PWMU.CO– Debat agama sering dilakukan KH Ahmad Dahlan dengan tokoh Kristen. Misalnya dengan Pastor Van Lith. Tapi dialog ini baru berjalan sekali kemudian pastor itu meninggal dunia.
Berikutnya debat agama dengan Pastor Van Driesse di rumah Mulyadi Joyosumarto. Pertemuan hanya berlangsung sekali, karena Van Driesse tidak bisa diajak berdialog mengenai soal-soal agama dan ketuhanan. Bicaranya cenderung kasar.
Pembicaraan agak lama dengan pendeta Kristen Protestan Domine Bakker yang diadakan di kampung Jetis Yogyakarta. Setelah itu diadakan diskusi lagi dalam beberapa kesempatan.
Djarnawi Hadikusuma dalam buku Jamaluddin al-Afghani sampai KHA Dahlan menceritakan, dalam debat agama Kristen dengan Bakker ini dia berbelit-belit dan tidak mau mengakui kekalahannya. Kiai Dahlan sampai menantang utuk keluar bersama-sama dari agamanya masing-masing lalu bertukar pikiran mencari agama yang benar.
Jika ternyata nanti terbukti Kristen Protestan yang benar, Kiai Dahlan bersedia masuk Protestan. Tapi sebaliknya ternyata Islam yang benar hendaklah Pendeta Bakker suka memeluk Islam. Namun usul ini ditolak Bakker.
Tidak berapa lama pendeta ini pulang ke Belanda. Dua orang pengikut Bakker dari Klaten setelah mengikuti diskusi agama ini akhirnya masuk Islam. Sayangnya, Djarnawi Hadikusuma tidak menyebutkan nama dua orang anak buah Bakker itu.
Pastor dari Amerika
Kemudian datang lagi Pastor Dr Samuel Marinus Zwemmer dari Amerika Serikat ke Indonesia. Misi Kristensasi pastor ini meliputi Asia. Menjalankan misinya di Suriah tahun 1890 dan Bahrain tahun 1897. Kemudian tahun 1905 ke Mesir. Seterusnya ke India. Di sini dia berdialog dengan Jamaah Ahmadiyah Qadian.
Datang ke Indonesia sekitar tahun 1920. Berkeliling khotbah di Banjarmasin, Makassar, Surabaya, dan Yogyakarta. Dalam khotbahnya suka menghina ajaran Islam. Karena lama di Arab dia menguasai bahasa Arab. Inilah yang menjadi kelebihan dia bagi masyarakat Islam.
Sewaktu ceramah di Yogyakarta, pastor ini diantar Dr Poss mengunjungi Kiai Dahlan. Keduanya berdiskusi dalam bahasa Arab. Lantas Kiai Dahlan membuat pengajian umum di kampung Ngampilan dengan mengundang Zwemmer sebagai pembicara tentang agama Kristen dan bersedia menjawab pertanyaan hadirin.
Pengajian ini dihadiri ratusan orang. Tapi Zwemmer tidak hadir. Akhirnya hanya Kiai Dahlan menjadi pembicara tunggal di pengajian itu. Peristiwa ini ditulis oleh Ki Hajar Dewantoro dalam surat kabar Darmo Kondo di Solo dengan judul Dr Zwemmer tidak mampu menghadapi KH Ahmad Dahlan.
Dialog berikutnya dengan pendeta Dr Laberton. Setelah lama berdiksusi tentang kebenaran agama-agama, Laberton berkata,”Maaf, saya tetap berpegang kepada agama yang dipeluk oleh nenek moyang saya, karena ini menjadi kewajiban saya.”
Pengetahuan Kiai Dahlan tentang agama Kristen cukup mendalam sehingga bisa berargumentasi yang kuat melawan doktrin pendeta atau pastor. Dua muridnya yang ahli Kristologi adalah AD Hani dan Zaini, adik Ki Bagus Hadikusumo.
Zaini juga beberapa kali mengadakan diskusi dengan para pendeta seperti yang dilakukan Kiai Dahlan. Hasilnya dialog itu ditulis menjadi buku berbahasa Jawa berjudul Horeging Jagad Kristen. KH Fachruddin juga membukukan hasil pedebatan Kiai Dahlan dengan judul Kawan Lawan Kawan. (*)
Editor Sugeng Purwanto