PWMU.CO – Perayaan Idul Adha merupakan hari pencerahan sekaligus penguatan kembali rasa keislaman kaum beriman. Pengulangan pengucapan kalimat takbir, tahmid, dan tahlil,dalam momentum Idul Adha merupakan bentuk penegasan bahwa di dalam diri kaum beriman tersemat suatu perasaan, satu keyakinan, bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Rasulullah adalah utusan Allah.
Prof Drs HA Malik Fadjar MSc menyampaikan pesan moral Idul Adha itu dalam khutbahnya di Lapangan Helipad Kampus III Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Senin (12/9).
(Baca: Pesan Idul Kurban Ketua PW Muhammadiyah Jatim: Perjuangan dan Pengorbanan Umat Islam Masih Panjang)
Dewan Pertimbangan Presiden RI ini mengatakan, Idul Adha sesungguhnya mengandung makna yang paling dalam dan mengesankan bagi sejarah umat manusia. Hal tersebut diabadikan di dalam Alquran dan sekaligus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keislaman seseorang.
Selain itu, kata Malik, seluruh ajaran-ajaran dalam pelaksanaan Idul Adha merupakan bagian penting. Begitu juga seluruh ajaran Rasulullah yang selalu kita amalkan untuk menjadikan bagian dari tata kehidupan seorang muslim. “Sehingga keislaman kita yang kita peluk ini dapat dijalankan dengan penuh kesadaran, penuh keyakinan dan penuh rasa kejiwaan yang sangat mendalam,” kata mantan Menteri Agama di era Presiden BJ Habibie ini.
(Baca juga: Hikmah Idul Adha: Bangsa Ini Perlu Belajar Etika Demokrasi pada Nabi Ibrahim)
Dengan mengutip penyair sufi Jalaluddin Rumi, Malik mengatakan bahwa keberagamaan Islam yang dilaksanakan dengan penuh kejiwaan yang mendalam akan dapat menyuburkan di dalam benak hati dan pikiran manusia untuk selalu hidup dalam suasana yang menggembirakan, menyenangkan, dan selalu menghormati tata kehidupan kita bersama, baik sesama manusia, maupun dengan lingkungan hidup kita. (MN/Humas)