PWMU.CO – BUMN-nya Muhammadiyah siap produksi masker mengemuka dalam Covid-19 Talk on TV tentang Kesiapan Supply Chain RS Muhammadiyah Aisyiyah di Masa Krisis.
Direktur PT Daya Matahari Utama (DMU) Abdullah Smith mengemukakan hal itu dalam acara yang diselenggarakan oleh TV Muhammadiyah (TVMU), Sabtu (4/7/2020).
Mengawali perbincangan Abdullah Smith menyampaikan DMU merupakan Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM)—semacam BUMN-nya Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim—yang dibentuk 10 tahun yang lalu. Awalnya mengarah ke semua kebutuhan pendidikan sekolah-sekolah Muhammadiyah di Jatim meliputi kebutuhan seragam sekolah, buku, dan lainnya.
“Sejak dua tahun yang lalu DMU mengembangkan divisi baru yang bergerak di bidang alat-alat kesehatan. Utamanya adalah barang-barang investasi seperti ventilator,” ujarnya.
“Sejak dua tahun lalu juga DMU punya anak perusahaan PT Relasi Wisata yang bergerak di bidang umroh. Namun pada saat pandemi Covid-19 ini empat bulan harus berhenti juga,” tambahnya.
Launching Masker DMU
Meskipun pandemi, lanjutnya, kami tetap harus semangat menjalankan amanah Persyarikatan Muhammadiyah lewat PT DMU ini. Di era pandemi yang paling menyolok bulan depan kita akan me-launching masker merk DMU.
“Kita punya EOM dengan salah satu industri masker yang kita berhak menggunakan mereknya dengan kapasitas produksi per jam 10.000 masker. Sehingga dalam satu pekan kita bisa siapkan dan kita launching mulai Agustus 2020 ini,” ungkapnya.
Saat pandemi, menurutnya, harga masker di pasaran tidak karuan. Sehingga kita mencoba masuk ke dunia ini secara keseluruhan yang Insyaallah bisa kita jual mungkin harganya sekitar Rp. 75.000,- per box.
“Untuk kesiapan itu sudah mulai banyak pesanan juga dari MCCC di wilayah-wilayah dan daerah. Ini coba kita lakukan sedemikian rupa. Kalau misalnya ternyata EOM ini sukses maka kita sudah siap untuk investasi permesinannya,” jelasnya.
Kita bersama tidak ingin Covid-19 ini berkepanjangan. Tetapi kalau terjadi maka jangan sampai Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah (RSMA) kekurangan masker dan mendapatkan harga yang cukup mahal.
“Sekitar 3 hari yang lalu kita sedang menyiapkan dan ada permintaan dari luar negeri yakni Prancis untuk masker N95. Dibutuhkan sebanyak 200.000 biji yang akan kita siapkan sedemikian rupa,” paparnya.
Layani Indonesia Timur
Termasuk DMU, ujarnya, juga menyiapkan beras untuk teman-teman PWM lainnya. “Meskipun ini bukan bidang kita tetapi karena diminta oleh MCCC beberapa wilayah di Indonesia timur, maka kita siapkan dan dikoordinasi oleh PWM Sulawesi Selatan yang kebutuhannya rata-rata per hari 30 ton,” terangnya.
Menurut Abdullah Smith secara keseluruhan kebutuhan belum bisa diakomodasi karena besarnya permintaan dari wilayah-wilayah di luar Jatim.
“Praktis kebutuhan Muhammadiyah di Indonesia Timur larinya ke DMU. PWM NTB, PWM Sulawesi Selatan dan PWM Kalsel masih banyak bergantung kepada DMU. Namun demikian kami akan tetap upayakan,” tegasnya.
Terutama kesulitannya sekarang ini, menurutnya, tidak lagi pada penyediaan barangnya tetapi pada distribusinya ke masing-masing wilayah. Ternyata birokrasi dari ekspedisi-ekspedisi untuk menggunakan pesawat tidak semudah yang sebelum pandemi.
“Harus lengkap semua dokumennya. Barang ini untuk dibagikan atau komersialisasi. Inilah tantangan yang terjadi di DMU sehingga ada kalanya barang hari ini datang langsung habis. Kadang tidak terpikir ada piutang lama atau tidak yang terpenting kebutuhan PWM Indonesia Timur terpenuhi,” urainya.
Problem Distribusi saat Pandemi
Strategi ke depan harus diinventarisasi berapa total kebutuhan yang terjadi. Karena kita melihat data-data saat ini kesimpangsiurannya cukup tinggi. Bisa jadi di kirim ke satu PWM ternyata berlebih stoknya atau yang lain unserstock.
“Memobilisasi ini yang kemudian memerlukan kerjasama ekspedisi-ekspedisi. Sehingga setiap hari mereka (Pandu Logistic, JNE, J&T) perlu berada di gudang kami untuk mengatur distribusi ini. Ini kendala yang paling terasa di lapangan,” ungkapnya.
Kalau pemasoknya, lanjutnya, bisa distimulasi sedemikian rupa. DMU booking dan bayar di depan untuk mendapatkan barang. Ini agar kebutuhan di daerah dan wilayah lain bisa terpenuhi tetapi pada jalur distribusi kita belum bisa menguasai mereka.
“Protokol ini bisa berkepanjangan dan akan menjadi SOP masyarakat. Beberapa puskesmas di Jatim juga mencari ke kita karena servis bagus. Kalau hanya tetap distributor maka kesulitan itu akan muncul lagi,” pesannya.
“Tetapi kalau kita punya industri dan mempunyai perencanaan ke depan seperti apa maka supply chain logistic bisa kita atur sedemikian rupa. Inilah tantangan kita ke depan,” tuturnya.
BUMN-nya Muhammadiyah siap produksi masker. Terus bergerak dan sukses. (*)
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.