Dua Malaikat Bocorkan Soal Kubur ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
Kajian ini kita mulai dari hadits riwayat Abu Dawud dan Ibnu Madjah.
عن البراء بن عازب رضي الله عنه قال, خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم في جنازة – وفيه – قال النبي صلى الله عليه وسلم :… فيأتيه ملَكان فَيُجلِسَانِه فيقولان له : مَنْ رَبُّك ؟ فيقولُ : ربِّيَ اللهُ . فيقولان له ما دِينُك ؟ فيقولُ : دِينِيَ الإسلامُ . فيقولان له : ما هذا الرَّجلُ الَّذي بُعِثَ فيكم ؟ فيقولُ : هو رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ. فيقولان له : وما علمُك ؟ فيقولُ : قرأتُ كتابَ اللهِ فآمنتُ به وصدَّقتُ …. أبو داود و ابن ماجه
“Dari Barra’ bin ‘Azib berkata, kami keluar bersama Rasulullah SAW dalam mengantarkan jenazah. Rasulullah bersabda: “Kemudian ia didatangi dua orang malaikat, lalu keduanya duduk dan berkata: ‘Siapa tuhanmu? Ia menjawab, ‘Tuhanku Allah.’
Lalu keduanya bertanya lagi: Apa agamamu?’ Ia menjawab, ‘Agamaku Islam.’ Keduanya bertanya lagi: ‘Siapa seorang laki-laki yang diutus kepada kalian?’ Ia menjawab, ‘Beliau adalah Rasulullah.’ Keduanya bertanya lagi: ‘Dan apa pengetahuanmu?’ Ia menjawab: ‘Aku membaca al-Quran maka aku mengimaninya dan membenarkannya.”
Makna Malakaani
Malakaani merupakan isim yang bermakna dua dari kata malakun, yakni bermakna dua orang malaikat. Dalam hal ini dua malaikat yang bertugas bertanya kepada seorang yang baru dimakamkan setelah dinyatakan meninggal dunia.
Rasulullah diutus adalah dalam rangka memberikan kabar gembira dan sekaligus peringatan. Memberi kabar gembira bagi mereka yang taat kepada Allah dan rasul-Nya akan dimasukkan ke dalam surga.
Dan memberikan peringatan kepada orang-orang yang durhaka kepada Allah dan rasul-Nya akan dimasukkan ke dalam neraka. Sekaligus menjelaskan bahwa kubur merupakan tempat pertama dari akhirat. Di dalam kubur itulah manusia mendapatkan hisab yang pertama kali dengan pertanyaan di dalamnya.
Makamkan Sahabat Anshar
Hadits di atas sebenarnya redaksinya sangat panjang berkenanaan dengan meninggalnya salah seorang sahabat dari kaum Anshar.
Rasulullah duduk dan di sekitarnya para sahabat yang lain juga duduk mengitari seolah di atas kepala masing-masing ada seekor burung yang hinggap, yakni duduk dengan tenang sambil diam, hening, dan khidmat.
Rasulullah mengangkat kepala sambil bersabda: ista’iidzuu billahi min ‘adzaabil qabri, mintakanlah perlindungan ia kepada Allah dari adzab kubur, beliau berucap demikian dua atau kali kali.
Pertanyaan Kubur
Setelah para pentakziyah meninggalkan makamnya, datang dan duduklah dua orang malaikat. Keduanya bertanya (kepada mayit): ‘Man rabbuka? (Siapa tuhanmu?)’ Ia menjawab: ‘Rabbiyallah (Tuhanku Allah).’
‘Maa diinuka? (Apa agamamu?)’ Ia menjawab: Agamaku Islam, ‘Maa hadzarrajulu alladzi bu’itsa fiikum? (Siapa laki-laki yang diutus pada kalian?)’ Ia menjawab: ‘Huwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam (Dia Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam).’
Selanjutnya kedua malaikat bertanya: ‘Maa ‘ilmuka? (Apa pengetahuanmu?)’—dalam hal ini mengandung pertanyaan—bagaimana kamu tahu dan berikrar kepada Tuhanmu, Agamamu dan nabimu? Sekadar taqlid atau benar memahami dengan keyakinan dengan bukti?
Ia menjawab: ‘Qara’tu kitaballah fa aamantu bihi wa shaddaqtu (Aku membaca al-Quran maka aku mengimaninya dan membenarkannya).’ Aku memahami yang ada di dalamnya yang mengajarkan beriman kepada Allah, kepada utusan-utusan Allah dan kitab-kitab Allah dan seterusnya dari rukun iman. Dan aku membenarkan dengan membenarkan secara mutlak.
Pertanyaan ini dengan jawabannya adalah bagi orang-orang yang beriman dengan benar. Allah meneguhkan kepada orang yang beriman baik di dunia sampai di akhirat, termasuk di dalamnya adalah ketika menjawab pertanyaan di dalam kubur.
Sebagaimana Allah berfirman:
يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱلۡقَوۡلِ ٱلثَّابِتِ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِۖ وَيُضِلُّ ٱللَّهُ ٱلظَّٰلِمِينَۚ وَيَفۡعَلُ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (Ibrahim 27)
Bagi orang yang beriman, amal shalihnya akan menjelma menjadi sosok seorang laki-laki yang tampan, bajunya juga bagus dan baunya harum. Maka ia bertanya: ‘Man anta? (Siapa kamu?)’ Dengan ramah ia menjawab: ‘Ana ‘amalukashshalih (aku adalah amal shalihmu).’
Jawaban Orang Kafir
Dan bagi orang-orang kafir sebaliknya, berkenaan dengan ini Rasulullah membaca:
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِئَايَٰتِنَا وَٱسۡتَكۡبَرُواْ عَنۡهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمۡ أَبۡوَٰبُ ٱلسَّمَآءِ وَلَا يَدۡخُلُونَ ٱلۡجَنَّةَ حَتَّىٰ يَلِجَ ٱلۡجَمَلُ فِي سَمِّ ٱلۡخِيَاطِۚ وَكَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُجۡرِمِينَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.” (al-A’raaf 40)
Ketika mereka ditanya oleh dua orang malaikat: ‘Man Rabbuka? (Siapa tuhanmu?)’, ia menjawab: ‘Hah, hah, laa adriy (Hah, hah, saya tidak tahu).’, dan begitu seterusnya jawabannya orang-orang kafir. Lalu datang seorang laki-laki yang buruk mukanya, bajunya kumal dan bau. ‘Siapa kamu?’ Ia menjawab: ‘Ana ‘amalukal khabits (Aku amalmu yang buruk).’
Mereka yang menyukutukan kepada Allah akan mendapatkan balasan yang sangat berat.
وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَتَخۡطَفُهُ ٱلطَّيۡرُ أَوۡ تَهۡوِي بِهِ ٱلرِّيحُ فِي مَكَانٖ سَحِيقٖ
“Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (al-Hajj 31)
Begitulah gambaran dalam hadits di atas tentang kejadian pada saat pertama setelah manusia dimakamkan.
Kita memohon kepada Allah agar selalu diberi sikap istikamah dalam menggenggam kalimat tauhid sewaktu di dunia ini sampai akhirat. Allahummarzuqna istiqamah, amin. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Tulisan ini adalah versi online Buletin Jumat Hanif edisi 45 Tahun ke-XXIV, 26 Juni 2020/5 Dzulqa’dah 1441 H. Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.