PWMU.CO – Seorang penulis harus dapat memahami aturan penulisan dengan baik. Sehingga tidak menghasilkan tulisan yang dinilai sampah. Begitu pula dalam menulis berita. Menurut Arief Santosa ada ‘Rukun Iman’ dalam menulis berita. Koordinator liputan Jawa Pos ini menerangkan, ada tujuh poin dalam ‘Rukun Iman Jurnalistik’ , yaitu penting, aktual, unik, azas kedekatan, azas keterkenalan, magnitude (daya tarik), dan aspek human interest.
”Utamanya dalam memilih berita itu adalah sesuatu yang penting. Baik penting bagi media itu sendiri, penting bagi pembaca, dan penting bagi masyarakat,” terang Arief, di Aula Mas Mansyur PWM Jatim Sabtu (17/9).
(Baca: Jika Tak Kreatif Muhammadiyah Akan Gulung Tikar dan Tidak Lazim, Raker dan Workshop Ini Bertabur Hadiah)
Lanjut Arief, dengan menerapkan Rukun Iman jurnalistik ini diharapkan peserta dalam salah satu sesi materi Rakerwil dan Workshop Lembaga Informasi dan Komunikasi (LIK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim dapat menghasilkan karya jurnalistik yang tepat, layak berita, dan disukai oleh pembaca.
Senada itu, Direktur Eksekutif JPIP A. Rahman Budiyanto mengungkapkan, ketika disederhanakan Rukun Iman Jurnalistik itu bisa menyusut menjadi dua poin saja, yakni penting dan menarik. ”Apa yang menarik belum tentu penting dan apa yang penting belum tentu menarik,” papar Roy sapaan akrabnya.
Roy mengingatkan, pentingnya memverifikasi kebenaran informasi yang akan dibagikan. ”Kita saat ini hidup dalam ketergesa-gesaan, begitu ada posting yang menarik langsung dibagikan saja. Tanpa diverifikasi lebih dulu benar tidaknya. Itu adalah sebuah kesalahan,” imbuh Roy dengan tegas.
(Baca: Mencerdaskan Masyarakat Melalui Jihad Digital dan PWMU.CO Harus Jadi Penghulu Kemajuan)
Menurut Roy, era sekarang adalah era di mana kita bisa mendengki dengan sangat sempurna. Karena masyarakat dapat dengan mudah membuat akun sosial media (sosmed), media digital (online,red) dan kemudian mendistribusikan informasi. ”Kenapa? karena kita bisa melakukannya tanpa tanggung jawab. Dengan menggunakan nama akun lain. Sedangkan yang dicaci tidak bisa membalas karena anonim,” pesannya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua LIK PWM Jatim Muh. Kholid AS mengungkapkan, Jihad Digital di Era Informasi ini bertujuan agar Muhammadiyah lebih produktif menjalankan dakwah di media digital. ”Dalam beberapa kasus kita cukup tertinggal dalam dakwah di bidang media ini, utamanya media digital. Ini harus dibangun oleh Muhammadiyah,” tegasnya.
Hadir narasumber lain dalam Rakerwil dan Workshop ini Nasrullah selaku staf khusus Mendikbud, Faisol Taselan selaku jurnalis senior Media Indonesia, Zainal Arifin sebagai Blogger dan Pegiat Sosmed, Direktur Cakrawala Muhammad Nurfatoni dan Agus Wahyudi selaku Komisaris SC Mediatama.[]
(Tulisan: Ahmad Faizin Karimi, Juara 1 lomba menulis berita dalam Rakerwil dan Workshop LIK PWM Jatim)