga kepada bapakmu,” kata Abah DI dalam zoom meeting dengan perusahaan anak saya, AEGIS (Akademi E-Sport Indonesia), dan seluruh timnya pagi tadi.
”Kita ini sudah beda zaman. Saya percaya setiap zaman punya generasinya sendiri. Dan setiap generasi punya zamannya sendiri. Jadi sudah beda sekali zamannya. Nasihat saya sudah tidak relevan.”
Kedua, lanjut Abah, Anda sudah membuktikan bahwa perusahaan Singapura percaya kepada Anda. Walau pun besarnya, mungkin saya ibaratkan hanya sebesar saya membeli pecel Madiun benar-benar dari kota aslinya Madiun, gak apa-apa.
Mengapa kepercayaan investor penting? ”Singapura itu, Yahudinya Asia. Mereka berbisnis dengan logika, bukan perasaan. Jadi, saya membayangkan betapa rumitnya, betapa cerewetnya,” lanjut DI. ”Itulah yang menyebabkan Melayu tersingkir di Singapura, karena mereka main perasaan sementara kebanyakan Tionghoa Singapura main logika,” kata Dahlan Iskan.
Burukkah perusahaan Singapura ikut campur? ”Ada buruknya. Ada baiknya. Menurut saya banyak baiknya. Diambil investor meski hanya persentase kecil, akan menyebabkan kaki kita seperti dijerat. Leher kita seperti dicincang. Ada yang mengawasi, tak boleh ini tak boleh itu. Baik sekali ada orang lain yang mau memperhatikan meski kalau voting mereka kalah,” lanjut DI seraya bertanya apakah dokumennya tertulis?
”Tertulis Bah, dokumennya 300 halaman lebih,” kata Aufa, anak kedua saya, yang mendirikan dan memimpin AEGIS yang bergerak di bidang pelatihan bagaimana ngegame yang profesional seperti Ruang Guru-nya Game Dota.
Start Up Anak Muda
Sisi positif lainnya, kata mantan Dirut PLN yang bikin milestone bisa menghentikan byar petnya listrik di tanah air ini, Anda ini kan start up yang semuanya anak muda. ”Nah, biasanya keinginannya liar, kemauannya banyak. Dengan adanya investor, ada pengendalinya. Jangan frustrasi kalau nanti tidak boleh ini, tidak boleh itu. Itu baik sebagai kontrol. “
Menteri BUMN 2011-2014 ini mengibaratkan AEGIS sudah seperti perusahaan terbuka. ”Perusahaan terbuka itu kan seperti menunjukkan celana dalam kepada publik. Apa pun tentang isi perusahaan bisa dilihat publik. Nah, Anda sudah setengahnya. Yaitu, bisa disaksikan oleh perusahaan Singapura,” katanya dan minta segera meeting diakhiri.
”Tidak usah lama-lama, sebaiknya Anda segera kerja. Saya sudah tidak punya nasihat lagi,” kata DI mengakhiri meeting yang hanya 30 menit itu.
Apa komentar anak-anak AEGIS? ”Beliau menunjukkan bijaksananya. Betul-betul wise. Saya menangkap semangat teman-teman terangkat. Semoga tiga bulan lagi, kita bisa meeting dengan beliau lagi,” kata Aufa pada rapat AEGIS setelah DI tidak nge-zoom lagi. (*)
Penulis Ali Murtadlo Editor Sugeng Purwanto