PWMU.CO– Bisnis itu juga harus bertauhid, kata Menteri BUMN 2011-2014 Dahlan Iskan pada acara talkshow dengan mahasiwa UIN Sunan Ampel (saat itu masih IAIN) seperti dikutip SantriNews.com, 9 Juni 2013.
”Tauhid itu mengesakan Tuhan. Mengesakan Tuhan itu fokus. Fokus itulah kunci sukses. Kalau tidak bertauhid namanya musyrik. Musyrik dalam bisnis juga masuk neraka. Neraka dalam bisnis adalah bangkrut,” kata DI, panggilan akrabnya.
Salah satu contoh pengusaha muslim yang menurut DI sangat bertauhid dalam bisnisnya adalah Ir Mohammad Nadjikh, alumnus IPB pemilik sekaligus CEO Kelola Mina Laut yang meninggal dunia 17 April lalu. ”Pak Nadjikh sangat bertauhid dalam bisnisnya, fokus luar biasa. Itulah yang menyebabkan beliau menjadi pengusaha besar,” tulisnya dalam DI’sWay yang dijuduli Tiba-Tiba Tiada dimuat pada 18 April 2020.
Inti dari tauhid, tulis DI, meng-esa-kan. Tidak menduakan. Apalagi mentigakan. ”Fokus, khusyuk, pikiran tidak kemana-mana. Pak Nadjikh ini sangat khusyuk, sangat fokus, sangat bertauhid dalam bisnis,” tulisnya.
Khusyuk pertama, tulis DI, bidang pilihan bisnisnya: perikanan. ”Ia tangani secara mati-matian. All out. Dari hulu sampai hilir. Dari kecil sampai besar. Lalu, besar sekali,” kata mantan Dirut PLN yang punya milestone bisa mengatasi byarpet perlistrikan nasional ini.
Meski bisnisnya sudah mulai membesar, Nadjikh tetap tidak mau ke mana-mana. ”Fokus ikan. Tingkatnya sudah makrifat. Dijiwai. Dikuasai. Sampai ke detailnya yang paling detail. Mulai produksi, pengolahan, sampai ke pasar. Juga teknologi dan manajemennya,” lanjutnya.
Tidak Tergoda Politik
Khusyuk kedua, kata DI, Nadjikh tidak tergiur ke politik. ”Padahal, modal ada, network ada, tinggal pijit tombol saja,” katanya. DI mengaku bangga padanya. Mengapa? ”Politik itu musuh bisnis. Jiwa politik sangat bertentangan dengan jiwa bisnis. Jiwa bisnis adalah jiwa yang harus dipercaya. Harus memegang teguh komitmen. Apa yang diucapkan harus bisa dipegang.”
DI merasa prihatin dengan pengusaha muda yang usahanya belum besar dan mapan, sudah tergesa-gesa masuk politik. ”Saya pastikan mereka tidak akan bisa tekun lagi berusaha. Mereka sudah terbiasa melewati jalan mudah, jalan pintas,” katanya. Padahal, kata DI, bisnis itu jalannya sulit. ”Harus ulet, merintis dari bawah dan kerja keras,” tegasnya.
”Contohlah Pak Nadjikh. Walau beliau sudah pantas dan waktunya masuk politik, beliau tetap fokus ke bisnis. Kita beruntung mendapat model pebisnis seperti beliau. Bagaimana seorang pribumi, Islam, dari daerah bisa sangat sukses lewat jalan fokus, khusyuk, bertauhid. dan tak mudah tergoda,” katanya.
Pribumi-Islam-daerah, kata DI, biasanya tidak tertarik bisnis. Lebih tertarik jadi politisi dan pegawai. ”Karena itulah posisi ekonomi pribumi, Islam, daerah sangat lemah. Harus lahir Nadjikh-Nadjikh baru,” harap DI.
Siapa mau? Syaratnya sudah tahu, bertauhid, khusyuk, fokus, dan tak mudah tergoda. Gampang mengatakannya, sulit mempraktikkannya. Tapi, sangat baik untuk mencobanya dengan riang gembira. (*)
Penulis Ali Murtadlo Editor Sugeng Purwanto