PWMU.CO – Ciri-Ciri Terpapar Virus Radikalisme mengemuka dalam Webinar Dai Komunitas bertema “Peran Dai dalam Mencegah Bahaya Narkoba dan Terorisme”.
Acara diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Selasa (30/6/2020).
Seperti yang Wakil Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jatim Prof Dr Hj Husniyatus Salamah Zainiyati MAg Mengawali paparannya dia memberikan sebuah pantun.
Pergi ke masjid pakai peci,
diajar ngaji sama pak dai.
Memahami agama dengan moderasi,
agar terwujud sikap toleransi.
Ciri Terpapar Radikalisme
Menurut Husniyatus sikap radikal akan mendorong perilaku individu untuk membela secara mati-matian mengenai suatu kepercayaan, keyakinan, atau idiologi yang dianutnya.
Menurutnya, ciri-ciri orang yang terpengaruh radikal antara lain mendadak antisosial dan menghabiskan waktu dengan komunitas yang dirahasiakan.
“Kemudian mengalami perubahan sikap emosional ketika berbicara seputar politik keagamaan. Memiliki kecurigaan dan kritik yang berlebihan. Memutus komunikasi dengan siapapun yang tidak sepaham termasuk orangtua,” kata Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya.
Ciri lain terpapar radikalisme, sambungnya, adalah tidak senang kepada siapapun yang tidak memiliki ideologi yang sama termasuk guru, ulama, dan pemimpin. “Juga mudah mengkafirkan yang tidak sepaham dengan dirinya,” tegasnya.
Husniyatus berpesan di negara kita ini dibutuhkan dakwah damai. “Mengingat masyarakat kita ini multicultural dan multiagama. Maka perlu dikembangkan model dakwah yang damai,” tuturnya.
Radikalisme di Medsos
Sementara itu Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Prof Dr Biyanto MAg menyampaikan harus diakui doktrin kelompok radikalis cukup sukses menjadikan kaum muda sebagai target.
“Kaderisasi model indoktrinasi pada kaum muda biasanya dilakukan langsung oleh pimpinan atau ideolog kelompok radikalis,” ujarnya.
Bukan hanya melalui pengkaderan model konvensional, sambungnya, para ideolog gerakan juga memanfaatkan media sosial untuk menyemai paham radikal.
“Dampaknya kaum muda begitu mudah terpapar informasi dari media sosial yang menyediakan berbagai konten radikalisme. Apalagi kaum muda tergolong generasi milenial yang terampil mengoperasikan perangkat teknologi. Dengan canggih mereka berinteraksi melalui dunia maya seperti blog Instagram, Facebook, Twitter, Telegram, dan WhatsApp,” jelasnya.
Mereka juga, lanjutnya, menjadi bagian dari masyarakat virtual (virtual community). Menurut data Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII), hingga pada 2016 di Indonesia ada sekitar 132,7 juta pengguna internet. Sebagian besar penggunanya adalah kalangan remaja.
“Dengan realitas seperti itu, maka dapat dipastikan kaum muda merupakan kelompok yang paling rentan terdampak pengaruh media sosial (medsos). Termasuk dalam kaitan ini adalah media sosial yang menyedikan layanan dengan konten radikalisme,” jelasnya.
Dai Dakwah Virtual
Karena sangat rentan terpapar paham radikal melalui jaringan internet, maka Ketua BNPT Komisaris Jenderal (Komjen) Pol Boy Rafli Amar mengingatkan agar kaum muda berhati-hati dengan media sosial. Kaum muda harus cerdas dan bijaksana menggunakan media sosial.
“Melihat kondisi di atas maka para dai milenial wajib hukumnya menggunakan dakwah dengan menggunakan media virtual. Agar mampu mengimbangi gerakan radikal yang dilancarkan oleh generasi milenial yang masuk dalam perangkap radikal tersebut,” terangnya. (*)
Penulis Muhammad Arifin. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.