PWMU.CO – Terobosan bisnis jaringan RS Muhammadiyah mengemuka dalam Covid-19 Talk on TV tentang Kesiapan Supply Chain Rumah Sakit Muhammadiyah Aisyiyah di Masa Krisis.
Ketua Koperasi Surya Medika Timur (KSMT) Dra Nelly Asnifati mengemukakan hal itu dalam acara yang diselenggarakan oleh TV Muhammadiyah(TVMU), Sabtu (4/7/2020).
Layani RSMA Jatim dan Jateng
Menurut Nelly Asnifati, KSMT beranggotakan Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah (RSMA) se-Jatim. Ada 32 RSMA yang menjadi anggota. Dan sebagian dari Jawa Tengah mulai awal berdiri dan sampai sekarang menjadi anggota KMST.
“Memang kalau RSMA Jatim wajib karena memang kita menjadi penyangga supply kebutuhan RSMA di Jatim. Sedangkan di Jateng karena merasa memang juga tertarik untuk menjadi anggota dan tidak ada salahnya bergabung dengan kami,” ujarnya.
KMST didirikan sebagai wadah bersama RSMA terutama dalam memenuhi kebutuhan rumah sakit baik kebutuhan-kebutuhan yang habis pakai maupun alat kesehatan. Sekarang juga sudah ke logistik umum dan kebutuhan lain seperti plastik sampah, gula, telur dan sebagainya.
“Mengapa kita harus menyatukan RSMA? Karena dengan bersatu kita bisa melakukan bargaining position (posisi tawar) terhadap supplier terutama obat-obatan yang sangat dibutuhkan oleh rumah sakit,” ungkapnya.
Bargaining Position
Kalau bergerak sendiri-sendiri, sambungnya, diskon besar hanya bisa dinikmati oleh rumah sakit yang sangat besar. Tetapi dengan bersatu sehingga pembelian dalam jumlah yang cukup besar maka rumah sakit yang kecil bahkan klinik bisa menikmati diskon besar tersebut.
“Saat pandemi Covid-19 yang terjadi di bulan Maret mendadak ada situasi darurat. Kemudian dengan kegugupan yang luar biasa maka kebutuhan akan barang-barang terkait Covid-19 melonjak. Akhirnya kebutuhan lebih banyak dari persediaan maka harga otomatis melonjak sangat tinggi,” paparnya.
Sangat terasa saat itu, lanjutnya, adalah masker terutama masker bedah naik luar biasa. Dari harga normal 75 ribu menjadi 90 ribu, 120 ribu, kemudian 175 ribu dan akhirnya tak terhingga.
“Di sisi lain karena kebutuhan sangat banyak dan persediaan terbatas maka pasokan ke RSMA juga tidak lancar dari beberapa suplier yang sudah kontrak dengan kami. Kalau janjinya RSMA lebih diutamakan tetapi dengan kenyataan seperti itu kondisinya kacau,” sesalnya.
Harga Gila Putus Saja
Maka KSMT, sambungnya, bagaimanapun juga harus tetap menjamin kepada RSMA anggota dan klinik-klinik agar kebutuhan mereka terpenuhi dengan harga yang tidak gila. Ini masalahnya pasar sudah sedemikian gila.
“Maka kami lakukan beberapa terobosan dengan yang sudah kontrak. Kami sampaikan kalau harganya sangat gila maka jangan lagi tahun depan bisa kontrak. Juga kedepan bisa kerjasama dengan DMU,” tegasnya.
Nelly Asnifati menjelaskan barang-barang yang sebelumnya belum terpikirkan untuk dijual akhirnya juga harus mencari barang tersebut untuk memenuhi kebutuhan RSMA.
“Misalkan masker N95 yang sangat dibutuhkan maka harus kami cari ke manapun. Rapid test kebutuhannya juga semakin banyak maka kami juga mencari harga terbaik dengan kualitas terbaik. Tetapi tentu saja yang direkomendasi oleh Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PWM Jatim yang secara kualitas sudah teruji bagus,” urainya.
“Kemudian thermo gun. Dulu kebutuhan termometer biasa saja, sekarang thermo gun menjadi kebutuhan yang sangat besar. Maka terobosan bisnis tidak lagi seperti sebelumnya. Ini akan menjadi langkah strategis kami selanjutnya,” tambahnya.
KSMT Siap Jadi Distributor
Nelly Asnifati menambahkan saat ini di Jatim ada 32 RSMA. Dalam waktu dekat akan bertambah karena embrio sudah ada. Operasional sudah mulai kemudian ada daerah yang mulai merintis pendirian RS baru. Klinik juga bertambah terus.
“Sehingga kebutuhannya sudah jelas. Dalam kondisi yang sudah stabil misalnya tidak ada sesuatu yang mengagetkan seperti kemarin tentu bisa dihitung kebutuhan itu berapa dan sangat potensial untuk bisa digarap. Tentu saja untuk kemanfaatan dakwah Muhammadiyah,” jelasnya.
Kalau sebelumnya, menurutnya, KSMT banyak bersifat atau memiliki tugas untuk memfasilitasi dan memediasi antara RSMA dengan supplier melakukan negosiasi, maka mulai sekarang kita harus siap-siap.
“KSMT harus menjadi distributor agar tidak tergantung dengan distributor yang seperti itu sehingga kami kesulitan kesana kemari itu. Terutama beberapa produk yang kebutuhannya sangat besar,” terangnya.
Tidak menutup kemungkinan, ujarnya, juga ada produk-produk yang harus diproduksi sendiri. Tentu saja ketika PT Daya Matahari Utama (DMU) sudah produksi produk tertentu maka kami akan kerjasama dengan DMU.
“Kalau belum dan memungkinkan kami untuk produksi maka akan kami lakukan. Karena disamping kebutuhan-kebutuhan yang bersifat medis, logistik umum juga menjadi strategi ke depan yang harus digarap secara serius,” ungkapnya.
Nelly menegaskan kejadian pandemi Covid-19 membuka mata kita semua. Pemerintah tidak bisa mencukupi kebutuhan RS-nya sendiri. Kebutuhan peralatan menjadi mutlak harus ada.
“Sebenarnya kalau bicara produksi kita terlambat. Bukan jangka menengah tapi jangka pendek. APD sementara ini kita kerjasama dengan ibu-ibu Aisyiyah untuk produksi,” ujarnya.
“Muhammadiyah akan bisa menjawab permasalahan yang ada di negara kita. Maka kuncinya kolaborasi dan jaringan Muhammadiyah,” tuturnya. (*)
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.