PWMU.CO – Konsep diri merupakan cara hijrah remaja milenial. Miliki percaya diri, tanggung jawab, dan mandiri adalah dambaan. Apalagi bisa capai sukses di usia muda. Ini adalah keinginan remaja semua.
Sob, inilah yang dinamakan dengan konsep diri. Semakin karakter ini diasah, dijaga, dan dikembangkan, maka bisa menjadi habit yang nantinya melekat menjadi kepribadian, kemampuan, dan prilaku keseharian kita.
Tapi, memiliki konsep diri seperti di atas bukanlah bimsalabim, semudah membalikkan telapak tangan. Ini adalah proses yang tumbuh pada awal masa kanak-kanak dan terus berkembang sepanjang hidup manusia.
Sob, konsep diri, sama dengan seseorang akan membangun pondasi bangunan. Ini adalah konsep menata diri di awal melangkah. Semakin kuat konsep diri melekat, semakin kokoh bangunan tersebut. Sebaliknya, semakin rapuh dan mudah dikalahkan, kalau konsep diri kita acak-acakan, ikut arus di mana angin berhembus.
Remaja yang memiliki kadar percaya diri, yakinlah dia telah melewati perjuangan hebat untuk meraihnya. Di awal start dia mengalami proses mahaberat sampai suatu titik dia mendapatkan hasilnya. Meroketnya mimpinya.
Remaja yang sukses pun demikian. Untuk meraih kesuksesan tersebut, dia harus terlebih dahulu tertatih-tatih menghadapi rintangan dan persoalan baik dari dalam diri dan lingkungan sehingga dia tetap kokoh berdiri.
Dia sudah menghabiskan jatah gagalnya, sehingga tidak alasan untuk tidak sukses. Itu mungkin motivasi yang dia miliki.
Makna Konsep Diri
Konsep diri hakikatnya adalah perilaku pembiasaan yang melekat pada diri sendiri. Jalaludin Rakhmat (2005) dalam buku Psikologi Komunikasi mengatakan konsep diri adalah kemampuan memperbaiki dirinya sendiri.
Sob, semakin kita mengenali diri kita, semakin mengakrabi diri, secara tidak langsung itu adalah proses untuk mengapresiasi diri. Talenta kita dengan mudah dibisa kembangkan dan diorbitkan.
Marchella FP penulis novel Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini (NKCTHI) semisal. Lulusan Pendidikan Studi Desain Komunikasi Visual di Universitas Bina Nusantara ini pun mengalami proses yang panjang kariernya sebagai penulis.
Pemilik perusahaan PT Kebahagiaan Itu Sederhana ini banyak ditolak penerbit. Butuh perjuangan panjang yang tidak mudah awal kariernya. Sampai suatu saat Novel NKCTHI yang diselesaikan dua tahun ini diadaptasi dalam film.
Sob, percaya diri, tidak mudah menyerah, keinginan untuk sukses menjadi imun dan energi positif bagi Marchella FP untuk bisa menapaki tangga sukses. Ini proses yang butuh ketekunan, Sob.
Optimis dan Selalu Berpikir Bisa
Memandang gagal sebagai pengalaman berharga. Gagalnya dijadikan hikmah dan bukan sebagai akhir segalanya. Remaja yang seperti inilah bisa dikategorikan memliki fleksibelitas. Mudah beradaptasi pada banyak situasi.
Adaikata Marchella FP berhenti saat naskah novelnya ditolak penerbit, mungkin namanya tidak semelambung sekarang. Bukunya sekarang laris manis. Sob, remaja seperti tipe ini adalah keren abis. Selalu optimis dan selalu berpikir ada yang bisa dipecahkan.
Sob, untuk membangun konsep diri seperti kita idamkan, kita bisa lakukan dua hal. Pertama mencintai diri sendiri (self love). Jangan selalu membandingkan diri dengan orang lain. Sebaliknya, terimalah kekurangan diri, beri apresiasi diri sendiri, merayakan keberhasilan diri jika telah berusaha maksimal ketika mewujudkan mimpi.
Ada remaja yang punya kemahiran desain grafis, kemampuan menulis, keahlian di olahraga, atau memiliki kemampuan sebagai Youtuber. Semua berbeda. Hal ini tidak perlu dibanding-bandingkan. Tetap komitmen untuk bisa raih mimpi.
Kedua, fokus pada kelebihan. Menemukan minat dan bakat dapat membuat remaja memiliki konsep diri yang positif. Remaja harus fokus melakukan aktivitas yang dapat mengasah talenta tersebut.
Pisau akan terus tajam kalau terus diasah dan dipakai. Sama halnya dengan talenta. Kemampuan desain grafis maupun menulis bisa semakin ambyar kalau terus dilatih dan dilatih. Sob, inilah kunci utamanya.
Hijrah untuk Jadi Remaja Jempolan
Sob, mulai sekarang kita harus berusaha mencari identitas diri dengan cara mencoba berbagai hal yang positif. Yang masih belum menemukan keunggulan dan talenta diri, ayo segera mungkin kita mengeksplor kemampuan.
Jangan sampai kita tidak memiliki ‘kiblat’ diri yang pada akhirnya hanya jadi generasi ikut-ikutan. Ke mana angin berhembus, kita pasti di sana. Tipenya, ikut arus, tidak memiliki pendirian.
Sob, ayo mulai sekarang kita ubah cara pandang terhadap diri. Label percaya diri, tanggung jawab, mandiri, atau sukses itu butuh perjuangan. Kita harus ‘hijrah’ untuk bisa meraih tipe remaja milenial jempolan ini.
Percaya diri dengan kemampuan diri. Yang hobi menukis, menulis cerpen, desain grafis, Youtuber, fotografi, kuliner, musik, game, sampai dengan video editing harus terus kita asah. Ini mahal harganya, lho. Bukan tidak mungkin, hobi itulah yang akan membesarkan nama kita nanti.
Semoga! (*)
Penulis Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.